PANDUAN HALAQAH KRETA

Kreatif Tadabbur Qur'an

oleh

dr. Dwi Anton Budhi Cahyono

Metode Aplikatif 5T dalam Memahami Al Qur'an dengan Semudah-mudahnya untuk Membangun Adab dan Akhlak

Muqadimah

Muqadimah

Indonesia generasi emas 2045 merupakan cita -cita luhur bersama bangsa ini. Pada saat itu Indonesia genap berusia 1 abad atau 100 tahun. Dan pada waktu itu pula bangsa Indonesia didominasi oleh orang-orang dengan usia produktif. Hal ini sangat penting karena pada saat itu persaingan diantara negara-negara sangat ketat. Sehingga keberadaan banyaknya prosentase orang-orang usia produktif sangat penting. Kondisi ini menjadi modal untuk mempercepat kemajuan bangsa. Sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa semakin makmur dan sejahtera .

Namun kondisi ini akan menjadi bumerang jika generasi yang kita gadang-gadang ternyata kualitasnya tidak seperti yang diharapkan. Tidak mampu bersaing dengan negara-negara lain. Lemah dalam ilmu dan fisik. Atau bahkan terjebak dalam suatu budaya yang kurang baik akibat kemampuan dan kapasitasnya yang sangat minimal. Belum lagi secara karakter dan akhlak yang lemah akan semakin memperburuk keadaan. Maka bisa-bisa bukan malah menopang masa depan bangsa, namun justru menjadi beban bangsa karena tidak bisa produktif dan tidak bisa bersaing dengan bangsa-bangsa lain.

Halaqah kreatif tadabbur Al Qur’an bukan hanya memperbaiki adab dan akhlak, namun juga melatih dan mengasah kemampuan berfikir. Sehingga akan meningkatkan daya kreatifitas dan inovasi. Dua faktor ini merupakan faktor yang sangat dibutuhkan untuk mengikuti perkembangan zaman.

Pepatah mengatakan “barang siapa tidak mau berubah maka punah. ” Di era perubahan ini kemampuan untuk mengikuti perkembangan zaman harus terus diasah. Tujuannya agar mampu memanfaatkan perubahan perubahan perkembangan zaman tersebut.
Al Qur’an disetting Allah SWT  sebagai pedoman hidup agar menjadi petunjuk dalam kehidupan sehari-hari sampai hari akhir. Sehingga akan selalu bisa  mengikuti perkembangan.
Oleh karena itu cara belajar atau metodologi belajar bisa menyesuaikan perkembangan zaman. Namun hikmah dan nilai-nilai yang terkandung harus tetap dipertahankan.

Peranan Al Qur’an ini sudah dibuktikan sejak berabad – abad yang lalu. Al Qur’an tetap hidup dan  menjadi pedoman hidup sepanjang masa. Sebagai perkataan Umar ra

وَعَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( إنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الكِتَابِ أقْوَاماً وَيَضَعُ بِهِ آخرِينَ )) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

Dari Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengangkat (meninggikan) dengan kitab ini (Al-Qur’an) dan merendahkan kaum yang lain dengannya juga.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 817]

Kaum yang berpegang pada Al Qur’an akan menjadi generasi terbaik yang akan memimpin, tidak hanya satu bangsa tertentu saja tetapi bisa memimpin seluruh bangsa di dunia. Karena Islam bersikap rahmatan lil alamiin.

كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. …Q. S Ali ‘Imran: 110

Semoga Allah mudahkan untuk aktif menjalankan halaqah kreatif Al Qur’an dengan konsisten. Demi membangun generasi emas tahun 2045 untuk kejayaan umat dan bangsa. Aamiin

Hidayah turun pada suami dan keluarga

Hidayah untuk suami dan keluarga[/caption]

Jadi bisa prasangka baik dengan musibah

Ibu Nunik

  1. Inspirasi Q.S Al Mulk 1-2
    Dulu saya pernah mengalami musibah saat menerima musibah tersebut tak terasa air mata saya berlinang, mengimani terjemahan dari surat al-mulk ayat 1 dan 2. Inilah hakihat Allah menciptakan kita utk menguji siapa diantara hamba²nya yg lebih baik amalnya. Dan itu yg menyemangati saya utk ikhlas dan sabar dalam menjalani musibah yg Allah berikan
    2. Inspirasi Q.S Al Waqiah
    Pengalaman selanjutnya saat meresapi makna dari surah Al-Waqiah, dan tak terasa air mata ini jg menetes, alangkah bahagianya kita jika kita dimasukkan ke dalam golongan kanan. Dan terbayang kengerian saat Allah masukkan dalam golongan kiri
    3. Inspirasi Q.S Al-Fajr 27-30
    Air mata ini pun menetes saat meresapi surah Al-Fajr ayat 27-30 akankan diakhir hayat kita kita dipanggil dalam kondisi demikian. Alangkah bahagianya kita.

Betambah semangat dalam bekerta

Sriyono 
Ayat inspirasi Ar Ra’du 11

Memberi inspirasi dan hikmah bahwa yang bisa mengubah nasib kita dalam menaikkan usaha perdagangan kita ya kita sendiri. Jangan hanya mengharapkan orang lain memperbaiki nasib kita. Jangan hanya menunggu keberuntungan saja tanpa melakukan ikhtiar yang maksimal dan optimal.
Praktek pengamalan
– Bertambah keyakinan kalau mau berkembang harus dimulai dari memperbaiki diri sendiri dulu dengan ikhtiar.
– Rizki yang Allah kirimkan harus diraih dengan konsisten meningkatkan ikhtiar. Kemudian baru bertawakal kepada Allah.
– Mengembangkan pemasaran barang dagangannya sampai keluar daerah untuk memperbanyak sasaran penjualan. Meski harus berkeliling menempuh perjalanan lebih jauh dengan sepeda motornya. 

Tidak berhenti sebelum mencapai target
Dany

Ayat Inspirasi Al Kahfi 60

Memberi inspirasi semangat pantang menyerah dari Nabi Musa dan pembantunya yang bertekad berjalan dan tidak akan berhenti meski bertahun-tahun. Sampai menemukan pertemuan dua laut.

Praktek pengamalan
– Memperkuat keyakinan optimisme
Bertekad untuk menyelesaikan proyek masjid yang diamanahkannya sampai tujuan tercapai meski dengan berbagai tantangan yang tidak ringan.
– Melakukan lobi-lobi ke calon donatur mengajak untuk investasi akherat ke dalam proyek masjid yang diamanahkan.
– Menggerakan halaqah pemuda untuk bangkit dan semangat mengaktifkan kegiatan syiar keislaman.


Ikhtiar maksimal untuk mencapai Goal
Dyah Andari
Inspirasi Al Anbiya : 47, 94

Dari dua ayat di atas memberikan inspirasi berupa penambahan keyakinan bahwa Allah akan mencatat dan membalas semua usaha kita. Baik yang besar maupun yang kecil. Sehingga jangan sampai merasa sia-sia jika sudah melakukan kebaikan. Karena semua pasti dicatat Allah.

Praktek pengamalan
– Berusaha konsisten untuk melakukan berbagai ikhtiar apapun untuk mencapai goal. Meski terkadang tantangannya cukup besar dalam mencapai goal. Namun tetap semangat dan optimis karena Allah tidak akan menyia-nyiakan ikhtiar kita.
– Memprospek berbagai calon mitra bisnis meskipun tempatnya jauh dan memerlukan effort yang cukup besar.
– Menularkan inspirasi ayat ini ke berbagai tim nya agar terus bersemangat berusaha mencapai tujuan. Dan jangan merasa kecewa, sia-sia dan putus asa, jika ternyata ikhtiar belum berhasil. Karena masih ada kesempatan lain. Apapun hasilnya Allah tidak akan menyia-nyiakan. Pasti dicatat dan dibalas semua ikhtiar kita.

Fenomena cara belajar Al-Qur'an

Membaca lafadz Al Qur’an tanpa  mengetahui maknanya

Alhamdulillah Al Qur’an banyak tersebar di berbagai tempat, berbagai umur, berbagai golongan. Banyak orang mulai antusias untuk belajar Al Qur’an. Bahkan rela mengalokasikan waktu , energi dan terkadang juga finansial untuk belajar Al Qur’an. Berbagai metode membaca dan menghafal Al Qur’an banyak bermunculan.

Namun pada pembelajaran Al Qur’an banyak yang baru sampai tahap sekedar membaca lafadz Al Qur’an saja. Termasuk dalam pembelajaran Tahfidzul Qur’an juga masih banyak yang baru sampai level menghafal lafadz saja. Sehingga ketika bertambah banyak bacaan Al Qur’an atau hafalan Al Qur’an tidak diikuti dengan bertambah pemahaman makna dari isi Al Qur’an. Karena pembelajarannya belum masuk pada pembahasan tentang isi Al Qur’an yang dihafal.

Pembelajaran yang demikian ini akan kesulitan untuk bisa mengaplikasikan isi Al Qur’an dalam bentuk amalan langsung di kehidupan sehari-hari. Bahkan terkadang tidak sadar justru akhlak dan perilakunya bertentangan dengan ayat-ayat Al Qur’an yang dihafalkannya.

Sebagai contoh perilaku bullying suka mengejek dan memperlakukan kasar terhadap teman sendiri. Bahkan terkadang sampai kelewat batas hingga menimbulkan trauma baik fisik maupun psikis. Hal ini ditemukan di beberapa sekolah baik formal maupun non formal.
Akhlak yang muncul justru bertentangan dengan ayat-ayat di Al Qur’an yang dibaca atau dihafalkannya. Misalnya di surat Al Humazah 1, Al Hujarat 11 dan beberapa surat yang lain yang melarang tegas bulliying.

Hal ini terjadi karena pembelajaran belum ditingkatkan sampai pemahaman dan internalisasi isi Al Qur’an ke dalam diri. Sehingga akhlak yanh terlihat belum bisa mencerminkan isi Al Qur’an yang dihafalkannya. Padahal tujuan utama diturunkan Al Qur’an adalah untuk diamalkan. Karena Al Qur’an adalah petunjuk hidup manusia. Sehingga berbagai aktivitas kegiatan manusia selama hidup harus didasarkan kepada Al Qur’an jika ingin mendapatkan ridho Allah SWT.

Kewajiban seseorang sebelum beramal harus belajar ilmu terlebih dahulu. Belajar ilmu sebelum beramal. Sehingga jika ilmu belum diperoleh maka akan sangat sulit untuk bisa mengamalkan isi dari Al Qur’an tersebut. Oleh karena itu apabila pembelajaran Al Qur’an berhenti di tahapan membaca dan menghafal lafadz Al Qur’an saja, maka tidak akan memperoleh ilmu di dalamnya. Akibatnya konversi terjadinya pengamalan isi Al Qur’an juga akan kecil.

Fenomena pola pembelajaran Al Qur’an yang demikian ini terjadi secara terus -menerus sehingga seakan-akan sudah menjadi suatu kebiasaan di masyarakat dan berbagai institusi pendidikan. Pendalaman yang dilakukan banyak yang masih sampai level pembelajaran tajwid, tahsin, tahfidz serta qiraah. Dan semuanya masih merupakan bagian pembelajaran membaca lafadz Al Qur’an. Masih jarang yang mengimbangi dengan memperbanyak pembelajaran sampai pada isi maknan dan cara pengamalannya.

Pola pembelajaran ini bisa disebabkan diantaranya
a. Pola pembelajaran yang sudah terjadi secara turun temurun
b. Masih jarangnya dijumpai mushaf Al Qur’an dengan terjemahannya, atau dengan tafsirnya
c.  Pola mindset yang didapatkan adalah bahwa mempelajari isi Al Qur’an itu sulit karena harus belajar buku yang tebal-tebal. Misalnya tafsir, asbabun Nuzul, ulumul Al Qur’an bahasa Arab dan lainnya
d. Masih banyak motivasi membaca Al Qur’an baru sampai level ingin mendapatkan pahala dari membaca huruf demi hurufnya saja. Sehingga banyak yang mengejar pada kuantitas berapa kali bisa khatam membaca lafadz Al Qur’an. Namun belum banyak memperhatikan kualitas yaitu isi Al Qur’an dan cara pengamalannya.
Semoga pembelajaran Al Qur’an selanjutnya bisa memperbanyak tadabbur untuk memahami dan mengamalkan Al Qur’an.

Tujuan Allah Menurunkan Al Quran untuk Diamalkan

Al Qur’an adalah petunjuk hidup untuk diamalkan dalam kehidupan. Meskipun membaca Al Qur’an mempunyai banyak keutamaan, namun hendaknya tidak cukup berhenti sampai membaca saja. Proses tindak lanjutnya dengan  memahami, mentadabburi, mengambil hikmah dan nilai-nilainya. Kemudian berusaha untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari.
Sebagaimana perumpamaan buku petunjuk menyetir mobil. Hanya bisa digunakan untuk menjalakan mobil jika pembacanya benar-benar memahami cara menyetir mobil. Meskipun hafal kalimat petunjuk menyetir mobil tersebut, namun jika tidak memahami isi buku petunjuk itu, tetap saja tidak akan bisa menjalankan mobil. Demikian juga permisalan dari Al Qur’an sebagai buku petunjuk kehidupan bagi umat muslim. Hanya bisa dijalankan oleh orang-orang yang paham aterhadap Al Qur’an.

Sebagaimana keterangan Allah di dalam Al Qur’an.

كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوْٓا اٰيٰتِهٖ وَلِيَتَذَكَّرَ اُولُوا الْاَلْبَابِ

Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.[Surat Shad 29]

Allah juga berfirman

ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ

Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, Al-Baqarah: 2

Al Quran adalah petunjuk hidup bagi kaum muslimin yang bertaqwa. Sehingga jika ia tidak bertaqwa maka tidak akan mendapatkan petunjuk meski membaca Al Qur’an. 

Al-Fudhail bin ‘Iyadh pernah berkata :

إِنَّمَا أُنْزِلَ الْقُرْآَنُ لِيُعْمَلَ بِهِ, فَاتَّخَذَ النَّاسُ قِرَاءَتَهُ عَمَلًا

“Al-Qur’an diturunkan oleh Allah untuk diamalkan, akan tetapi orang-orang menjadikan bacaannya sebagai amalan”. (Akhlak Ahli Al-Qur’an hal 102 No. 37)

Dalam mengajarkan Al Qur’an sebaiknya tidak hanya berhenti di pembelajaran bacaan (lafadz) saja, namun juga makna, tadabbur dan pengamalannya. Pengamalan Al Qur’an bisa berupa amalan qolbu, lesan dan amalan perbuatan. Perubahan perbaikan akhlak bisa dilihat dari seberapa banyak tingkat pengamalan terhadap isi Al Qur’an dan istiqomahnya

Pembelajaran Al Qur’an akan lebih baik juga jika diikuti juga tentang pemahaman dan penanaman nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an yang dihafalnya. Mempelajari lafadz dan maknanya adalah merupakan sarana untuk bisa mencapai tujuan utama yaitu pengamalan Al Qur’an. Sehingga manfaat dari Al Qur’an bisa semakin banyak didapatkan. Oleh karena itu salah satu indikator penting dalam menilai keberhasilan mempelajari Al Qur’an adalah pengamalan isi Al Qur’an. Sebagaimana Allah menurunkan Al Qur’an adalah untuk diamalkan.

Cara belajar Al Qur'an sahabat dan ulama salaf

Pesan Fudhail bin Iyyadh

Salah satu ulama salaf yaitu Al-Fudhail bin ‘Iyadh pernah berkata :

إِنَّمَا أُنْزِلَ الْقُرْآَنُ لِيُعْمَلَ بِهِ, فَاتَّخَذَ النَّاسُ قِرَاءَتَهُ عَمَلًا

Al-Qur’an diturunkan oleh Allah untuk diamalkan, akan tetapi orang-orang menjadikan bacaannya sebagai amalan. (Akhlak Ahli Al-Qur’an hal 102 No. 37)

Inilah pesan penting yang sangat relevan dengan fenomena zaman sekarang. Beliau menekankan bahwa tujuan utama Al-Qur’an diturunkan adalah sebagai petunjuk untuk beramal. Sehingga fokus pembelajarannya adalah untuk mencari cara dan strategi dalam mengamalkan isi dari ayat-ayat Al Qur’an.

Fudhail bin Iyyadh juga memberitahukan adanya fenomena banyaknya orang yang menjadikan bacaan sebagai amalannya. Jadi orang-orang mengamalkan Al Qur’an dengan membaca lafadz-lafadz Al Qur’an tapi tidak melanjutkan dengan membaca arti untuk membantu dalam pemahaman dan pengamalan.
Allah memberikan banyak pahala dari setiap huruf ketika seorang mukmin ketika membaca Al Qur’an. Namun semua itu adalah tujuan awal agar bisa mencapai tujuan utama belajar Al Qur’an yaitu untuk diamalkan.

Dalam proses pengamalan ini tentunya juga akan banyak ditemui berbagai kendala dalam mengaplikasikan. Sehingga diperlukan cara-cara kreatif dan inovatif untuk menghadapi tantangan tersebut. Agar proses pengamalan semakin meningkat kualitas dan atau kuantitasnya.
Sebagai salah satu contoh ketika Allah memerintahkan untuk menegakkan sholat. Tidak sedikit juga orang yang terlena dan meremehkan sholat. Misalnya dalam ketepatan waktunya, atau dalam kekhusyukan sholatnya, dalam memaknai sholatnya agar berpengaruh dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Skill bangun tidur mandiri juga sangat penting terutama saat bangun subuh atau bangun sholat malam. Juga kedisiplinan dalam menunaikan sholat wajib terutama dimulai dari usia SD kelas 4 atau sekitar umur sekitar 10 tahun. Ini juga sebagai salah satu tantangan untuk memperbaiki konsistensi dalam sholat.
Allah perintahkan

 ٱلَّذِينَ هُمۡ عَلَىٰ صَلَاتِهِمۡ دَآئِمُونَ

mereka yang tetap setia melaksanakan shalatnya. [Surat Al-Ma’arij: 23]

 وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَلَىٰ صَلَاتِهِمۡ يُحَافِظُونَ

dan orang-orang yang memelihara shalatnya.
[Surat Al-Ma’arij: 34]

Demikian pesan Ulama salaf tentang tujuan utama belajar Al Qur’an adalah untuk diamalkan.

Pesan Ibnu Mas’ud

Mentauladani Shahabat dalam Mempreoritaskan Pengamalan Al-Qur’an

Salah satu ulamanya para sahabat Ibnu Mas’ud ra memberikan pesan penting yang harus menjadi perhatian kita sebagai generasi penghafal Al-Qur’an saat ini.

قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ: إِنَّا صَعُبَ عَلَيْنَا حِفْظُ أَلْفَاظِ الْقُرْآنِ، وَسَهُلَ عَلَيْنَا الْعَمَلُ بِهِ، وَإِنَّ مَنْ بَعْدَنَا يَسْهُلُ عَلَيْهِمْ حِفْظُ الْقُرْآنِ، وَيَصْعُبُ عَلَيْهِمُ الْعَمَلُ بِهِ

Abdullah bin Mas‘ud r.a. berkata:
“Sesungguhnya kami disusahkan untuk menghafal kata-kata al-Qur’an, padahal kami dimudahkan untuk mengamalkannya, namun, orang yang datang setelah kami, dimudahkan untuk mereka menghafalkan al-Qur’an, padahal mereka disusahkan untuk mengamalkannya.”
(Tafsir Al-Qurthubi, bab cara belajar dan memahami kitabullah Halaman 51-52)

Meski merasa disusahkan untuk menghafal Al Qur’an tapi para shahabat dimudahkan dan sangat “antusias” untuk mengamalkan Al Qur’an. Jadi tidak heran jika para Shahabat Nabi Muhammad SAW menjadi sebaik-baiknya umat karena komitmen pengamalan isi Al Qur’an benar-benar kuat.

Namun perkataan tersebut terasa aneh karena sekapasitas Shahabat masih menganggap menghafal Al Qur’an itu susah. Padahal Ibnu Mas’ud orang Arab, hidup di zaman Nabi, ahli ilmu. Kalau beliau menganggap sulit apalagi kita yang sangat jauh jika dibanding dengan para Shahabat. Namun pesan dari Ibnu Mas’ud ini lebih ditujukan kepada keutamaan para shahabat yang menekankan pada pengamalan Al Qur’an .

Ibrah yang bisa diambil adalah bahwa para Shahabat benar-benar sangat memproritaskan beramal dengan isi Al Qur’an. Pengamalan menjadi tujuan utama dalam mempelajari Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an adalah petunjuk hidup. Petunjuk untuk diamalkan di dalam kehidupan. Sebagaimana juga ditegaskan Al-Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan :

إِنَّمَا أُنْزِلَ الْقُرْآَنُ لِيُعْمَلَ بِهِ, فَاتَّخَذَ النَّاسُ قِرَاءَتَهُ عَمَلًا

“Al-Qur’an diturunkan oleh Allah untuk diamalkan, akan tetapi orang-orang menjadikan bacaannya sebagai amalan”. (Akhlak Ahli Al-Qur’an hal 102 No. 37)

Komitmen dan konsisten pengamalan Al Qur’an itulah yang membuat kualitas iman para shahabat tak tertandingi. Sehingga mampu menghasilkan dampak kebaikan yang luar biasa. Para Shahabat menjadi generasi yang mampu menyebarkan dakwah Islam ke berbagai penjuru dunia dalam waktu yang relatif singkat.

Dengan mencontoh para Shahabat dalam mempelajari Al-Qur’an maka orientasi pembelajaran bisa ditekankan pada tujuan utama yaitu pengamalan. Sehingga langkah-langkah dalam proses pembelajaran bisa difokuskan pada cara-cara pengamalannya. Bisa dengan berbagai model bentuk kreativitas pengamalannya.
Pembelajaran tahfidz, tahsin
,tajwid, sanad, qiroah, irama Qur’an dan lain-lain yang dilakukan adalah dalam rangka untuk memperkuat motivasi dalam pengamalan Al Qur’an.

Meski merasa disusahkan untuk menghafal Al Qur’an tapi para shahabat dimudahkan dan sangat “antusias” untuk mengamalkan Al Qur’an. Jadi tidak heran jika para Shahabat Nabi menjadi sebaik-baiknya umat karena komitmen pengamalan isi Al Qur’an benar-benar kuat.

Namun perkataan tersebut terasa aneh karena sekapasitas Shahabat masih menganggap menghafal susah. Padahal Ibnu Mas’ud orang Arab, hidup di zaman Nabi, ahli ilmu. Kalau beliau menganggap sulit apalagi kita yang sangat jauh jika dibanding dengan para Shahabat.

Ibrah yang bisa diambil adalah bahwa para Shahabat benar-benar sangat memproritaskan beramal dengan Al Qur’an. Pengamalan menjadi tujuan utama dalam mempelajari Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an adalah petunjuk hidup. Petunjuk untuk diamalkan didalam kehidupan. Sebagaimana juga ditegaskan Al-Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan :

إِنَّمَا أُنْزِلَ الْقُرْآَنُ لِيُعْمَلَ بِهِ, فَاتَّخَذَ النَّاسُ قِرَاءَتَهُ عَمَلًا

“Al-Qur’an diturunkan oleh Allah untuk diamalkan, akan tetapi orang-orang menjadikan bacaannya sebagai amalan”. (Akhlak Ahli Al-Qur’an hal 102 No. 37)

Komitmen dan konsisten pengamalan Al Qur’an itulah yang membuat kualitas imannya tak tertandingi. Sehingga mampu menghasilkan dampak kebaikan yang luar biasa. Para Shahabat menjadi generasi yang mampu menyebarkan dakwah Islam ke berbagai penjuru dunia dalam waktu yang relatif singkat.

Dengan mencontoh para Shahabat dalam mempelajari Al-Qur’an maka orientasi pembelajaran bisa ditekankan pada tujuan utama yaitu pengamalan. Sehingga langkah-langkah dalam proses pembelajaran bisa difokuskan pada cara-cara pengamalannya. Bisa dengan berbagai model bentuk kreativitas pengamalannya.
Pembelajaran tahfidz, tahsin, tajwid, sanad, qiroah, irama Qur’an dan lain-lain yang dilakukan adalah dalam rangka untuk memperkuat motivasi pengamalan.

Pesan Usman bin Affan

Abdurrahman As-Sulami saat menggambarkan cara belajar para sahabat:

حدثنا الذين كانوا يقرئوننا القرآن، كعثمان بن عفان وعبد الله بن مسعود وغيرهما أنهم كانوا إذا تعلَّموا من النبي -صلى الله عليه وسلم- عشر آيات لم يجاوزوها حتى يتعلموا ما فيها من العلم والعمل، قالوا: فتعلمنا القرآن والعلم والعمل جميعًا

“Telah menceritakan kepada kami orang-orang yang mengajarkan kepada kami Al-Qur`an, seperti Utsman bin Affan, Abdullah bin Mas’ud dan selain keduanya bahwa ketika mereka belajar 10 ayat (Al-Qur`an) dari Nabi, mereka tidak menambah atau melewatinya hingga belajar ilmu dan amal di dalamnya. Mereka (para guru kami) bertutur, ‘Kami (dulu) belajar Al-Qur`an beserta ilmu dan amal sekaligus.”
Kitab Tafsir Al Muharrar milik Syaikh Ibnu ‘Athiyyah, jilid 1, hlm 9
https://app.turath.io/book/23632

Utsman bin Affan dan Abdullah Ibnu Mas’ud adalah shahabat Nabi Muhammad Saw yang belajar Al Qur’an langsung kepada beliau. Sehingga mereka menjadi contoh cara belajar Al Qur’an.
Para shahabat belajar Al Qur’an secara bertahap 10 ayat 10 ayat dengan mempelajari ilmu yang terkandung di dalamnya sekaligus mempelajari cara atau bentuk amalannya.

Dari setiap ayat-ayat Al Qur’an tersebut mereka mempelajari makna yang terkandung di dalamnya. Kemudian bersegera untuk mengamalkannya.

Jadi ayat-ayat Al Qur’an tersebut tidak hanya menjadi pengetahuan saja yang disimpan di dalam pikiran atau menjadi hafalan saja. Namun benar-benar sinkron antara ilmu dan amal berjalan beriringan. Ilmu Al Qur’an dipraktekkan di dalam kehidupan mereka. Inilah yang membuat para shahabat ilmunya lebih berkah.

Dengan demikian  semakin bertambah bacaan Al Qur’an maka akan semakin menambah keimanan dan ketaqwaan mereka. Dengan konsisten pengamalan isi Al Qur’an dipelajarinya, maka perubahan-perubahan menuju kebaikan semakin cepat terwujud. Sehingga masa shahabat menjadi masa peradaban zaman keemasan umat Islam yang penuh dengan keberkahan.

Pesan Jundub bin Abdillah

Hadits Jundub bin Abdillah ra:

عن جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ فَتَعَلَّمْنَا الْإِيْمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآن ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ فَازْدَدْنَا بِهِ إِيْمَانًا  

Dari Jundub bin Abdillah beliau berkata: “Dahulu kami ketika remaja bersama Rasulullah , kami belajar iman sebelum Al-Qur’an kemudian setelah kami belajar Al-Qur’an bertambahlah keimanan kami.” (HR. Ibnu Majah)

Hadist di atas memberikan kepada kita hikmah tentang bagaimana prioritas dalam tahapan pembelajaran Al Qur’an. Mereka para shahabat Rasulullah SAW secara sungguh-sungguh belajar tentang iman kepada Allah dan menginternalisasi di dalam dirinya. Tidak hanya sebatas menjadi pengetahuan saja namun juga dimasukan sampai ke dalam hatinya. Karena iman inilah yang akan menjadi pondasi kekuatan ketika menerima beban syariat.

Selama keimanan masih banyak bermasalah dan belum tertancap kuat maka berbagai syariat yang ada di dalam Al Qur’an tidak akan banyak memberikan pengaruh. Bahkan akan terasa berat dalam mengamalkannya. dan bisa terjadi penolakan karena dianggap tidak sesuai dengan akal pikiran dan perkembangan zaman saat ini.
Bagi orang-orang yang hatinya banyak kotoran dosa akibat maksiat juga tidak akan banyak mendapatkan kemanfaatan dari Al Qur’an. Bahkan bisa justru banyak merasakan kerugian sebagaimana juga digambarkan Allah SWT.

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٞ وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارٗا

Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zhalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.[Surat Al-Isra’: 82]

Para shahabat benar -benar menekankan dalam pembelajaran Al Qur’an harus berusaha maksimal untuk bisa mengamalkan. Sehingga akan selalu terjadi kesesuaian antara banyaknya Al Qur’an yang dipelajari dengan banyaknya amal yang dilakukan. Dan ini bukti bahwa setelah mempelajari Al Qur’an maka bertambahlah imannya.

Inilah keutamaan dan keberkahan ilmu para shahabat yang sangat selaras antara Al Qur’an yang dipelajarinya dengan pengamalannya.

Pesan Ibnu Qayyim Al Jauziyah

Pentingnya Memahami Al-Qur’an dan Tidak Sekadar Membaca

Perkataan dari salah satu ulama salaf Ibnu Qayyim mengingatkan kita semua tentang pentingnya memahami Al-Qur’an. Ibnu Qayyim mengingatkan terhadap para  pembelajar Al-Qur’an bahwa:

فَإِذَا قَرَأَهُ بِتَفَكُّرٍ حَتَّى مَرَّ بِآيَةٍ وَهُوَ مُحْتَاجٌ إَلَيْهَا فِي شَفَاءِ قَلْبِهِ، كَرَّرَهَا وَلَوْ مِائَةَ مَرَّةٍ وَلَوْ لَيْلَةً، فَقِرَاءَةٌ آيَةٍ بِتَفَكُّرٍ وَتَفَهُّمٍ خَيْرٌ مِنْ قِرَاءَةِ خَتْمَةٍ بِغَيْرِ تَدَبُّرٍ وَتَفَهُّمٍ، وَأَنْفَعُ لِلْقَلْبِ، وَأَدْعِى إِلَى حُصُوْلِ الْإِيْمَانِ وَذَوْقِ حَلَاوَةِ الْقُرآنِ.

Jika seseorang membaca Al-Qur’an dengan perenungan hingga sampai pada sebuah ayat yang dia butuhkan untuk mengobati hatinya, maka dia mengulang-ulang ayat tersebut walaupun sampai seratus kali atau bahkan sampai semalaman. Maka, membaca satu ayat dengan memikirkannya dan memahaminya itu lebih baik, lebih bermanfaat untuk hati, dan lebih mampu untuk memupuk iman dan merasakan manisnya Al-Qur’an, daripada sekadar mengkhatamkan Al-Qur’an tanpa mentadabburinya dan memahaminya.” [Miftâh Dâr As-Saâdah, karya Ibnul Qayyim, 1: 187]

Banyak diantara kaum muslimin dalam berinteraksi dengan Al Qur’an mempunyai target yaitu berapa kali dia bisa menghatamkan Al Qur’an. Ada yang bisa sebulan sekali, ada yang 2 bulan sekali atau 3 bulan sekali. Namun ada yang bisa lebih singkat sebulan khatam 2 kali. Bahkan saat bulan Ramadhan bisa sampai 6 kali khatam.
Namun kebiasaan yang dilakukan kebanyakan umat Islam adalah menghatamkan lafadz Al Qur’an tanpa membaca dan memahami isi Al Qur’an. Pola model kebiasaan membaca Al Qur’an tanpa memahami isinya tidak akan banyak memotivasi dalam mengamalkan isi Al Qur’an.
Karena ilmu itu adalah sebelum beramal. Jika tujuan utama pembelajaran Al Qur’an adalah untuk diamalkan, maka seseorang harus mempelajari makna-makna dari kandungan Al Qur’an tersebut.

Ibnu Qayyim Al Jauziyah bahkan membuat suatu perbandingan tentang orang yang meski hanya baca satu ayat saja, namun ayat itu menginspirasi, menambah kuat iman, memberikan pengaruh perbaikan dalam hidupnya, maka itu dianggap lebih baik. Dibanding dengan orang yang membaca Al Qur’an khatam tapi tidak memahami isinya sehingga tidak ada pengaruh perbaikan terhadap dirinya.

Oleh karena itu di halaqah Kreatif tadabbur Al Qur’an digunakan metode 5T dalam pembelajaran Al Qur’an. Yaitu tilawah ( membaca), tadarus ( mempelajari), tadabbur ( merenungkan), tathbiq ( mempraktekan) dan taslih ( perbaikan). Semoga dengan metode ini seorang muslim yang belajar Al Qur’an akan semakin memahami isi dan meningkatkan pengamalannya.

Pesan Imam Ahmad

Nabi ﷺ telah bersabda:

أَكْثَرَ مُنَافِقِي أُمَّتِي قُرَّاؤُهَا

Kebanyakan orang munafik di tengah-tengah umatku adalah qurro’uha (yang menghafalkan Al Qur’an dengan niat yang jelek).” [HR. Ahmad, sanadnya Hasan]

Seorang penghafal Al Qur’an mempunyai keutamaan yang banyak. Namun dengan syarat, hal ini dilakukan untuk mengharap wajah Allah semata, dan bukan untuk mengharapkan hanya dunia, dirham dan dinar. Karena Al Qur’an diturunkan sebagai petunjuk maka seorang yang mempelajari Al Qur’an hendaknya berusaha untuk bisa mengamalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga akan mendapatkan kemanfaatan maksimal dari hafalannya.

Peringatan nabi ini sangat menggugah kita semua di tengah semaraknya pembelajaran tahfidzul Al Qur’an , baik sebagai penghafal Al Qur’an atau sebagai orangtua atau keluarga dari penghafal Al Qur’an. Sehingga semakin berusaha selalu waspada untuk terus muhasabah dan intropeksi diri agar tidak terjebak dalam golongan “munafiqun” sebagaimana yang peringatan Rasulullah SAW.

Terus berusaha menjaga keikhlasan kepada Allah karena setan tidak akan pernah tinggal diam untuk menjerumuskan, meski seseorang sudah hafal Al Qur’an. Sangat sayang sekali jika hal itu terjadi , maka bukan berbagai keistimewaan dan pahala yang akan didapat dari Allah tapi bisa saja justru sebaliknya. Naudzubillah.
Semoga Allah selalu menjaga keikhlasan selama belajar dan menghafal Al Qur’an.

Mengapa kita perlu tadabbur AlQur'an

Memaknai Tadabbur Quran

Kata tadabbur (تدبر) berasal dari kata dubur (دبر), yang berarti “belakang”
Dari kata dubur (دبر) terbentuk kata dabbara (دبر), yang berarti memikirkan sesuatu yang ada di akhir (belakang) sesuatu. Penekanan makna kata tadabbur (تدبر) terkait dengan sesuatu yang terdapat di akhirnya.

Dari sini dapat dikatakan bahwa tadabbur (تدبر) adalah “pemikiran yang komprehensif yang dapat mengantarkan seseorang kepada akhir petunjuk suatu kalimat (ucapan) dan tujuan-tujuannya yang jauh. Jika kata tadabbur dikaitkan dengan Al-Qur’an sehingga menjadi tadabbur Al-Qur’an (تدبر القرآن), maka artinya adalah “pemikiran komprehensif yang dapat mengantar kita kepada akhir dari petunjuk-petunjuk Al-Qur’an dan tujuan-tujuan akhir yang ingin dicapai dari membaca Al-Quran.
Tadabur berarti memikirkan secara mendalam kesudahan sesuatu urusan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya.

Tadabbur Alquran itu haruslah mengandung tujuan untuk mengambil manfaat dan mengikuti apa yang terkandung dalam Alquran. Karena, tujuan membaca dan mentadabburi ayat-ayat Alquran itu adalah untuk mengamalkan dan berpegang pada isi kandungannya.**

Memahami Al Qur’an dengan Tadabbur

Kata tadabbur di dalam Al-Quran disebutkan di beberapa tempat. Diantaranya

كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوْٓا اٰيٰتِهٖ وَلِيَتَذَكَّرَ اُولُوا الْاَلْبَابِ

Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran. Q.S Shad:29.

اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ ۗ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا

Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur’an? Sekiranya (Al-Qur’an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya. Q.S An Nisa 82.

Q.S. Muhammad [47]: 24:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” Q.S. Muhammad [47]: 24:

أَفَلَمْ يَدَّبَّرُوا۟ ٱلْقَوْلَ أَمْ جَآءَهُم مَّا لَمْ يَأْتِ ءَابَآءَهُمُ ٱلْأَوَّلِينَ

Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu.  Al-Mu’minun Ayat 68

Allah menegaskan di dalam ayat ini, apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an.  Dengan cara membaca, memikirkan, menghayati, dan mendalami pesan-pesan yang terdapat di dalam Al-Quran, hingga mereka beriman kepada Allah. Jika mereka tidak melakukan maka apakah hati mereka semua sudah terkunci mati. Sehingga tidak dapat berpikir lagi, menghayati, memahami dan mendalami apa yang terdapat di dalam Al-Quran. Padahal fungsi diturunkannya Al Qur’an ini agar manusia mentadabburi ayat-ayatnya, menggali ilmunya, dan merenungkan rahasia dan hikmahnya.

Tadabbur Qur’an berarti proses  memikirkan secara mendalam dan detail kesudahan sesuatu urusan, akibat yang ditimbulkannya serta konsekuensi yang harus dilakukan. Tadabbur Al Qur’an bertujuan untuk mengambil manfaat dari kandungan Al Qur’an dengan cara  mengamalkan isinya.

Memberikan Solusi Berbagai Persoalan Hidup

Ilmu diibaratkan sebagai cahaya. Dengan cahaya akan menerangi seseorang yang berada di suatu kegelapan. Sehingga orang tersebut mampu untuk melihat dan melewati jalan yang benar yang mengantarkan kepada tujuannya. Begitu juga ilmu. Dengan ilmu menyelamatkan manusia dari suatu kebodohan. Dengan ilmu akan menghilangkan kebingungan. Dengan ilmu akan memberikan petunjuk dalam melakukan hal-hal penting. Dengan ilmu akan membimbing ke jalan yang benar. Intinya dengan ilmu akan memberikan semua solusi terhadap permasalahan biidznillah.
Dalam hidup manusia tidak akan lepas dari berbagai masalah. Karena masalah merupakan suatu keniscayaan dalam hidup. Akan tetapi Allah Sang Khalik memberikan rambu-rambu bahwa segala permasalahan tersebut akan bisa diselesaikan dengan menggunakan ilmu yang diambil dari Sang Khalik juga. Sumber solusi tersebut tidak lain adalah Al Quran. Al Quran adalah pedoman hidup. Al Quran adalah petunjuk hidup. Al Quran sumber ilmu untuk solusi segala permasalahan bagi manusia yang ada di dunia. Allah menciptakan dunia dan seisinya sekaligus juga menurunkan Al Qur’an sebagai panduan untuk mengelola bumi yang ditempatinya. Apabila manusia tidak menggunakan Al Qur’an dan menggunakan selainnya untuk mengatur dunia, maka akan bertambah kerusakan. Dan manusia akan semakin bingung dan tersesat. Sebagaimana pesan Allah dalam Al Quran.

ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ

Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, Al-Baqarah : 2

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. Al Ambiya:107

Allah mengutus Nabi Muhammad SAW dengan kitab suci Al Qur’an akan membuat kejahteraan bagi seluruh alam dan isinya. Jika sampai manusia tidak mengikuti Al Quran maka tidak akan menemukan kesejahteraan dan justru akan ditimpa kerusakan dan kesengsaraan. Tidak hanya di dunia ini namun juga akan berlanjut di akherat. Al Quran adalah petunjuk maka seharusnya seseorang mengetahui apa maksud dan kandungan dari Al Quran tersebut. Agar bisa dijadikan petunjuk beramal melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Allah pencipta alam semesta sehingga Allah yang paling tahu petunjuk operasional bumi. Allah memberikan panduan operasional untuk menjadi khalifah di bumi.  Dengan tujuan untuk mengelola bumi menuju kesejahteraan dan keselamatan kehidupan dunia dan akherat.

Al Qur’an adalah petunjuk dan pedoman hidup. Sehingga tidak akan cukup ketika mempelajarinya hanya mencukupkan dengan menghafalkan lafadznya. Namun hendaknya diikuti dengan memahami pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. Ibarat ketika menjalankan suatu mobil, maka buku petunjuk tidak bisa hanya dibaca dan dihafal saja. Namun harus diikuti dengan memahaminya sehingga bisa dipakai sebagai pedoman menjalankan mobil tersebut. Jadi ketika membaca dan menghafal merupakan rangkaia proses untuk memahami kemudian mengamalkannya. Sehingga ketika seseorang mampu menjalankan mobil tersebut maka akan merasakan kenikmatan dalam menjalani hidup. Demikian juga Al Quran akan terasa kemanfaatannya secara maksimal jika mampu menjadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Kemanfaaatan akan semakin terasa saat mendapatkan solusi berbagai persoalan hidup. Sehingga bisa merasakan kedamaian, ketenangan dan keselamatan.
Sebagai contoh ketika seseorang ditimpa permasalahan yang berat berupa dililit hutang yang besar sehingga harus merelakan rumah, mobil dan berbagai harta lainnya harus disita. Hingga membuat stress berat, bingung, pikiran kacau, tidak bisa tidur berbulan-bulan, tekanan darah naik, jantung berdetak kencang, lemes, keringat dingin, tidak bergairah dan seterusnya. Bahkan membuat hubungan dalam keluarga yang tidak harmonis. Maka dengan mentadabburi Al Quran, merenungkan pesan Al Quran, mengambil hikmah, mengamalkan baik dalam hati, lesan maupun perbuatan bisa sebagai solusi terhadap permasalahan yang sedang dihadapi.  Maka Al Qur’an akan memberikan petunjuk yang sangat manjur ketika menghadapi musibah tersebut. Al Quran akan mampu membantu menguatkan daya tahan tubuh terhadap stressor. Al Qur’an akan menguatkan kesabaran, Al Qur’an akan menjadikan tabah, bisa menerima kenyataan yang ada. Al Qur’an mengajarkan manfaat yang lebih besar jika mampu bersikap sabar. Diantaranya mampu mencegah gangguan tubuh yang muncul akibat tekanan stressor dari permasalahan yang sedang dihadapi.  Dampak negatif bisa berkurang bahkan bisa dihilangkan dengan ijin Allah. Salah satu solusi bisa mengambil hikmah dari mentadabburi Q.S Al Insyirah1-6 yang sesuai dengan kondisi permasalahan di atas adalah

أَلَمۡ نَشۡرَحۡ لَكَ صَدۡرَكَ(١)  وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ(٢)   ٱلَّذِىٓ أَنقَضَ ظَهْرَك(٣)   وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَك(٤)  فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرً(٥) إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا(٦ 

  1. Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?
    2. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu
    3. yang memberatkan punggungmu?
    4. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu
    5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
    6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

Kunci utama untuk menyelesaikan permasalahan di atas menurut Q.S Al Insyirah  adalah untuk “melapangkan” dada (qalbu) terlebih dahulu. Jika langkah penyelesaian awal ini berhasil, maka masalah turunan lainnya akan lebih mudah diatasi. Pikiran lebih tenang sehingga akan berfikir lebih jernih dan masuk akal. Kecerdasan masih bisa didapatkan sehingga bisa mengambil keputusan yang terbaik. Berbeda jika pikiran galau, cemas, tidak tenang, gelisah maka sering keputusan yang diambil bisa tidak tepat, emosional dan akibatnya hanya menambah parah situasi.  Dengan sikap sabar dan tenang maka respon tubuh akan membuat detak jantung lebih stabil, tekanan darah mulai normal, mulai bersemangat , optimis dan seterusnya. Dengan respon tubuh yang kembali normal, maka membuat komplikasi gangguan tubuh tidak terjadi. Tubuh bisa kembali segar dan sehat. Inilah fungsi Al Qur’an sebagai penawar (obat) dan rahmah bagi orang-orang yang beriman. Diterangkan di dalam Al Quran di

 وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ

 “Dan kami turunkan Alquran sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS al-Isra [17]: 82).

Allah juga mengirim penyelesaian masalah dengan menjadikan perasaan hati menjadi tenang, lapang dan sabar. Dengan kondisi tubuh yang tetap baik ini, maka akan lebih mudah menemukan alternatif-alternatif jalan keluar dari permasalah yang dihadapi. Berbeda ketika hati tidak lapang, pikiran kacau, tergesa-gesa, maka akan semakin sulit menemukan jalan keluar. Allah berjanji memberikan jalan keluar masalah bagi mereka yang bertaqwa sebagaimana yang dijanjikan Allah dalam Surat Ath-Thalaq, Ayat 2-3.

… وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا

وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya,
Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.Q.S Ath-Thalaq: 2-3.

Allah juga mengirimkan pesan lain dalam mensikapi musibah di dalam Q.S At-Taghabun 11

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَهۡدِ قَلۡبَهُۥۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ

Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Q.S At-Taghabun 11

Ayat-ayat tersebut mengirimkan pesan kepada hambanya tentang solusi terhadap berbagai masalah dalam kehidupan. Mungkin tidak menyebutkan secara teknis, karena itu adalah bagian dari ikhtiar yang harus ditempuh manusia. Seseorang akan mendapatkan petunjuk dari solusi permasalahan tersebut. Dengan adanya petunjuk itu akan memberikan energi keyakinan positif. Sehingga  membuat seseorang tidak pantang menyerah dan terus berusaha mencari solusi. Ia tidak akan putus asa, karena percaya dengan janji Allah yang akan memberikan jalan keluar dari setiap persoalan dari arah yang mungkin tidak disangka-sangka. Meskipun jalan yang akan dilaluinya tidak mudah dan penuh tantangan.

Coba bandingkan jika orang yang mendapatkan persoalan tersebut tidak bisa mentadabburi Al Qur’an. Maka ia akan mudah stress, tidak bergairah, menurun semangat, terasa berat, bahkan sampai putus asa dengan permasalahan yang menimpannya. Bisa saja sampai nekad bunuh diri. Dengan berbagai suasana emosional yang tidak baik tersebut, maka mereka akan mudah berhenti berusaha untuk mencari solusi permasalahan yang dihadapi.

Inilah contoh manfaat tadabbur Qur’an dalam memberikan solusi salah satu problematika hidup. Hal ini membuktikan bahwa Al Qur’an semakin tidak terbantahkan. Mampu memberikan bukti kebenaran Al Al Qur’an sebagai pedoman hidup. Allah menguatkan lagi di dalam QS. al-Jatsiyah: 20

هَـٰذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ

“Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk, dan rahmat bagi kaum yang meyakini.” [QS. al-Jatsiyah: 20]
Tilawah, membaca al-Qur’an merupakan sebuah amalan ibadah yang mulia dan agung. Akan tetapi, tidak boleh bagi seseorang berhenti hanya sekadar membacanya saja tanpa berusaha untuk mempelajari kandungannya dan mengamalkannya. Ayat di atas juga menjelaskan betapa pentingnya memahami dan merenungkan makna al-Qur’an.  Karena Al Qur’an adalah pedoman dan petunjuk bagi manusia untuk menjalani kehidupan di dunia ini.

Ibnul Qayyim rahimahullah juga mengingatkan dengan berkata,

فإذا قرأه بتفكر حتى مر بآية وهو محتاج إليها في شفاء قلبه، كررها ولو مائة مرة ولو ليلة، فقراءة آية بتفكر وتفهم خير من قراءة ختمة بغير تدبر وتفهم، وأنفع للقلب، وأدعى إلى حصول الإيمان وذوق حلاوة القرآن.

“Jika seseorang membaca al-Qur’an dengan perenungan hingga sampai pada sebuah ayat yang dia butuhkan untuk mengobati hatinya, maka dia mengulang-ulang ayat tersebut walaupun sampai seratus kali atau bahkan sampai semalaman. Maka, membaca satu ayat dengan memikirkannya dan memahaminya itu lebih baik, lebih bermanfaat untuk hati, dan lebih mampu untuk memupuk iman dan merasakan manisnya al-Qur’an, daripada sekadar meng-khatam-kan al-Qur’an tanpa men-tadabburi-nya dan memahaminya.” [Miftah Daris Sa’adah, karya Ibnul Qayyim, 1: 187]

Semoga Allah memudahkan kita untuk memahami, mentadabburi Al Qur’an dan memudahkan untuk mengamalkannya. Aamiin.

Menaikkan Sensitivitas Dalam Menjiwai Isi Al Qur’an

Allah memberitahukan salah satu manfaat mempelajari Al Qur”an

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zhalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian. Q.S Al Isra:82.

Al Qur’an diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Artinya ini akan memberikan manfaat dan keuntungan dalam kehidupan bagi orang yang beriman. Namun di sisi lain Al Qur’an justru memberikan kerugian bagi orang-orang yang dzolim. Artinya meski yang diberikan sama-sama berasal dari Al Qur’an ternyata mempunyai respon yang berbeda bagi penerimanya. Hal ini tergantung dari kemampuan sensitivitas penerimaan dari masing-masing qolbu (hati) seseorang. Jika hatinya sehat dan punya reseptor penerimaan yang baik maka nilai-nilai positif dan hikmah dari Al Qur’an tersebut akan bisa masuk dan memberikan manfaat. Namun jika hati sakit, maka akan menghalangi masuknya nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an. Sehingga seseorang menjadi lebih sulit dalam menerima Al Qur’an.  Bahkan tidak mempan (resisten/kebal) dengan berbagai peringatan dan petunjuk yang datang dari Al Qur’an. Orang yang sakit qolbu ini disebabkan banyak melakukan dosa dan maksiat. Bisa dilakukan oleh hati,  lesan atau perbuatan. Akibatnya dosa maksiat tersebut mengotori hatinya (qolbunya). Sehingga cahaya petunjuk Al Qur’an tidak akan menembus qolbunya. Kondisi demikian ini menunjukkan bahwa  sensitivitas qolbu seseorang yang rendah atau bahkan sudah tidak mempan lagi terhadap petunjuk yang datang dari ayat-ayat Al-Qur’an. Atau sudah menjadi resisten.  Sebagaimana disebutkan di dalam Q.S Al Muthoffifin 11-15

وَمَا يُكَذِّبُ بِهِۦٓ إِلَّا كُلُّ مُعۡتَدٍ أَثِيم

إِذَا تُتۡلَىٰ عَلَيۡهِ ءَايَٰتُنَا قَالَ أَسَٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِين

كَلَّاۖ بَلۡۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ

كَلَّآ إِنَّهُمۡ عَن رَّبِّهِمۡ يَوۡمَئِذٖ لَّمَحۡجُوبُون

  1. Dan tidak ada yang mendustakannya (hari pembalasan) kecuali setiap orang yang melampaui batas dan berdosa,
    13. yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berkata, “Itu adalah dongeng orang-orang dahulu.”
    14. Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.
    15. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhannya. Q.S Al-Muthaffifin 12-15.

Semua Al Qur’an isinya sama di seluruh dunia. Dan sudah mendapat jaminan Allah tentang kemanfaatannya bagi kehidupan umat manusia di seluruh alam.  Sehingga ketika seseorang tidak bisa mendapatkan obat/penawar dan rahmah dari ayat-ayat Al Qur’an maka yang wajib diperbaiki adalah orangnya. Lebih khususnya adalah hatinya. Bukan Al Qur’an nya. Sekali lagi bukan Al Qur’annya Karena Al Qur’an adalah Kalamullah datang dari Allah Sang Pencipta Alam Semesta Ini. Zat Yang Maha Benar. Zat yang Mengetahui dan Menguasai semuannya. Jadi mustahil Al Qur’an punya “kekurangan”.
Sedangkan manusia adalah makhluk lemah. Makhluk yang tidak sempurna. Sehingga manusialah yang mempunyai kekurangan tersebut. Hatinya sakit. Sensitivitas rendah terhadap pesan dan hikmah yang terkandung dalam Al Qur’an. Sehingga usaha perbaikan harus ditujukan terhadap manusia tersebut. Dengan cara mengobati qolbunya untuk menaikkan sensitivitas penerimaanya terhadap Al Qur’an. Jika hal ini tidak dilakukan segera maka penyakit hati akan semakin parah dan semakin sulit diobati. Hal ini mengakibatkan qolbu tidak bisa ditembus oleh  cahaya petunjuk Allah yang ada di dalam Al Qur’an. Akibatnya peringatan yang disampaikan dari Al Qur’an sudah tidak mempan untuk memperbaiki akhlaknya. Nauzubillah.

Membaca Al Qur’an dengan tanpa memahaminya akan membuat kurang maksimal dalam mengambil manfaat dari Al Qur’an. Hal ini juga kurang memberikan kesan mendalam dalam kehidupan seseorang. Karena fungsi Al Qur’an sebagai petunjuk, obat dan rahmah tidak akan berfungsi secara optimal. Karena pemahaman isi Al Qur’an belum tersampaikan dengan baik. Sehingga kurang  memberikan pengaruh yang kuat terhadap cara bersikap dan berperilaku.

Agar sensitivitas terhadap nilai nilai positif Al Qur’an muncul dan terus terpelihara maka sebaiknya selalu berusaha mentadabburi Al Qur’an dan berusaha mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Bisa dimulai dari hal-hal yang sederhana. Hingga sampai benar benar bisa menemukan kenikmatan dan manfaat dari Al Qur’an tersebut. Dalam prakteknya bisa dimulai dari surat surat Al Qur’an yang sering dihafal dan dipakai dalam kehidupan sehari hari (Juz amma, juz 29,28) dengan harapannya akan lebih mudah memahami. Dari pemahaman tersebut akan terjadi internalisasi ayat ayat Al Qur’an dalam hati seseorang. Sehingga akan lebih mudah menaikkan sensitivitas penerimaan terhadap pesan-pesan, hikmah-hikmah yang ada di dalam Al Qur’an.
Dengan melakukan cara ini semoga akan lebih mudah dalam mentadabburi dan mengamalkan isi Al Qur’an.

Menambah khusyu dalam membaca Al Quran

Al Quran adalah petunjuk dan pedoman hidup. Manusia adalah makhluk yang digerakan oleh suatu tujuan dan keinginan. Dan bukan hanya insting semata sebagaimana binatang. Manusia diberikan akal oleh Allah SWT untuk memikirkan segala sesuatu sebelum melakukan tindakan. Allah SWT memerintahkan agar menggunakan akal tersebut untuk memikirkan isi dari Al Qur’an yang dibacanya. Apa tujuannya dan apa manfaat dalam kehidupan.
Al Qur’an adalah pedoman dalam menjalani hidup. Dengan mengetahui isi Al Qur’an maka akan memberikan kepada seseorang gambaran yang lebih jelas maksud dari Al Quran yang dibacanya. Sehingga saat seseorang membacanya akan menjadi lebih merasa berkesan dan lebih khusyu’.
Dengan mengetahui isi Al Qur’an maka pembaca bisa mengerti dan mengikuti alur pemahaman isi Al Qur’an. Beberapa alur pemahaman di dalam Al Quran diantaranya bisa berisi narasi kisah nabi, narasi pesan kepada orang beriman, narasi peringatan terhadap orang kafir, narasi harapan kemenangan, narasi ancaman dimasukkan ke neraka, narasi kabar gembira berupa surga, narasi penghianatan orang munafik dan lain-lain. Dengan demikian ketika melantunkan lafadz bacaan Al Qur’an, sang qori’ akan semakin khusyu’ dan menikmati bacaannya. Dengan tadabbur Al Qur’an akan memberikan suasana emosional dan susana batin lebih dalam dan lebih berkesan pada saat melantunkan ayat suci Al Qur’an. Suasana saat sedih (misal adanya kekhawatiran jika sampai anggota keluarga yang mendapat siksaan), suasana senang dan puas (misal ketika merasakan kenikmatan yang ada di surga), suasana takut (karena ancaman siksa neraka yang mengerikan), suasana pengharapan solusi (karena sedang menghadapi cobaan), suasana keberanian ( saat ada kisah kepahlawanan peperangan zaman Rasulullah saw) dan lain-lain. Sehingga kualitas ibadah juga akan meningkat. Akan lebih bisa menghayati dan menjiwai. Apalagi jika dilakukan pada saat sepi di malam hari pada saat sholat malam. Maka akan semakin berkesan dan meninggalkan bekas yang lebih dalam. Sebagaimana firman Allah di Surat Al Muzamil ayat 6

اِنَّ نَاشِئَةَ الَّيۡلِ هِىَ اَشَدُّ وَطۡـاً وَّاَقۡوَمُ قِيۡلًا

Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan pada waktu itu) lebih
berkesan.

Allah menguatkan di dalam ayat lain agar seseorang untuk mentadabburi ( merenungkan ) isi Al Qur’an di dalam QS. Shad: 29

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS. Shad: 29)

Inilah kelebihan ketika membaca Al Quran dengan disertai tadabbur. Maka akan lebih terasa “khusyu”, terkesan dan menjiwai. Sehingga akan semakin mudah untuk masuk ke dalam hati (qalbu) sehingga memudahkan untuk bisa mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. .

Tadabbur Qur’an Meningkatkan Kecerdasan Logika dan Analisis

Menghafal dengan cara berurutan biasanya lebih mudah hafal. Hal ini terjadi karena kalimat-kalimat yang dihafal membentuk irama Qur’an. Apabila dilantunkan oleh pembaca Qur’an maka akan memberikan suatu keselarasan dan kenikmatan. apalagi jika irama suara sang Qori’ bagus. Namun biasanya ketika mengembalikan ingatan hafalan maka juga sering dimulai dari urutan ayat di awal sehingga menjadi kurang efektif.  Ketika ada test sambung ayat maka otak akan melakukan loading beberapa waktu untuk proses pemanggilan ingatan ayat tersebut. Biasanya kejadian ini akibat seseorang belum terbiasa menghafal dan mengecek hafalan secara acak. Latihan murajaah dengan teknik mengacak akan membuat ingatan hafalan menjadi lebih kuat.

Cara murajaah ini akan semakin baik ketika  dibantu dengan menghafal dan memahami isi terjemahannya. Cara ini akan membuat otak terbiasa untuk berlatih mengingat hafalan dan sekaligus kandungannya. Dengan mengkobinasi hafalan lafadz dan pemahaman terhadap ayat-ayat Al Qur’an maka akan melatih dan mempertajam ingatan. Sekaligus juga bisa menjiwai  terhadap isi Al Qur’an yang dibacanya.

Metode menghafal dengan pemahaman akan melatih kemampuan otak logika analisis. Karena otak akan belajar juga memahami logika alur narasi kisah yang ada di dalam Al-Qur’an. Otak juga akan berlatih memahami keterkaitan suatu peristiwa satu dengan peristiwa yang lain, ayat satu dengan ayat lain dan memahami nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an. Sehingga pemahaman Al Qur’an akan semakin mengendap di ingatan yang disimpan otak bawah sadar. Harapannya akan memunculkan motivasi yang lebih kuat untuk mengamalkan isi Al Quran yang telah dipelajari.

Otak juga akan merekam peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehari-hari kemudian berusaha untuk menghubungkan dan mengkaitkan dengan ayat-ayat Al Qur’an yang dihafal. Cara ini digunakan untuk melatih “otak analitik” untuk berfikir secara kritis, kreatif.  Cara pembelajaran seperti ini penting untuk melatih logika, kecerdasan dan kemampuan pemahaman terhadap suatu persoalan.  Ketika otak terus dilatih untuk mempelajari dan memahami kandungan Al Qur’an, maka otak juga akan lebih mudah untuk beradaptasi dengan hal-hal yang baru. Proses pembelajaran dengan menanamkan pemahaman bisa digunakan untuk bidang ilmu lain yang juga memerlukan logika berfikir yang dalam. Misalnya pelajaran matematika, fisika, kimia, geografi dan lain-lain.

Dengan menambahkan pemahaman terhadap isi Al Qur’an, maka semakin bisa memunculkan sikap “ketakjuban”  dan akan membuat seseorang lebih terdorong untuk mentadabburi Al-Qur’an. Para pembaca Qur’an juga sebaiknya mencoba menggali lebih dalam tentang manfaat dari Al Qur’an jika hal ini dilakukan maka akan menambah keimanan.

  1. Tadabbur Qur’an Membantu Memperkuat Hafalan.

Aktivitas seorang muslim yang mempunyai nilai keutamaan besar di sisi Allah adalah mempelajari Al Quran.

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَه

Artinya: Sebaik-baik orang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya (HR bukhari ).

Tujuan mempelajari Al Qur’an adalah untuk mengamalkan isi yang terkandung di dalamnya. Sehingga orang yang belajar Al Qur’an sebaiknya berusaha memahami dan mentadabburinya. Kemudian berusaha membuat  gambaran bentuk-bentuk amalan nyata apa saja yang bisa dilakukan di dalam kehidupannya dari hasil pembelajaran tersebut. Jadi niat di awal akan mempengaruhi langkah follow up apa yang akan dilakukan.

Manusia merupakan makhluk Allah yang diberikan kelebihan dibanding makhluk lain. Manusia dianugerahi akal yang digunakan untuk berfikir. Berbagai macam informasi disimpan di otak dalam bentuk memory atau ingatan. Dalam kenyataannya banyak orang yang mengalami kesulitan dalam memanggil kembali ingatan terhadap informasi yang pernah masuk sebelumnya. Biasanya jenis informasinya adalah yang belum terikat kuat dalam ingatan. Biasanya disebabkan informasi belum masuk secara intens sehingga belum mendapatkan preoritas perhatian di dalam pikiran seseorang. Informasi tersebut hanya masuk di ingatan superficial atau di ingatan jangka pendek. Sehingga ketika mau memanggil kembali ( merecall ) ingatan tersebut maka akan menjadi relatif lebih lama.  Atau bahkan tidak kunjung muncul juga ingatan informasi saat dipanggil. Akibatnya informasi tersebut tidak akan bisa dikelola untuk menjadi sesuatu yang memberikan manfaat pada saat itu.

Supaya informasi tersebut bisa diproses agar bisa memberi manfaat, maka harus bisa memasukkan di ingatan jangka panjang. Sehingga bisa lebih mudah dan lebih cepat dipanggil sewaktu – waktu untuk menghasilkan kemanfaatan. Lalu bagaimana caranya?

Iya informasi tersebut harus bisa memasukan di ingatan jangka panjang. Caranya dengan memasukkan ke dalam ingatan secara lebih intens dan berkualitas. Diantaranya dengan cara memahami lebih dalam isi atau bisa juga menghafal . Menghafal dari konten lafadznya, menghafal alur ceritanya, menghafal bagian pendukung yang membantu memperkuat hafalan inti.  Misalnya ketika menghafal surat At Tahrim setorannya dengan Ustadz A, saat di masjid At Taqwa merupakan bagian pendukung hafalan utama surat At Tahrim. Pada saat itu ustadz A membenarkan bagian-bagian yang salah dari setoran surat yang dilakukan. Maka mengingat ‘bagian yang salah’ dari hafalan surat At Tahrim saat itu merupakan faktor yang membantu proses menghafal. Kenapa? Karena anak penghafal tersebut akan mengingat “bagian-bagian yang salah’ saat setoran ke ustadz A sehingga akan terhindar kesalahan berulang. Jadi pada dasarnya tujuan dari mengelola berbagai informasi secara baik dan sistematis tersebut adalah untuk membantu menghafal Al qur’an.  Kemudian memahami isinya dan berusaha mengamalkan sesuai kemampuan.
Al Quran merupakan kitab suci yang mempunyai kelebihan dibanding kitab suci lainnya.
Al Qur’an bisa dihafal semuanya sedangkan kitab suci lainnya tidak bisa. Banyak orang yang berhasil menghafal. Bahkan Al Qur’an bisa dihafal sampai detail lafadz dan hurufnya. Sehingga akan terus terjaga keasliannya sampai akhir zaman. Ini janji Allah yang diterangkan dalam Al Qur’an.

اِنَّانَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Quran, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9).

Al Qur’an adalah kitab suci yang akan selalu menjadi pedoman hidup umat Islam hingga akhir zaman. Allah memuliakan orang yang selalu berinteraksi dengan Al Qur’an.

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَه

Artinya: Sebaik-baik orang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya (HR bukhari).

Mempelajari Al Qur’an meliputi membaca, menghafalkan, mentadabburi dan mengamalkan. Semakin mampu mengintegrasikan aktivitas-aktivitas tersebut dalam pembelajaran  maka akan semakin banyak informasi yang masuk ke dalam otak. Sehingga akan  proses penyimpanan memori semakin kuat ke dalam sel sel saraf otak. Penguatan penyimpanan ingatan ini terjadi karena banyak indera yang digunakan. Mulai dari penglihatan, pendengaran, perasa, ditambah lagi dengan pengalaman saat mengamalkan. Berbagai macam aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran bertujuan ikut membantu memperkuat hafalan dan penjiwaan. Para salafus sholeh ketika mempelajari Al Quran selalu mengikuti dengan memahami kemudian mengamalkan. Jadi semangat mempelajari Al Qur’an adalah untuk bisa mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu saat pembelajaran Al Qur’an bisa diikuti dengan tadabbur Qur’an dari ayat dan surat yang mereka hafal. Tentunya disesuaikan dengan level masing-masing anak.

Proses tadabbur ini akan memberikan banyak manfaat dalam pembelajaran. Karena murid tidak hanya mengingat-ingat bunyi dan urutan lafadznya saja, Namun bisa terbantu ingatannya dengan memahami alur narasi kisah dan hikmah yang diterangkan di dalam surat tersebut. Proses ini juga akan membantu anak dalam memahami, menjiwai dan menginternalisasi pesan nilai-nilai positif ke dalam dirinya. Proses pembelajaran ini juga akan membuat suasana lebih hidup dan menyenangkan. Karena anak mendapatkan kisah-kisah baru yang menarik dan menggairahkan. Sehingga anak akan lebih menikmati pembelajaran dan punya daya tahan yang lebih lama dalam belajar. Dengan berbagai berbagai kelebihan dengan metode tadabbur maka akan semakin membantu memperkuat hafalan dan semakin meningkatkan motivasi untuk mengamalkan isi Al Qur’an dalam kehidupannya. Pengamalan inilah yang menjadi indikator keberhasilan dalam belajar Al Qur’an.

Tadabbur Quran akan Memperbaiki Adab Akhlak

Allah adalah Maha Menentukan segala sesuatu. Allah lah yang mentakdirkan semua urusan dan nasib manusia. Apakah ia akan menjadi orang baik atau menjadi orang buruk. Apakah ia akan menjadi sukses atau gagal. Apakah ia akan masuk surga atau masuk neraka. Apakah seseorang akan mempunyai adab dan akhlak yang baik atau adab dan akhlak yang buruk. Semua catatan takdir itu sudah ditetapkan di Lauh Mahfudz.

فِي لَوۡحٖ مَّحۡفُوظِۭ

yang (tersimpan) dalam (tempat) yang terjaga (Lauh Mahfuzh)
Q.S Al-Buruj : 22

Dan Allah Maha berkuasa untuk melakukan segala hal termasuk berkuasa membuat apakah seseorang mempunyai akhlak dan adab yang baik atau sebaliknya.

إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Sesungguhnya Allah berkuasa terhadap segala sesuatu

Lalu muncul pertanyaan? Lalu kenapa kita harus repot-repot melakukan amalan-amalan kebaikan kan, toh sudah ditentukan hasil akhirnya.
Inilah pertanyaan yang sering membuat terkadang seseorang menjadi malas beramal. Jika salah memahami. Mereka merasa percuma saja kalau begitu berarti tidak ada gunanya berusaha. Inilah pemahaman yang harus diluruskan. Karena akan mempengaruhi akhlak dan amalan seseorang. Mereka akan cenderung mempunyai akhlak mudah menyerah, pesimis atau takut gagal jika melakukan suatu pekerjaan baru. Pemahaman yang harus ditanamkan dalam urusan “hasil akhir” (taqdir) manusia tidak akan pernah tahu apakah ia akan berhasil atau tidak, apakah akan laba atau rugi, apakah akan menang atau kalah, apakah ia akan mendapat kenikmatan atau sengsara di akherat. Karena manusia tidak tahu bagaimana hasil akhir taqdirnya. Oleh karena itu manusia wajib berusaha terlebih dahulu dalam mencapai suatu tujuan. Karena orang yang berikhtiar maka akan didekatkan dengan keberhasilan.

فَسَنُيَسِّرُهٗ لِلۡيُسۡرٰىؕ

maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan),

Inilah motivasi dari Allah agar manusia harus berikhtiar agar dimudahkan meraih cita-citanya. Jangan sampai sudah menyerah di awal karena bayangan kegagalan yang muncul. Manusia dilarang putus asa dan tidak mau memperjuangkan takdir baiknya.

Di sisi lain ada petunjuk Allah agar manusia berusaha berikhtiar dan berdoa agar diberi kemudahan untuk mencapai targetnya. Sehingga ia akan didekatkan dengan takdir baiknya. Jadi jika ia ingin agar Allah mentakdirkan kebaikan bagi dirinya maka ia harus berusaha membiasakan diri untuk beramal dengan hal-hal yang baik pula sesuai perintah Allah SWT.

Manusia adalah makhluk yang Allah berikan kelebihan berupa akal dan pikiran. Namun kelebihan ini bersifat netral. Sehingga dengan itu manusia diberikan kesempatan memilih apakah mau digunakan untuk berada di jalan kebaikan yaitu jalan Allah. Atau justru mengikuti jalan setan yang menyesatkan. Jika ia membiasakan perbuatan yang mengikuti perintah Allah dan RasulNya maka ia mendekatkan takdir baiknya. Maka Allah akan membalasnya dengan surga. Namun sebaliknya jika ia membiasakan dengan perbuatan maksiat yang melanggar perintahNya maka ia mendekatkan diri menuju takdir buruknya. Maka Allah akan membalasnya dengan memasukkan ke neraka.

Lalu bagaimana implementasinya?
Mempelajari Al Quran dengan cara memahami isinya, mentadabburi adalah upaya untuk lebih mendekatkan diri memperoleh takdir baiknya. Karena dengan mentadabburi akan memberikan gambaran lebih jelas berbagai bentuk wujud amalannya. Sehingga akan memotivasi untuk mengamalkan Al Quran dalam kehidupan sehari-hari. Dengan ikhtiar ini maka Allah akan memudahkan jalan kebaikan.

وَنُيَسِّرُكَ لِلۡيُسۡرَىٰ

Dan Kami akan memudahkan bagimu ke jalan kemudahan (mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat), Q. S. Al-A’la :8

Berbeda jika tidak ada upaya atau mentadabburinya. Maka seseorang akan lebih sulit untuk mengamalkan karena tidak mengerti pesan-pesan apa yang terkandung di dalam Al Qur’an. Padahal Al Qur’an diturunkan untuk diamalkan. Karena kejayaan dan kemuliaan umat Islam tergantung seberapa komitmen umatnya berpegang teguh terhadap Al Qur’an. Lalu bagaimana seseorang bisa beramal lebih baik jika tidak memahami bentuk amalannya. Implementasi amalan bisa dimulai dari diri kita, keluarga kita dan lingkungan sekitar kita terlebih dahulu. Kalau di dalam kegiatan belajar mengajar maka bisa dimulai dari guru, ustadz dan ustadzahnya atau pengelola sekolah. Allah mengingatkan

اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia (QS. Ar-Ra’d [13]: 11).

Dengan mencontoh bagaimana Rasulullah dan para shahabat belajar Al Quran dengan membaca dan mentadabburinya maka semoga bisa membuat pengamalan terhadap Al Quran menjadi lebih baik. Sehingga proses pembentukan adab dan akhlak akan semakin lebih mudah dicapai dengan ijin Allah. Semoga Allah memudahkan jalan kita. Aamiin.

 

Tadabbur Al Qur’an Mempercepat Terbentuknya Budaya Kebaikan Bangsa

Adab dan akhlak yang baik menjadi tujuan dalam pendidikan di berbagai institusi baik formal maupun informal. Segala ilmu pengetahuan yang diajarkan seharusnya dikawal dengan pendidikan adab dan akhlak. Apabila tidak ditanamkan adab dan akhlak yang baik, maka justru akan memberikan dampak madharat yang lebih besar daripada manfaatnya. Hasilnya bisa saja menjadi bumerang, bukan perbaikan yang didapat namun justru kerusakan demi kerusakan akan didapatkan. 

Adab dan akhlak yang baik merupakan modal utama semua anak untuk bisa sukses di masa depan. Baik di dunia maupun akherat. Karena merupakan pondasi dasar dalam melakukan segala kegiatan agar memberikan hasil yang berkualitas.  Oleh karena itu kedudukan adab dan akhlak sangatlah penting menjadi bahan pembelajaran di semua level pendidikan. Bahkan di dunia kerja, organisasi, lembaga dan lain-lain. Adab dan akhlak juga bisa menjadi kunci sukses seseorang untuk mencapai keberhasilan di masa depan.

Lalu harus dimulai dari mana?

Dimulai dari diri kita sendiri, kemudian di keluarga, lalu menyebar ke lingkungan sekitar lalu meluas ke lingkungan yang sering interaksi dengan kita. Mulai lingkungan sekolah, lingkungan tempat bermain, lingkungan masyarakatnya dan lain lain. Dengan terus konsisten menerapkan adab dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari, mempraktekkan baik secara individu maupun kelompok, maka akan terbentuklah budaya suatu masyarakat yang beradab dan berakhlak. Inilah yang akan menjadi modal penting dalam membangun akhlak dan peradaban suatu bangsa menuju kemakmuran dan kemuliaan.

Tadabbur Al Qur'an membentuk akhlaq Al-Qu'ran

Misi Rasulullah menyempurnakan Akhlaq

Fungsi Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak

إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ

Sesungguhnya aku diutus untuk memperbaiki akhlak (HR. Al-Baihaqi).

Rasulullah SAW diutus Allah SWT untuk memperbaiki akhlak manusia yang sebelum hidup di zaman kebodohan (jahiliyah) atau kegelapan menuju zaman dengan penuh cahaya keimanan di bawah bimbingan Rasulullah. Dari zaman dengan berbagai perilaku buruk dan maksiat (seperti judi, membunuh, zina, syirik) menuju zaman yang dihiasi dengan akhlak mulia buah dari keimanan. Diantaranya menyembah hanya kepada Allah, menyantuni fakir miskin, memberi makan saat lapar, tidak berzina dan lain-lain).
Lalu bagaimana akhlak Rasulullah sebagai tauladan yang bisa dicontoh dalam dalam kehidupan sehari-hari?

Sebagaimana diceritakan Aisyah RA bahwa akhlak Rasulullah adalah seperti Al Quran

كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ رواه أحمد

Maka Aisyah menjawab : sesunggunnya akhlaq Rasulullah saw ialah al-Quran” (HR. Muslim).

Dengan demikian seluruh contoh perbuatan baik yang ada di dalam Al Qur’an adalah akhlak mulia dari Rasulullah SAW. Begitu juga seluruh akhlak buruk yang diterangkan di dalam Al Qur’an adalah bukan dari akhlak Rasulullah SAW sehingga harus dijauhi.

Sehingga cara memahami Al Qur’an adalah dengan mengikuti perilaku Rasulullah SAW. Yaitu dengan mempelajari perjalanan hidup nabi Muhammad Saw ( shirah Nabawiyah). Sirah nabi ini akan sangat membantu pemahaman kandungan Al Qur’an sehingga akan memudahkan dalam mengamalkan Al-Qur’an.

Kita sebagai muslim jika ingin mendapatkan ridho dari Allah SWT maka wajib untuk menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai tauladan. Kemudian mengikuti akhlak Nabi yang tercermin di dalam perilakunya.
Sebagaimana firman Allah

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah,”

Oleh karena itu jika kita ingin membangun Akhlakul Qur’an baik pada diri kita , anak-anak kita maupun masyarakat maka wajib memahami Al Qur’an dan mengamalkannya.

Tadabbur Al Qur’an kunci sukses pembentukan akhlak

Mengapa Al Qur’an efektif membentuk adab dan akhlak. Rasulullah SAW diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sementara akhlak Rasulullah Saw sendiri adalah sebagaimana Al Qur’an. Sehingga Akhlak Rasulullah SAW merupakan semua nilai-nilai kebaikan yang terkandung di dalam Al Qur’an.
Lalu apa kelebihan Al Qur’an dalam membentuk adab dan akhlak dibanding kitab-kitab lain?

1. Al Qur’an merupakan Kalamullah.
Sehingga ketika seseorang membaca Al Qur’an hakekatnya ia sedang berkomunikasi dengan Allah SWT. Dengan membaca Al Qur’an berarti Allah memberikan nasehat kepada kita secara langsung melalui makna-makna ayat yang terkandung di dalamnya. Sehingga kalimat Al Qur’an yang dilantunkan akan memberikan pengaruh lebih kuat ke dalam hati seseorang dibanding kitab lain. Dan bisa membangkitkan semangat motivasi untuk mengamalkannya. 

2. Allah memerintahkan umat Islam membaca Al Qur’an berulang- ulang.
Penekanan pengulangan ini tidak diterapkan pada kitab-kitab lain. Murajaah Al Qur’an ini sangat bermanfaat. Membaca lafadz Al Al Qur’an merupakan ibadah yang berpahala. Selain itu dengan membaca Al Qur’an secara konsisten akan menanamkan pemahaman Al- Qu’ran lebih dalam. Sehingga mampu masuk sampai ke dalam otak bawah sadar.
Hal ini akan akan semakin memberikan penjiwaan isi Al Qur’an. Sehingga akan mendorong untuk mengamalkan Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari sebagai kebiasaan yang membentuk adab dan akhlak.

3. Al Qur’an merupakan cerminan dari akhlak Rasulullah Saw
Sebagaimana yang dikatakan Aisyah ra. Sehingga jika seseorang belajar nilai-nilai yang terkandung Al Qur’an kemudian mengamalkannya, maka pada hakekatnya ia sedang membentuk adab dan akhlak sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW.

Tadabbur Al Qur’an MenunjangTerbentuknya Budaya Kebaikan Bangsa

Adab dan akhlak yang baik menjadi tujuan dalam pendidikan di berbagai institusi baik formal maupun informal. Segala ilmu pengetahuan yang diajarkan seharusnya dikawal dengan pendidikan adab dan akhlak. Apabila tidak ditanamkan adab dan akhlak yang baik, maka justru akan memberikan dampak madharat yang lebih besar daripada manfaatnya. Hasilnya bisa saja menjadi bumerang, bukan perbaikan yang didapat namun justru kerusakan demi kerusakan akan didapatkan. 

Adab dan akhlak yang baik merupakan modal utama semua anak untuk bisa sukses di masa depan. Baik di dunia maupun akherat. Karena merupakan pondasi dasar dalam melakukan segala kegiatan agar memberikan hasil yang berkualitas.  Oleh karena itu kedudukan adab dan akhlak sangatlah penting menjadi bahan pembelajaran di semua level pendidikan. Bahkan di dunia kerja, organisasi, lembaga dan lain-lain. Adab dan akhlak juga bisa menjadi kunci sukses seseorang untuk mencapai keberhasilan di masa depan.

Lalu harus dimulai dari mana?

Dimulai dari diri kita sendiri, kemudian di keluarga, lalu menyebar ke lingkungan sekitar lalu meluas ke lingkungan yang sering interaksi dengan kita. Mulai lingkungan sekolah, lingkungan tempat bermain, lingkungan masyarakatnya dan lain lain. Dengan terus konsisten menerapkan adab dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari, mempraktekkan baik secara individu maupun kelompok, maka akan terbentuklah budaya suatu masyarakat yang beradab dan berakhlak. Inilah yang akan menjadi modal penting dalam membangun akhlak dan peradaban suatu bangsa menuju kemakmuran dan kemuliaan.

Cara praktis dan aplikatif dalam tadabbur Al-Qur'an

Menanamkan Mindset Belajar Al Qur’an (Tidak) Mudah

Belajar Al Qur’an itu tidak mudah.
Belajar Al Qur’an itu menyusahkan.
Belajar Al Qur’an itu kurang bermanfaat.
Belajar Al Qur’an itu ketinggalan jaman.
Belajar Al Qur’an membuat jumud dan tidak berkembang

Demikian setidaknya persepsi-persepsi tentang belajar Al Qur’an yang terjadi di banyak umat Islam. Persepsi kurang tepat yang menganggap belajar Al Qur’an itu sulit memunculkan rasa enggan dan malas untuk mempelajari Al Qur’an. Karena kebanyakan orang tidak mau merasakan susahnya menempuh pembelajaran. Sehingga belajar Al Qur’an semakin kurang berminat dan semakin jauh tak tersentuh.
Kabar baiknya alhamdulillah saat ini antusias kaum muslimin untuk belajar Al Qur’an sudah semakin meningkat karena penyebaran Al Qur’an dan para pengajarnya semakin meluas.

Allah memberikan motivasi hambaNya dengan kemudahan bagi hambanya yang belajar Al Qur’an.
Allah SWT berfirman

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? Al Qomar 17

Dengan mindset positif tentang belajar Al Qur’an ini akan membuat seseorang lebih ringan melakukannya. Inilah persepsi yang ditanamkan Allah untuk memberikan motivasi agar seseorang antusias belajar Al Qur’an. Sehingga ketika menemui hambatan dalam pembelajaran akan lebih sabar dan punya semangat dalam mengatasinya.

Al Qur’an diturunkan juga bukan untuk memberatkan dan menjadikan susah. Namun justru untuk memberikan manfaat bagi kehidupan seseorang

مَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لِتَشۡقَىٰٓ
إِلَّا تَذۡكِرَةٗ لِّمَن يَخۡشَىٰ

Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah
melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),Tha-Ha 2-3

Motivasil lain yang Allah janjikan kepada hambaNya adalah bahwa Al Qur’an yang dipelajari akan mendatangkan banyak manfaat. Al Qur’an akan memberikan petunjuk hidup, Al Qur’an akan menjadi penawar atau syifa, Al Qur’an memberi Rahmat dan keberkahan.

ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ

Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, Al-Baqarah 2

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٞ وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارٗا

Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zhalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.
Al-Isra’ 82

Dan balasan utama bagi orang yang belajar dan mengamalkan Al Qur’an adalah kebahagiaan, kemenangan, keberuntungan yang abadi. Yaitu dimasukkannya ke dalam Surga.

Bagaimana agar belajar Al Qur’an menjadi lebih mudah

Ibarat orang mengerjakan ujian maka mulailah dari soal yang paling mudah dikerjakan terlebih dahulu. Demikian juga mempelajari Al Qur’an biaa disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Usahakan jangan masuk pada tema-tema yang memberatkan sehingga Al Qur’an menjadi terpersepsi sulit semuanya. Misal tentang hukum negara, hukum pernikahan, hukum perceraian, hukum jual beli, hukum jihad dan lain-lain.
Tips untuk membuat  belajar Al Qur’an menjadi lebih mudah :
– Mulai dari ayat-ayat pendek seperti di juz akhir misal 30-28
– Mulai dari ayat yang mengandung makna sederhana (adab dan akhlak) bukan yang komplek ( misal hukum jual beli, hukum waris )
– Mulai dari ayat-ayat yang banyak membahas iman, aqidah, biasanya banyak di juz akhir
– Mulai dari ayat-ayat dengan bahasa lugas dan jelas (tidak membutuhkan penjelasan lebih detail)

Demikian langkah-langkah yang bisa ditempuh agar belajar Al Qur’an bisa terasa lebih mudah dan tidak terlalu membebani.

Bagaimana urutan memulai tadabbur Al Qur’an?
Pada zaman Rasulullah Saw Al Qur’an turun secara bertahap. Diturunkan Allah sesuai kebutuhan perjalanan dakwah Nabi Muhammad Saw.

 إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ تَنزِيلٗا 

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an kepadamu (Muhammad) secara berangsur-angsur. [Surat Al-Insan: 23]

Saat turun Al Qur’an di Makkah banyak mengandung tema tentang keimanan. Sehingga menghasilkan para sahabat yang akhlaknya sangat mulia. Mempunyai daya tahan yang kuat meskipun banyak mendapatkan ancaman, intimidasi,dan siksaan dari orang kafir Quraisy. Surat- surat yang banyak membahas keimanan ini banyak turun di kota Makkah dan banyak terdapat di juz akhir mulai dari juz 30, 29. Selain itu kalimat di dalam juz tersebut banyak yang pendek-pendek sehingga relatif lebih mudah dipahami. Selama pembelajaran pengulangan perlu terus dilakukan agar lebih dalam pemahaman ayat-ayat tentang keimanan tersebut.

Pembelajaran tadabbur Al Qur’an bisa dilanjutkan mulai dari awal surat Al Baqarah, Al Imran dan seterusnya sampai akhir Al Qur’an. Proses pembelajaran ini digunakan sebagai pemetakkan awal untuk mengetahui gambaran secara umum dari isi Al Qur’an. Misalnya proporsi jumlah ayat banyak ditemukan ayat tentang kisah Musa, Nabi Yusuf, nabi Ibrahim dan lain-lain. Pemetakan ayat lain tentang perang Badar ada dimana saja, ayat tentang perang Uhud ada dimana saja. Termasuk keuntungan proses pembelajaran ini adalah kita menjadi tahu apa yang belum kita ketahui sehingga memotivasi kita untuk belajar.

Pemetakkan Al Qur’an bertujuan untuk mengetahui pola isi Al Qur’an. Sehingga pada tahap pembelajaran selanjutnya bisa membuat preoritas pembelajaran Al Qur’an mana saja yang akan dipelajari dengan dalam terlebih dahulu.

Saat awal membaca Al Qur’an dan maknanya maka biasanya ada sebagian yang bisa dipahami. Tapi lebih banyak yang belum bisa dipahami. Hal ini wajar karena masih tahap awal pembelajaran. Namun seiring dengan waktu pengulangan, maka secara bertahap akan terjadi peningkatan pemahaman terhadap ayat-ayat Al Qur’an. Sehingga seseorang menjadi paham sebagian dari ayat Al Qur’an dan sebagian lagi mungkin juga belum memahami. Orang yang tahu bahwa ia tidak tahu sebagian isi Al Qur’an akan  lebih baik dibanding ia tidak tahu kalau ia tidak tahu isi Al Qur’an karena memang tidak pernah membaca isinya. Dengan menyadari bahwa ada ayat-ayat Al Qur’an yang belum ia ketahui isinya, maka akan memotivasi untuk terus mencari tahu isi Al Qur’an tersebut.

Sebagian ayat Al Qur’an memang ada yang bahasanya panjang dan komplek. Sehingga diperlukan pemikiran lebih dalam untuk memahaminya. Jika menemui kesulitan dalam memahami maka jangan dipaksa untuk memahami sendiri karena bisa terjadi kesalahan dalam pemahaman. Langkah yang dilakukan sebaiknya dicatat  lalu dicari sumber referensi pendukung lainnya. Misalnya buku tafsir, asbabun Nuzul, Sirah atau yang lainnya. Jika tetap masih belum paham maka bisa ditanyakan kepada ahlinya. Misalnya dalam forum kajian Al Qur’an dengan narasumber ahli di bidang Al Qur’an.

Dalam proses pembelajaran jangan terlalu fokus kepada ayat-ayat yang sulit dipahami. Karena akan menurunkan semangat dalam mempelajari Al Qur’an.  Namun fokuslah pada ayat-ayat yang bahasanya lugas dan mudah dipahami serta menjadi kebutuhan preoritas. Sehingga kita bisa mengambil nilai-nilainya secara langsung dan bisa diamalkan. Dengan terus mengulang-ulang Al Qur’an menjadi bacaan harian kita, maka akan semakin banyak nilai-nilai dan hikmah di dalam Al Qur’an yang bisa kita ambil. Proses pembelajaran ini akan semakin mengendapkan nilai Al Qur’an ke dalam pikiran bawah sadar sehingga membentuk akhlak mulia. Proses tahapan pembelajaran dari yang mudah ini akan memberikan persepsi bahwa belajar Al Qur’an itu mudah. Sebagaimana Allah memberikan motivasi di dalam Al Qur’an

 وَلَقَدۡ يَسَّرۡنَا ٱلۡقُرۡءَانَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٖ 

Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
[Surat Al-Qamar: 17]

Proses pembelajaran Al Qur’an bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing orang, sesuai tingkat kemampuannya. Kemudian secara bertahap terus dinaikkan tingkatannya. Sehingga tujuan pemahaman dan pengamalan bisa semakin meningkat pula. Proses tahapan pembelajaran dari yang mudah ini bertujuan untuk menghindari kesan bahwa belajar Al Qur’an itu susah dan memberatkan yang akan membuat umat Islam semakin menghindar.
Proses pembelajaran demikian ini  akan memberikan motivasi untuk terus melakukan peningkatan pembelajaran ke tahap selanjutnya. Karena merasa tidak mengalami beban dan stressor dalam belajar Al Qur’an. Dan bisa menikmati proses pembelajaran serta mendapat manfaat dari Al Qur’an yang dipelajarinya.
Allah SWT memberikan motivasi dengan membangun mindset bahwa Al Qur’an  diturunkan bukan untuk menambah beban, namun justru sebagai solusi permasalahan hidup.
Allah juga menurunkan Al Qur’an bukan untuk membebani sebagaimana di dalam Al Qur’an

 مَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لِتَشۡقَىٰٓ 
 إِلَّا تَذۡكِرَةٗ لِّمَن يَخۡشَىٰ 

Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah;
melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah) Thaha 2-3

…. فَٱقۡرَءُوا۟ مَا تَیَسَّرَ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِۚ …

Karena itu bacalah dari yang mudah ( bagimu) dari Al Qur’an
Q.S Al Muzzamil 20

Dari uraian di atas jika ingin mempelajari Al Qur’an mulailah dari yang mudah-mudah dulu namun tetap sesuai preoritas kebutuhan kita. Sehingga akan membuat istiqomah dalam menjalaninya. 

3 Tahapan dalam belajar tadabbur Al Qur’an

 1. Tahap penanaman aqidah keimanan
Al Qur’an diturunkan bertahap agar Rasulullah Saw dan para shahabat lebih bisa menjiwai dalam pengamalan Al Qur’an.

إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ تَنزِيلٗا

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an kepadamu (Muhammad) secara berangsur-angsur. QS Al-Insan 23

Rasulullah SAW menerima wahyu Al Qur’an lebih dari 22 tahun. Lebih dari separuh kenabian ( lebih 12 tahun) beliau lakukan di Makkah. Pada fase Makkah ini Allah turunkan Al Qur’an untuk memperkuat keimanan dan aqidah dari para shahabat. Al Qur’an banyak menerangkan tentang keyakinan kepada Allah, keyakinan kepada malaikat, kitab-kitab, rasul, hari akhir dan qodha dan qadar.

Keimanan merupakan pondasi bagi seorang muslim. Semakin kuat keyakinan maka akan semakin kuat pula pondasinya. Keimanan pada fase Makkah ini sangat penting menahan ujian dahsyat dari orang kafir. Mereka selalu menebarkan ancaman, intimidasi, kekerasan yang dilakukan kepada kaum muslimin agar menjadi kafir lagi.

Menjelang tahun ke 13 Nabi Muhammad Saw hijrah Madinah. Maka mulai banyak turun surat-surat yang berhubungan dengan beban syariat lebih detail. Puasa, zakat, haji, umrah dan beberapa hukum. Diantara adalah hukum nikah, warisan, hukum jihad dan sebagainya

Bagaimana preoritas pembelajaran Al Qur’an yang ada sudah lengkap saat ini

Iman adalah pondasi dasar seorang muslim, maka tahap awal pembelajaran Al Qur’an sebisa mungkin harus bisa mengkaitkan segalanya dengan keimanan. Metode ini untuk memperkuat pemahaman iman sehingga bisa masuk otak bawah sadar dan diinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari.

Bagaimana cara mengkaitkan semua aktivitas atau peristiwa dengan iman ? Semua aktivitas akan memberikan ibrah dalam pembelajaran. Banyak hikmah, manfaat, nilai-nilai kebaikan bisa diambil dari tersebut.

Dari berbagai aktivitas yang kita lakukan, dari berbagai peristiwa yang kita temui, maka semua tujuan utamanya harus berujung untuk Allah SWT. Ini yang harus ditekankan. Semuanya adalah kerena Allah SWT.
Dalam kenyataannya memang Allah juga memberikan berbagai hikmah dan manfaat yang bisa dirasakan manusia apabila taat kepada Allah SWT. Karena memang hukum di dunia memang berlaku demikian.

Secara umum maka orang yang berbuat baik akan mendapatkan kebaikan, dan orang berbuat buruk akan mendapatkan keburukan pula biidznillah. Namun jika hukum itu belum atau tidak terjadi maka seseorang tetap mendapatkan manfaat pahala balasan Allah SWT karena ketaatan kepadaNya.

Sebagai contoh
Ketika seseorang berinfaq kepada tetangganya yang kurang mampu, maka insyaAllah akan mendapatkan balasan kebaikan dari manusia. Namun juga terkadang orang yang ditolong belum bisa atau tidak bisa membalas kebaikannya. Sehingga jika kita berniat memberi/berinfaqnya karena IMAN kepada Allah, maka tidak akan mengalami kekecewaan apalagi sakit hati jika tidak mendapatkan balasan manusia. Karena PASTI Allah akan membayarnya.

 إِنَّمَا نُطۡعِمُكُمۡ لِوَجۡهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمۡ جَزَآءٗ وَلَا شُكُورًا 

(sambil berkata), “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu.[Al-Insan: 9]

2. Tahap pengamalan rukun Islam
Setelah pola pembelajaran penanaman iman terus ditekankan, maka tahap selanjutnya penekanan terhadap pengamalan rukun Islam. Karena kewajiban utama seseorang setelah beriman adalah mengamalkan rukun Islam. Syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji. Namun bukan berarti pembelajaran iman dihentikan, tapi tetap menyertai dan mengawal sebagai pondasinya.

Pemeliharaan kekuatan keimanan ini sangat penting karena iman bisa naik dan bisa juga turun. Sehingga tetap memerlukan alokasi waktu dan tenaga untuk menjaganya.
Kekuatan dan kestabilan iman ini akan menentukan kualitas pengamalan dalam rukun Islam. Jika kualitas iman turun maka kualitas pengamalan rukun Islam juga akan turun. Begitu juga sebaliknya.

Sebagai contoh
Ketika menjalankan ibadah sholat, maka keyakinan tentang betapa pentingnya ibadah sholat yang diwajibkan Allah SWT harus benar-benar kuat. Sholat bisa menjadi penolong, sholat bisa menjadi obat dan membuat hati tenang. Sholat bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar dan masih banyak lagi manfaat dan hikmah dari sholat. Semua manfaat sholat harus menjadi keyakinan.

Jika keyakinan iman ini turun maka pengamalan sholat akan terasa sebagai aktivitas yang hampa, yang hanya  untuk menggugurkan kewajiban saja. Sehingga kemanfaatan yang dihasilkan tidak akan maksimal. Akibatnya ibadah sholat bisa saja tidak berkualitas atau bahkan bisa saja tidak bertahan lama karena merasa memberatkan dan belum bisa menikmati.

3. Tahap pengamalan syariat lainnya
Islam merupakan agama yang paling lengkap. Al Qur’an mencakup semua aspek kehidupan. Inilah keutamaan kitab suci Al Qur’an dibanding kitab yang lain. Setelah kewajiban utama seorang muslim dipenuhi, maka tahapan selanjutnya mengamalkan syariat lain diantaranya berinfaq, berjamaah, menikah, mendidik anak, menghormati tetangga, berbakti dengan orangtua, berdakwah, berjihad dan lain-lain.
Al Qur’an yang turun zaman Rasulullah SAW adalah secara bertahap. Maka pengamalannya juga secara bertahap sehingga lebih menjiwai dalam pengamalannya.
Namun saat ini Al Qur’an turun dalam keadaan sudah lengkap sehingga syariat yang diwajibkan tetap dikerjakan secara beriringan. Sebagai strategi evaluasi perbaikan bisa dimulai berdasarkan preoritas pentingnya syariat tersebut.

Jenis- jenis kebutuhan tadabbur Al Qur’an satu orang dengan orang lain akan berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing. Orang yang berprofesi sebagai pedagang tentu akan dijumpai berlainan preoritas syariat yang dipelajarinya. Berbeda pula jika profesinya sebagai guru. Maka tadabbur Al Qur’an dalam bidang pendidikan sangat diperlukan. Begitu juga seorang dokter syariat yang berhubungan dengan bidang kesehatan yang harus banyak ditekuninya.

Pembelajaran tadabbur Al Qur’an mempunyai tingkatan-tingkatan dalam pemahaman. Ada yang tingkat pemahaman awal yang biasanya terdapat ayat-ayat Al Qur’an yang bahasanya lugas dan mudah dipahami. Ada juga yang memerlukan tingkat pemahaman lebih lanjut. Biasanya terdapat ayat-ayat yang panjang yang merupakan kombinasi beberapa kalimat dan pokok pikiran. Maka untuk memahami yang demikian memerlukan referensi tambahan atau keterangan dari seorang ahli Al Qur’an.

Semakin banyak referensi pendukung maka akan semakin dalam tingkat pemahamannya. Referensi yang bisa ditambahkan bisa dari tafsir, asbabun Nuzul, Sirah Nabawiyah, ulumul Qu’ran dan lain-lain. Termasuk yang sangat penting adalah bimbingan dari para ulama, asatidz yang ahli di bidang Al Qur’an.

Demikian beberapa tahapan dalam pembelajaran tadabbur Al Qur’an.

Mengapa harus murajaah

 1. Manusia pelupa

Allah sangat mengetahui keterbatasan manusia dengan sifat kekurangannya yaitu pelupa. Sehingga potensi akan melakukan kesalahan tinggi. Sebuah ungkapan ulama mengatakan “Al-Insanu Mahalul Khoto wan Nisyan
Manusia tempatnya salah dan lupa. Dengan kelemahan manusia inilah Allah perintahkan agar selalu mengingat Allah dengan selalu konsisten membaca Al Qur’an sebagai pengingatnya.

وَإِنَّهُۥ لَتَذۡكِرَةٞ لِّلۡمُتَّقِينَ

Dan sungguh, (Al-Qur’an) itu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Al-Haqqah 48

Allah juga berfirman

وَلَقَدۡ صَرَّفۡنَا فِي هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانِ لِيَذَّكَّرُواْ وَمَا يَزِيدُهُمۡ إِلَّا نُفُورٗا

Dan sungguh, dalam Al-Qur’an ini telah Kami (jelaskan) berulang-ulang (peringatan), agar mereka selalu ingat. Tetapi (peringatan) itu hanya menambah mereka lari (dari kebenaran). Al-Isra’ 41

Pertama Allah beritahukan kepada orang-orang yang belum beriman tentang Al Qur’an adalah kitab suci yang berisi Kalamullah. Dan menjadi petunjuk bagi seluruh manusia di dunia.
Kemudian bagi yang sudah beriman. maka Allah perintahkan untuk selalu mengingat Allah dengan berulang kali dalam membaca dan memahami Al Qur’an. Tujuannya agar nilai-nilai Al Qur’an bisa menancap ke dalam pikiran ( bawah sadar) agar menjadi akhlaknya. Sehingga akan menjaga ingatan terhadap nilai-nilai Al Qur’an dan tidak mudah lupa.
Dengan konsisten untuk murajaah Al Qur’an harian maka akan membuat nilai-nilai Al Qur’an tetap hangat di pikiran kita sebagai petunjuk.

2. Menjaga kestabilan sikap dan perilaku

Tips menilai apakah Al Qur’an sudah menjadi akhlak apa belum terutama pada saat menghadapi kondisi tertekan ? Apakah nilai-nilai Al-Qur’an masih dibawa atau terlupa.
Orang dalam keadaan tertekan (misal mengalami ditinggal meninggal keluarganya, sakit, terjepit hutang dan lain-lain) biasanya akan mengalami ketidakstabilan emosional. Ini akan membuat berkurang fungsi RAS (retikulo activating sistem) sehingga menurunkan kecerdasan berfikir.
Akibatnya jika nilai-nilai kebaikan dalam Al Qur’an belum menjadi akhlaknya, maka respon awal yang dikeluarkan akan bertentangan dengan perintah atau larangan Allah.

Sebagai contoh pada penderita sakit yang cukup parah maka Allah perintahkan ikhtiar, dzikir husnudzon dan tetap sabar. Namun respon ini tidak bisa muncul dalam kondisi tersebut. Yang muncul justru mengeluh berlebihan seperti tidak bisa menerima kenyataan, menyalahkan orang lain, putus asa bahkan ingin bunuh diri. Ada juga yang justru melanggar perintah Allah dengan mencari pengobatan yang mengandung haram dan syirik.

Contoh lain ketika ditinggal meninggal keluarga dekatnya. Seharusnya respon pertama adalah mengucapkan kalimat istirja ( innalilahi wa Inna ilaihi Raji’un) namun tidak keluar karena lupa. Tertutup oleh perasaan emosional yang berlebihan. Bahkan bisa meratapi berlebihan tanda tidak sabar padahal itu dilarang Allah SWT.

ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ

Artinya: (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Al Baqarah 156

Sebagai contoh lain mengambil ibrah peristiwa wafatnya Nabi Muhammad Saw. Maka Umar ra memberikan respon emosional berlebihan dengan mengancam bahwa jika mengatakan bahwa Nabi wafat maka akan saya penggal.
Namun Abu bakar As Shidiq ra mengingatkan dengan mengatakan barang siapa menyembah Muhammad maka Muhammad telah mati. Namun barang siapa menyembah Allah maka Allah tidak akan pernah mati.
Beliau juga mengingatkan dengan Al Qur’an surat Al Imran 144
Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun

Inilah pentingnya murajaah Al Qur’an secara konsisten. Dengan murajaah ini akan lebih menjaga kita di saat kondisi berbahaya atau tertekan yang menekan psikologis dan emosional kita. Sehingga kita masih bisa mengambil sikap sesuai dengan petunjuk Al Qur’an.

3. Setan mengganggu sepanjang waktu

Setan adalah musuh utama manusia. Setan tidak akan pernah diam sedetikpun untuk mengganggu manusia dengan mengajak dalam maksiat. Karena misi setan adalah mengajak manusia sebanyak-banyaknya untuk masuk neraka.
Setiap hari selalu menyerang pusat pertahanan manusia yang ada di hati (qalbu). Ini dilakukan tidak mengenal waktu kapan saja dan dimana saja. Hal inilah yang membuat seseorang harus terus waspada terhadap godaan setan.

ٱلَّذِي يُوَسۡوِسُ فِي صُدُورِ ٱلنَّاسِ

yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, AnNas 5

Jika sudah berhasil menggoda manusia maka ia akan menjadi pengikutnya

ٱسۡتَحۡوَذَ عَلَيۡهِمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ فَأَنسَىٰهُمۡ ذِكۡرَ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ حِزۡبُ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ ٱلشَّيۡطَٰنِ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ

Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa golongan setan itulah golongan yang rugi.
Al-Mujadilah 19

Dengan konsisten murajaah Al Qur’an setiap hari, maka akan lebih mampu memberikan perlindungan terhadap gangguan setan yang akan menjerumuskan kita.

4. Murajaah terhadap lafadz dan isi Al Qur’an

Murajaah Al Qur’an adalah aktivitas penting yang harus dilakukan seorang muslim yang berpegang teguh dengan petunjuk Al Qur’an.

وَلَقَدۡ صَرَّفۡنَا فِي هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانِ لِيَذَّكَّرُواْ وَمَا يَزِيدُهُمۡ إِلَّا نُفُورٗا

Dan sungguh, dalam Al-Qur’an ini telah Kami (jelaskan) berulang-ulang (peringatan), agar mereka selalu ingat. Tetapi (peringatan) itu hanya menambah mereka lari (dari kebenaran). Al-Isra’ 41

Murajaah Al Qur’an lebih baik tidak hanya pada lafadz saja, namun juga pada bagian isi dan pemahaman. Sehingga akan menguatkan ingatan. Sehingga juga akan menguatkan pula dalam pengamalan Al Qur’an.

Al Qur’an adalah mu’jizat terbesar Nabi  yang akan selalu bisa mengikuti perkembangan zaman. Menjadi petunjuk hidup bagi manusia sepanjang masa. Semakin diulang maka akan semakin banyak memberikan inspirasi yang bermanfaat.

Makin dimurajaah akan semakin  memberikan banyak nilai-nilai dan hikmah sebagai petunjuk dalam kehidupan.

5. Murajaah rutin akan membentuk pola pemahaman

Membaca dan memurajaah rutin Al Qur’an baik lafadz maupun isi terjemahnya akan membentuk pola pemahaman terhadap Al Qur’an secara lebih utuh.
Sebagai contoh pola pemahaman klasifikasi ayat mana saja yang bisa memberikan pemahaman secara langsung ketika dibaca. Atau ayat-ayat mana saja yang memerlukan pendalaman lebih lanjut karena kalimatnya memerlukan pendalaman dan konsultasi kepada ahlinya.

Misalnya Allah perintahkan secara jelas memberikan memberikan makan pada orang miskin di Al Ma’un 3, memberi makan saat kelaparan di Al Balad 14 dan juga di Al Quraisy 3.
Sementara ayat yang perlu pemahaman lebih dalam maka harus bertanya kepada ahlinya misal hukum dan aturan dalam Thalaq di surat At Thalaq.

Pola pemahaman yang lain misalnya bagaimana Allah ketika menceritakan tentang hari kebangkitan yang sering dihubungkan dengan proses turunnya hujan dan tumbuhnya tanaman. Misal Qaf 9-11

{ وَنَزَّلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَاۤءِ مَاۤءࣰ مُّبَـٰرَكࣰا فَأَنۢبَتۡنَا بِهِۦ جَنَّـٰتࣲ وَحَبَّ ٱلۡحَصِیدِ }
{ وَٱلنَّخۡلَ بَاسِقَـٰتࣲ لَّهَا طَلۡعࣱ نَّضِیدࣱ }
{ رِّزۡقٗا لِّلۡعِبَادِۖ وَأَحۡيَيۡنَا بِهِۦ بَلۡدَةٗ مَّيۡتٗاۚ كَذَٰلِكَ ٱلۡخُرُوجُ }

9. Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen.
10.Dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun,
11.(sebagai) rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan (air) itu negeri yang mati (tandus). Seperti itulah terjadinya kebangkitan (dari kubur).[Surat Qaf: 9-11]

Semisal dengan Al A’raf 57

وَهُوَ الَّذِيْ يُرْسِلُ الرِّيٰحَ بُشْرًاۢ بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهٖۗ حَتّٰٓى اِذَآ اَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنٰهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَاَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاۤءَ فَاَخْرَجْنَا بِهٖ مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِۗ كَذٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتٰى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

Dialah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira yang mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan) sehingga apabila (angin itu) telah memikul awan yang berat, Kami halau ia ke suatu negeri yang mati (tandus), lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang mati agar kamu selalu ingat. Al A’raf 57

Pola pemahaman lain misalnya tentang dakwah Rasulullah SAW yang Allah perintahkan hanya untuk menyampaikan kebenaran saja. Bukan memberikan beban harus mendapatkan hidayah dan mengikutinya. Karena ini bukan wilayah kekuasaannya. Sehingga tidak sampai memberatkan dan membuat sedih berlebihan jika dakwahnya belum diterima orang kafir
Hidayah adalah hak prerogatif Allah.
Sebagai contoh

 فَذَكِّرۡ إِنَّمَآ أَنتَ مُذَكِّرٞ 
 لَّسۡتَ عَلَيۡهِم بِمُصَيۡطِرٍ 

Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau (Muhammad) pemberi peringatan.
Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka,
[Surat Al-Ghasyiyah: 21-22]

 وَمَا عَلَيۡكَ أَلَّا يَزَّكَّىٰ 

padahal tidak ada (cela) atasmu kalau dia tidak menyucikan diri (beriman).[Surat ‘Abasa: 7]

{ …. وَمَآ أَنتَ عَلَيۡهِم بِجَبَّارٖۖ فَذَكِّرۡ بِٱلۡقُرۡءَانِ مَن يَخَافُوَعِيدِ }

… engkau (Muhammad) bukanlah seorang pemaksa terhada mereka. Maka berilah peringatan dengan Al-Qur’an kepada siapa pun yang takut kepada ancaman-Ku. [Surat Qaf: 45]

Dengan terbentuknya pola pemahaman terhadap isi Al Qur’an maka akan lebih mudah menangkap nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Sehingga dalam mentadabburi dan pengamalannya akan lebih kreatif dan bisa menyesuaikan perkembangan zaman.

6. Murajaah terus-menerus memunculkan inspirasi baru

Al Qur’an adalah kitab suci sumber hikmah dan inspirasi tanpa batas. Tidak ada batasan dalam memberi inspirasi. Tidak ada batasan dalam memberikan solusi. Tidak ada batasan waktu kadaluarsa. Bahkan justru selalu bisa mengikuti perkembangan zaman.
Bagi seorang mukmin mengulang-ulang membaca Al Qur’an ( murajaah) tidak akan pernah menimbulkan bosan. Selalu bisa memberikan kenikmatan dan ketenangan. Bahkan membaca Al Qur’an bisa terus-terusan memberikan inspirasi yang tidak akan habis. Selalu saja semakin dikaji maka akan semakin menimbulkan banyak ibrah dan hikmah.

Satu ayat yang dibaca saat ini memberikan satu inspirasi. Dan ketika dibaca dan diulang lagi bisa memberikan tambahan inspirasi lagi. Sebagai contoh
Surat Al Alaq ayat 4

 ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ 

Yang mengajar (manusia) dengan pena. Q.S. Al-‘Alaq: 4

Saat awal membaca dan mentadabburi ayat tersebut, maka kita bisa mengambil ibrah bahwa Allah mengajarkan dengan pena yang berarti bisa berbentuk tulisan. Namun ketika membaca dan mentadabburi ulang lagi ayat tersebut bisa mendapat ibrah tambahan. Ilmu bisa berasal dari catatan yang bukan berasal dari pena. Tetapi bisa juga berasal dari tulisan di Microsoft word.

Kemudian ketika membaca ulang dan mentadabburi lagi ayat tersebut maka muncul hikmah bahwa pena yang menghasilkan tulisan tersebut adalah cara Allah untuk mendidik agar belajar bisa efektif dan efisien. Dengan adanya tulisan maka kita tidak akan mengulangi ilmu dari awal lagi. Karena sudah ada catatan sebelumnya maka belajar dimulai dari bagian terakhir dari catatan tersebut. Sehingga pembelajaran akan terus bisa berkelanjutan.

Inilah keajaiban Al Qur’an yang tidak bisa dimiliki oleh kitab-kitab yang lain.

 وَلَقَدۡ صَرَّفۡنَا فِي هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانِ لِيَذَّكَّرُواْ وَمَا يَزِيدُهُمۡ إِلَّا نُفُورٗا 

Dan sungguh, dalam Al-Qur’an ini telah Kami (jelaskan) berulang-ulang (peringatan), agar mereka selalu ingat. Tetapi (peringatan) itu hanya menambah mereka lari (dari kebenaran).Surat Al-Isra’: 41

 كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ مُبَٰرَكٞ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ 

Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran. Q.S Shad: 29

Inilah Al Qur’an yang akan selalu memberikan insight dan inspirasi saat mengulang-ulang membacanya

Cara Aplikasi Kreatif Tadabbur Untuk Anak-anak

Al Qur’an diturunkan kepada Rasulullah SAW dan para sahabatnya untuk diamalkan. Dalam mengamalkan suatu perbuatan diperlukan suatu kemampuan pemahaman terhadap isi Al Qur’an. Sehingga mampu dalam mengambil nilai-nilai, ibrah dan pesan apa yang harus dilakukan.

Kemampuan pemahaman tersebut berkembang seiring pertambahan usia seseorang. Pada usia anak-anak kemampuan ini belum terlalu berkembang. Sehingga materi yang diberikan juga harus bisa menyesuaikan daya pikir anak. Perkembangan kecepatan logika penalaran anak juga dipengaruhi inputan otak sebelumnya baik dalam pengetahuan atau pengalaman. Semakin banyak inputan informasi yang masuk ke dalam otak maka akan semakin mempercepat perkembangan kemampuan berfikir anak.

Oleh karena itu ketika mengajarkan kepada anak sebaiknya tidak langsung meminta membaca dan memahami Al Qur’an sendiri. Namun pendidik harus membimbing , mengarahkan dan membantu mengambil hikmah dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Sehingga nilai dan hikmah yang diambil akan lebih sesuai dan bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-harinya.

Pendidik juga harus bisa membuat preoritas mana saja yang akan dipelajari terlebih dahulu, mana saja yang belum saatnya. Preoritas bisa disesuaikan dengan mengambil ibrah tahapan dari proses turunnya Al Qur’an.

إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ تَنزِيلٗا

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an kepadamu (Muhammad) secara berangsur-angsur.Al-Insan 23

Pada saat periode awal turun Al Qur’an banyak ayat-ayat yang berhubungan dengan keimanan. Ini sebagai pondasi awal. Ini sangat penting dan jangan dilewatkan begitu saja. Ayat-ayat turun untuk mengubah mindset cara berfikir orang-orang Quraisy. Dimana sebelumnya cara berfikirnya masih jahiliyah ( kebodohan). Misalnya perilaku syirik dengan banyaknya Tuhan, berzina, merendahkan perempuan, membunuh bayi perempuan, asobiyah kesukuan berlebihan dan lain-lain.

Dengan turunnya Al Qur’an membuat mereka mengubah cara berpikir menjadi lebih maju dengan keimanan. Terutama dalam aqidah tauhid laa illaha illallah sehingga menghasilkan adab dan akhlak yang mulia. Sebagai contoh kecintaan terhadap Allah dan Rasul, melarang zina, melarang membunuh tanpa sebab syariah, mengembalikan derajat perempuan, bersabar dengan intimidasi siksaan orang kafir, berani melawan ketidakadilan dan lain-lain

Lalu bagaimana cara aplikasinya dalam pendidikan anak ?
Untuk memperkuat aqidah anak maka pendidik bisa mengkaitkan segala perbuatan anak dengan keimanan. Sebagai pokok dasar dalam beramal adalah iman kepada Allah. Kemudian iman-iman turunannya yaitu kepada malaikat, kitab, rasul, qodo’ dan qodar serta hari akhir.

Ayat-ayat yang berkaitan dengan aqidah terun selama lebih dari separuh masa kenabian (sekitar 13 tahun). Sehingga dalam mendidik anak juga harus memperbanyak pengulangan pada hal keimanan ini. Agar benar benar keimanan nanti bisa tertancap kuat sebagai pondasi dasar. Sampai masuk  ke dasar otak bawah sadar untuk menguatkan keyakinan.

Kekuatan pondasi keimanan inilah yang akan menentukan kekuatan anak didik dalam memikul beban syariat. Mulai dari rukun Islam yaitu sholat, puasa zakat, haji, dakwah, berjihad, sabar, syukur, semangat dan amalan-amalan lain.

Selama menjalankan kewajiban rukun Islam dan amalan lainnya maka penguatan aqidah keimanan harus terus dilakukan dengan mengkaitkan jenis-jenis amalan perbuatan dengan rukun iman. Usahakan penyampaian bisa vareasi dan kreatif agar lebih mudah diterima dan tidak mudah menimbulkan bosan. Salah satu tips mudah adalah dengan memainkan kata tanya kenapa/mengapa dan bagaimana kepada anak.

Sebagai contoh seseorang wajib belajar kenapa ?
Karena belajar itu memang perintah Allah. Ada di dalam surat Al Alaq 1-5 dan Al Mujadillah 9

Lalu akibatnya apa kalau tidak mau belajar ?
Maka mereka akan menjadi orang bodoh yang membebani hidup, menyusahkan keluarga, sulit mencari dan menciptakan pekerjaan, bisa lebih mudah menjadi sasaran kejahatan orang lain dan sebagainya. Diuraikan akibat buruk jika menjadi orang bodoh yang tidak mau belajar.

Lalu bagaimana cara belajar ?
Diawali dari belajar cara caranya belajar. Cara belajar matematika berbeda dengan cara belajar biologi atau geografi. Beda juga cara belajar olahraga dan seterusnya bisa dikembangkan dengan kreativitas. Belajar bisa bervariasi metodenya. Belajar bisa dari pengetahuan atau pengalaman atau membaca buku atau bisa juga dengan audiovisual. Belajar tidak hanya di sekolah tapi bisa dimanapun dan kapanpun. Dan seterusnya sesuai kreativitas tadabbur masing-masing pendidik.

Panduan dan batasan dalam kreatif tadabbur Al Qur’an

Al Qur’an adalah kitab suci yang mudah untuk dipelajari. Demikian firman Allah

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? Al Qomar 17

{ مَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لِتَشۡقَىٰٓ }

Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah;[Surat Tha-Ha: 2]

Ini adalah motivasi langsung dari Allah SWT agar orang tidak merasa berat untuk mempelajari dari Al Qur’an. Namun demikian setiap orang yang belajar Al Qur’an harus bisa mengetahui batasan-batasannya. Ayat-ayat mana yang bisa langsung ditadabburi dan ayat-ayat mana yang perlu pemikiran lebih lanjut atau harus konsultasi kepada ahli Al Qur’an. Sehingga seorang yang mempelajari tadabbur Al Qur’an harus mengetahui batasannya agar tidak masuk ke dalam ayat Al Qur’an yang bukan kompetensinya.

Tujuan mengetahui batasan ini adalah untuk sikap kehati-hatian dalam mentadabburi Al Qur’an. Bukan untuk memberikan rasa ketakutan yang berlebihan, atau was-was berlebihan dalam mentadabburi Al Qur’an. Jika hal ini terjadi maka akan membuat mereka para pemula akan semakin menjauh untuk memahami isi Al Qur’an. 

Adapun beberapa yang bisa dijadikan panduan dan batasan dalam mentadabburi Al Qur’an adalah

1. Tadabbur  sesuai dengan pemahaman isi Al Qur’an 

Dasar utama dalam tadabbur Al Qur’an adalah pemahaman isi yang bersumber dari tafsir, asbabun nuzul dari ayat yang ditadabburi. Bisa dilengkapi dengan hadist, perkataan shahabat dan ulama-ulama salaf. 
Cara para shahabat Nabi Muhammad Saw jika belajar Al Qur’an adalah belajar ilmu sekaligus amalnya. Sehingga jika kita membaca suatu ayat Al Qur’an maka sebaiknya dalam mentadabburi memikirkan bentuk amalan apa yang sesuai dan bentuk amalan apa yang bertentangan ayat tersebut. Sehingga terjadi kesesuaian antara ilmu dan amal.

Ketika membaca suatu ayat maka yang bisa kita rasakan adalah manfaatnya. Yaitu dengan pengambilan ibrah, hikmah, nilai-nilai atau perumpamaan dari ayat tersebut. Kemudian dihubungkan dengan kejadian yang kita alami sendiri. Atau dialami oleh orang-orang di lingkungan sekitar kita.

Sebagai contoh
Ketika membahas Al Alaq ayat 1 kita diperintahkan untuk belajar. Maka yang akan dipikirkan dalam tadabbur diantaranya adalah :
– Apa yang kita pelajari.
– Siapa saja yang harus belajar
– Dimana kita bisa belajar

Kemudian pengembangan tadabbur yang selaras maknanya bisa dilakukan dengan pertanyaan lanjutan. Sebagai contoh
– Mengapa kita harus belajar
– Bagaimana cara belajar efektif
– Bagaimana membuat preoritas bahan yang dipelajari.

Pengembangan tadabbur juga bisa dilakukan dari makna yang berlawanan dengan ayat inspiratif. Sebagai contoh jika surat Al Alaq ayat 1 memerintahkan untuk belajar agar menjadi orang berilmu. Karena orang berilmu banyak memberikan manfaat. Maka konsekuensinya kita harus menjauhi makna sebaliknya yaitu menjadi orang bodoh.
Karena banyak madhorot yang akan muncul akibat kebodohan tersebut. Diantaranya
– Orang bodoh biasanya susah mengemban amanah dan tanggungjawab karena kurangnya pengetahuan
– Orang bodoh beresiko tinggi membuat kegagalan suatu tim dalam mencapai target bersama
– Orang bodoh akan banyak memiliki potensi kesalahan yang mengakibatkan kerugian bahkan bisa kematian anggota suatu timwork.
– Orang bodoh banyak yang miskin dan hidupnya menderita
– Orang bodoh agama lebih mudah jatuh dalam maksiat sehingga banyak yang masuk di neraka jahanam

2. Memahami ayat sesuai tingkat kemampuan masing-masing 
Pada proses pembelajaran Al Qur’an akan terjadi perbedaan tingkat pemahaman. Faktor yang mempengaruhi adalah perbedaan ilmu, pengetahuan dan pengalaman sebelumnya yang berkaitan terhadap ayat yang ditadabburi.
Peranan kemampuan logika penalaran juga akan menentukan seberapa banyak nilai, ibrah dan hikmah yang bisa diambil. Dengan mentadabburi ayat yang sama satu akan berbeda dengan yang lain. Satu orang bisa mengambil hikmah 3 poin, yang lainnya bisa 5 poin atau bahkan ada yang bisa sampai merumuskan lebih 10 poin hikmah yang berkaitan.

Sehingga dalam proses mentadabburi Al Qur’an disesuaikan dengan tingkat kemampuan berfikir masing-masing. Dan yang menjadi titik penekanan di sini adalah ia mampu mengambil hikmah secara baik untuk bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai kemampuan masing-masing.

Sebagai contoh
Ketika memahami Al Alaq ayat 1 disebutkan perintah iqra’ ( bacalah ). Maka akan ada beberapa tingkatan pemahaman dalam mentadabburi.
Tingkat 1 :
Mereka memahami perintah iqra’ adalah membaca buku, membaca majalah, membaca artikel dan seterusnya. Karena pemahaman awal untuk kata perintah iqra’ akan diasumsikan dengan membaca bahan bacaan tersebut.
Tingkat 2
Mereka yang memahami bahwa perintah “membaca” ini bisa bermakna lebih luas lagi. Misalnya dengan membaca keadaan, membaca peluang usaha dan menganalisis kondisi masyarakat yang banyak menyimpang . Sebagaimana Nabi Muhammad merasa gelisah ketika membaca ( kondisi) kaumnya yang melakukan banyak perbuatan jahiliyah.
Tingkat 3 :
Mereka yang bisa mentadabburi lebih dalam. Bagaimana cara membaca yang benar, bagaimana cara menyimpulkan hikmah yang benar, bagaimana cara belajar menulis yang benar dan seterusnya.

 3. Tidak memasuki pembahasan yang bukan kapasitasnya

Dalam mentadabburi Al Qur’an akan menemuan ayat-ayat yang lugas dan mudah dipahami. Namun juga akan menemukan ayat-ayat yang lebih spesifk  membahas hukum-hukum secara detail dan terperinci. Maka kita tidak perlu masuk terlalu jauh. Cukup kita mengetahui tema-tema besarnya saja, kemudian pembahasan lebih lanjut bisa ditanyakan kepada ahlinya.  Misalnya hukum mawaris di An Nisa ayat 11, 12 dan 176, hukum thalaq, hukum pernikahan dan lain-lain. 
Tadabbur bisa dilakukan untuk ayat-ayat yang mengandung hukum-hukum  yang sudah masyhur ( dikenal masyarakat luas) misalnya hukum sholat, puasa ramadhan, hukum berbakti orangtua).

4. Tidak menyebarkan ilmu yang belum dipahami

Ketika menemukan keraguan atau ketidakpahaman baik makna umum maupun makna khusus dalam suatu ayat, maka bisa dicatat. Kemudian ditelusuri dalam referensi lain atau dikonsultasikan dengan ahlinya.
Misal :
Dalam Al Baqarah ayat 102 terdapat nama Harut dan Marut. Keterangan lebih dalam belum bisa diketahui dari dalam ayat tersebut atau di ayat-ayat lain yang berkaitan . Sehingga memerlukan referensi lain atau keterangan dari orang yang lebih ahli.
Contoh lain
Ketika menjumpai isi Q.S Ath Thalaq ayat 4 dan 6 yang berbicara tentang hukum talaq. Karena proses thalaq memerlukan berbagai tahapan tertentu, sehingga memerlukan penjelasan lebih detail. Bisa diambil dari  tafsirnya, asbabun Nuzul, perkataan ulama dan referensi lainnya. Sebaiknya yang kita sharing adalah sebatas apa yang kita ketahui. Yang belum diketahui tidak disebarkan dulu atau jika menjadi topik pembahasan maka harus diberi catatan yang jelas mengenai ayat tersebut. sehingga tahu batasannya,
Demikian panduan dan batasan dalam Pembelajaran halaqah kreatif tadabbur Al Qur’an

5. Preoritaskan pembahasan adab dan akhlak

Al Qur’an adalah kitab akhlak yang paling lengkap mencakup berbagai aspek kehidupan manusia. Banyak pembahasan Al-Qur’an mengenai pendidikan adab dan akhlak.
Sebagaimana sabda nabi
Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR Al-Baihaqi dari Abu Hurairah).

Ketika Aisyah Ra ditanya bagaimana akhlak Rasulullah SAW, maka Aisyah menjawab : sesunggunnya akhlaq Rasulullah saw ialah al-Quran” (HR. Muslim).
Hadist di atas menerangkan bahwa pernyataan Aisyah Ra di atas ialah bahwa Rasul SAW telah menjadikan perintah dan larangan Al-Quran sebagai tabiat dan karakternya. Tiap ayat al-Quran memerintahkan sesuatu, maka beliau lakukan. Tiap Al Qur’an melarang beliau hindari.
Adab dan akhlak yang  dibahas bisa berwujud karakter atau kepribadian dasar dari manusia yang menjadi pondasi kesuksesan seseorang. Misalnya kejujuran, keberanian, pantang menyerah, kemauan belajar, disiplin dan lain-lain.
Meski banyak orang  tahu bahwa nilai-nilai kebaikan tersebut, namun tidak sedikit yang tidak mampu melakukannya karena hawa nafsu yang menjeratnya. Sehingga memerlukan tekad atau kuasa yang kuat untuk bisa  mengamalkannya.

6. Bersedia dan lapang menerima masukan
Dalam mentadabburi Al Qur’an membutuhkan suatu proses. Dimulai dari yang sederhana kemudian terus ditingkatkan sedikit demi sedikit seiring dengan proses tahapan pembelajarannya. Di dalam proses ini terkadang bisa saja terjadi kesalahan. Mungkin dalam mengambil ibrah, hikmah, nilai kurang tepat. Atau dalam membuat perumpamaan mungkin kurang cocok. Atau ketika memutuskan jenis amalan yang dilakukan kurang sesuai.
Maka untuk mengsikapi ini seseorang harus lapang dalam menerima masukan dari orang lain yang lebih paham dalam Al Qur’an. Kemudian berusaha untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Sehingga bisa melakukan amalan yang sesuai pemahaman.
Jika ada suatu keraguan dalam memahami dan mentadabburi ayat Al Qur’an bisa dicatat terlebih dahulu. Kemudian bisa berkonsultasi dengan orang yang lebih paham.
Dengan konsisten belajar dan terus melakukan perbaikan-perbaikan maka insya Allah akan membuat pemahaman terhadap Al Qur’an semakin meningkat. Hal ini akan menjadi modal dalam hidupnya, agar mampu berperilaku berdasarkan nilai-nilai Al Qur’an. Sehingga akan membentuk Akhlaq Al Qur’an yaitu akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian panduan dan batasan dalam pembelajaran halaqah kreatif tadabbur Al Qur’an

Tips tadabbur Al Qur'an 5T

Cara belajar Al Qur’an yang mudah, aplikatif dan efektif

Cara berfikir sangat mempengaruhi cara berperilaku. Cara berfikir sangat dipengaruhi oleh informasi-informasi yang masuk ke dalam pikiran. Kumpulan informasi ini akan membentuk persepsi di dalam pikiran seseorang.
Jika sesuatu kegiatan terpersepsi susah maka kebanyakan orang akan merespon dengan menjauhi kegiatan tersebut. Namun jika suatu kegiatan terpersepsi mudah maka kebanyakan orang akan merespon untuk melakukannya.
Sehingga membangun persepsi merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran Al Qur’an agar terpersepsi ( tertanam ) mudah di dalam pikiran seseorang. Sehingga akan mendorong untuk mau mempelajari Al Qur’an karena dianggap tidak membebani.

وَلَقَدۡ يَسَّرۡنَا ٱلۡقُرۡءَانَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٖ

Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?[Surat Al-Qamar: 17]

مَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لِتَشۡقَىٰٓ
إِلَّا تَذۡكِرَةٗ لِّمَن يَخۡشَىٰ

Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah;
Melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), Surat Tha-Ha: 2-3

Demikian Allah SWT membentuk para hambanya agar mempunyai persepsi yang positif dan mudah dalam pembelajaran Al Qur’an.
Motivasi lain yang akan menggerakkan seorang muslim untuk belajar Al Qur’an adalah aspek manfaat. Manfaat Al Qur’an sudah banyak yang membuktikan dari masa ke masa. Namun diskripsi kemanfaatan Al Qur’an ini terkadang masih belum terjadi secara jelas dan lugas ke dalam pikiran kaum muslimin. Terkadang masih ada gap antara informasi yang diterima dengan realitasnya. Banyak yang belum mampu menghubungkannya manfaat Al Qur’an dengan kondisi realitas. Hal ini karena skill analisis cara pengambilan hikmah belum banyak diasah dan dilatih.

Aspek manfaat ikut berperan memberikan motivasi untuk belajar Al Qur’an. Namun jika cara belajarnya terpersepsi sulit maka terkadang manfaat yang ingin diraih akhirnya dikalahkan dengan persepsi tersebut. Sehingga usaha mengubah mindset belajar Al Qur’an itu mudah harus terus ditanamkan. Seiring penanaman mindset belajar Al Qur’an mudah, maka terus berusaha menyusun metode pembelajaran Al Qur’an yang mudah. Mudah dalam membaca lafadz, memahami isi dan mengamalkannya. Sehingga akan terjadi perbaikan perilaku dan budaya yang sesuai dengan akhlaqul Al Qur’an. Metode pembelajaran Al Qur’an 5T adalah metode untuk mempelajari Al Qur’an secara bertahap bisa  dari pemula lalu naik secara bertahap sesuai kemampuan masing-masing.

Pada pelaksanaan metode 5T akan dibimbing bagaimana cara mengambil nilai-nilai, cara mengambil ibrah, cara mengambil hikmah di dalam ayat-ayat Al Qur’an. Sehingga ayat Al Qur’an yang dibaca mampu memberikan pengaruh nyata dalam perbaikan perilaku kehidupan sehari-hari. Dengan terus menjalankan secara konsisten metode 5T akan meningkatkan kemampuan berfikir analisis dan sistematis. Sehingga akan mampu memahami Al Qur’an lebih dalam lagi dan memperoleh hikmah yang lebih banyak.

Metode yang mudah ,efektif dan aplikatif dalam belajar Al Qur’an akan membuat banyak orang tertarik. Sehingga akan terjadi gerakan (movement) dalam belajar Al Qur’an yang akan mempercepat tercapainya budaya bangsa yang berakhlaqul Karimah. Sehingga akan membuat bangsa Indonesia semakin maju dan berkembang.

Belajar berdasarkan preoritas kebutuhan

Al Qur’an adalah kitab yang berisi ilmu yang sangat luas. Semakin dikaji dan ditadabburi maka semakin banyak memberikan hikmah-hikmah. Sehingga seakan-akan ilmu yang terkandung di dalamnya tanpa batas.
Namun kita sebagai manusia punya umur terbatas. Ibarat umur kita dipakai semua untuk mempelajari Al Qur’an ini maka juga tidak akan cukup. Apalagi alokasi waktu yang kita gunakan untuk tolabul ilmu mengikuti kajian masih terbatas. Belum lagi forum kajian yang mengajarkan tema-tema yang kita butuhkan terkadang tidak tersedia di daerah kita sehingga harus pergi keluar daerah untuk mendapatkannya.

Dengan berbagai tantangan tersebut, maka kita memerlukan strategi dalam menentukan skala prioritas dalam mempelajari Al Qur’an. Sehingga apa yang kita pelajari memang benar-benar merupakan prioritas kebutuhan kita yang bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita tidak memperhatikan prioritas kebutuhan ini, maka ilmu yang kita pelajari bisa saja tidak berhubungan dengan kebutuhan keseharian kita.

Akibatnya kita sulit meresapi dan mengamalkan pelajaran tersebut. Selain itu akan memberikan beban tambahan ( memenuhi memori otak) suatu pelajaran yang belum diperlukan pada saat ini. Padahal prioritas kebutuhan lain masih belum didapatkan. Dengan belajar metode 5T di hakreta ini semoga bisa membantu dalam menentukan ( maping) prioritas kebutuhan.

Jika perencanaan prioritas pembelajaran ini tidak diketahui maka proses pembelajaran Al Qur’an biasanya terjadi secara acak. Sehingga hasilnya menjadi kurang maksimal. Bab-bab yang belum prioritas dipelajari dahulu, sementara yang sudah prioritas justru belum dipelajari. Beberapa penyebabnya belajar Al Qur’an yang kurang efektif diantaranya :
1. Belum mengetahui prioritas kebutuhan karena belum punya ilmunya.
2. Belum menemukan tema-tema  kajian yang dibutuhkan
3. Belum mempunyai cukup waktu untuk mengikuti kajian-kajian yang dibutuhkan.
4. Bisa mengikuti kajian, namun belum tuntas pembahasannya karena waktu terbatas
5. Belum punya kesempatan konsultasi kepada ahlinya terkait tentang suatu tema yang dibutuhkan secara lebih mendalam

Dengan mengetahui prioritas kebutuhan pembelajaran Al Qur’an maka pembelajaran akan lebih efektif dan aplikatif.

Meracik hidangan lezat dengan tadabbur Qur’an

Al Qur’an adalah kitab Allah yang paling sempurna dibanding kitab-kitab lainnya. Ayat-ayat Al Qur’an ibarat kumpulan bumbu- bumbu yang bisa menghasilkan suatu hidangan atau masakan yang lezat dan nikmat jika sang koki mempunyai skill ( kemampuan) yang baik. Namun jika skillnya buruk atau bahkan tidak punya kemampuan maka segala bahan dasar masakan tidak akan bisa diracik menjadi hidangan yang lezat dan menyehatkan. Bahkan sebaliknya jika cara meraciknya salah maka bisa saja menjadi racun yang akan merugikan tubuh.
Allah SWT berfirman di surat Al Isra’ 82

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٞ وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارٗا

Dan Kami turunkan dari Al-Qur`ān (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur`ān itu) hanya akan menambah kerugian. Surat Al-Isra’: 82

Jadi Al Qur’an bisa diracik menjadi hidangan yang lezat dan menyehatkan bagi orang beriman. Namun juga bisa juga menjadi hidangan yang meracuni jika diracik oleh orang-orang yang dzolim.
Hasil hidangan yang diracik oleh orang beriman akan mempunyai tingkat kelezatan yang bervariasi. Semakin terampil skill memasaknya makan akan semakin lezat hidangannya.

Disinilah pentingnya kemampuan tadabbur untuk mengambil hikmah dan ibrah dari ayat-ayat Al Quran. Sehingga meskipun seseorang hafal ayat tetapi tidak cukup memahami ayat tersebut, maka ia tidak akan bisa mentadabburi dengan baik. Hal ini disebabkan skill tadabbur diperlukan pemahaman yang baik terhadap ayat-ayat Al Qur’an. Sehingga pada metode pembelajaran hakreta 5T sebelum masuk ke tahap tadabbur maka ia melakukan terlebih dahulu tahap tadarus.

Peristiwa atau kejadian yang dihadapi bisa diibaratkan sebagai bahan dasar masakan. Bahan dasar ini bisa diracik dengan ayat-ayat Al Qur’an menjadi hidangan lezat yang memberikan hikmah dan manfaat. Ketika peristiwa yang dijumpai adalah peristiwa yang buruk, maka jika skill tadabburnya baik, maka ia tetap bisa meracik bahan dasar masakan menjadi hidangan yang lezat dan menyehatkan. Bahkan bisa menjadi nutrisi hati bagi orang yang beriman.

Namun jika skill tadabburnya kurang maka tidak akan bisa meracik peristiwa-peristiwa buruk yang dijumpai. Dan hasil akhirnya tetap menjadi hidangan yang tidak enak untuk disantap. Dan bisa-bisa meracuni hati (qalbu).

Skill tadabbur ini akan semakin terampil jika terus-menerus dilatih. Di dalam panduan hakreta disusun secara bertahap untuk melatih skill tadabbur ini. Sehingga harapannya peserta hakreta akan mampu memaknai dan mengambil hikmah dan ibrah dari segala peristiwa yang dihadapinya. Baik peristiwa yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Berdasarkan Al Qur’an yang dibaca dan dipelajari setiap hari.

Motivasi diri belajar mandiri

Allah memerintahkan pada ayat pertama yang diturunkan untuk Iqra’ ( bacalah!). Ini mengirim pesan kepada kita betapa pentingnya belajar. Bahkan kewajiban belajar ini berlaku dari lahir sampai mati. Sehingga jika orang hidup tidak mau belajar maka ia bagaikan orang yang mati.
Namun yang menjadi permasalahan adalah bagaimana menaikkan kemauan belajar atau minat belajar. Jika minat dan antusias belajar ini tumbuh pada diri seorang muslim, maka akan menaikkan derajatnya dalam berbagai hal apapun. Seperti disebutkan di surat Al Mujadilah ayat 9. Orang yang berilmu akan lebih mudah dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang ditemuinya. Dan ia akan lebih mudah untuk menangkap peluang dari berbagai kondisi. 

Pada halaqah kreta ini, selain mengikuti program kajian keislaman atau kajian Al Qur’an, para anggota hakreta juga menambah belajar secara mandiri dengan membaca Al Qur’an dan terjemahannya di waktu lainnya. Bisa juga ditambah dengan tafsir, asbabun nuzul dan buku penunjang yang lain. Kegiatan ini akan melatih konsistensi untuk belajar (iqra’) dengan  membaca dan memahami Al Qur’an setiap hari. Sehingga akan menguatkan ilmu yang sudah didapatkan sebelumnya. Dengan kedisiplinan belajar ini akan menjaga menguatkan keimanan dan ketaqwaan. Sehingga akan lebih siap dalam menghadapi berbagai godaan setan yang datang sewaktu-waktu mengancam keimanan.

Belajar mandiri ini merupakan suatu kebutuhan dalam pembelajaran Al Qur’an. Kegiatan ini akan sangat membantu meningkatkan ilmu dan menguatkan keimanan. Selain itu banyak juga orang belum bisa mengikuti pembelajaran Al Qur’an dalam forum kajian secara rutin. Karena banyaknya materi yang harus disampaikan sementara waktu kajian seringnya terbatas. Atau waktu keterbatasan waktu seseorang mengikuti kajian karena  berbagai macam kesibukannya.

Dengan kesadaran menambah belajar sendiri ini akan menjaga dan menguatkan istiqomah dalam ketaqwaan. Yaitu menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya. Karena saat seseorang berinteraksi dengan Al Quran maka seakan-akan Allah terus memberikan peringatan dan nasehat melalui KalamNya (Al Qur’an) agar manusia tetap istiqamah di jalan yang benar.

Metode belajar Al Qur’an dengan 5T

Al Qur’an diturunkan adalah untuk diamalkan. Maka seseorang yang belajar Al Qur’an harus bisa memahami isinya. Meskipun tingkatan pemahaman masing-masing orang akan berbeda. Sesuai dasar-dasar ilmu terkait yang dimiliki sebelumnya. Namun yang dipentingkan disini adalah langkah-langkah pembelajarannya harus mencerminkan tahapan dalam mencapai tujuan utama tersebut yaitu pengamalan isi Al Qur’an.

Pada tahapan 5T di sini yang menjadi Goal Utama adalah T yang ke-5 yaitu Taslih atau perbaikan. Jadi pembelajaran Al Qur’an harus bisa memberikan perubahan perbaikan. Jadi Al Qur’an bukan hanya sekedar bacaan atau hafalan yang tidak bisa memberikan pengaruh perbikan dalam diri seseorang. Sementara 4T sebelumnya merupakan tahapan untuk mencapai goal utam T5 yaitu taslih atau perbaikan. Dalam pembelajaran halaqah Kreta di sini akan  menggunakan  tahapan 5T seperti di bawah ini.

Tilawah

Membaca lafadz Al Qur’an secara rutin setiap hari sangat bermanfaat. Selain untuk mengenalkan lafadz bahasa Al Qur’an, tilawah Al Qur’an juga akan membiasakan lisan dalam mengucapkan, mendengarkan kata-kata dan bahasa Al Qur’an.
Membaca lafadz-lafadz Al Qur’an dilakukan secara tartil dengan tahsin dan tajwid yang benar. Tilawah Al Qur’an dengan juga akan memberikan ketenangan dan kenikmatan di dalam hati, karena bacaan Al Qur’an mampu menyentuh jiwa. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan bacaan lainnya. Selain itu Allah SWT juga akan memberikan pahala dari setiap huruf yang dibaca.
Namun terkadang dorongan memperbanyak bacaan Al Qur’an ( karena mengejar target khatam) menjadikan bacaan agak kurang tartil. Akibatnya seseorang menjadi kurang bisa menghayati bacaannya karena dalam keadaan terhuru-buru.

Motivasi mendapatkan pahala dari perhurufnya akan mendorong untuk memperbanyak bacaannya secara kuantitas. Tapi juga perlu diketahui bahwa secara kualitas juga harus mendapatkan perhatian. Terkadang bacaan tilawahnya kurang banyak karena mengalokasikan waktu untuk memahami makna isi Al Qur’an itu sendiri. Dan ini juga mendapatkan pahala dari Allah dan punya keutamaan tersendiri. dan pahalanya juga  tidak kalah besar juga. Wallahu a’lam.

Dalam mengelola pertemuan Hakreta manual acara dan pembagian waktu sangat penting agar pertemuan bisa efektif. Pada pelaksanaan tilawah bisa ditekankan berapa waktu yang dialokasikan dari durasi waktu pertemuan. Sehingga tidak terlalu menghabiskan waktu tadabburnya.

jika peserta banyak maka saat tilawah bergantian bisa menyesuaiakan jumlah ayat yang dibaca. Usahakan tidak hanya melakukan tilawah bergantian saja, namun juga ada pembahasan tentang tahsin tajwidnya walaupun waktunya juga menyesuaiakan. Terutama pada ayat-ayat yang dibaca tadi agar bisa membekas. 

Tadarus

Mempelajari isi Al Qur’an secara sederhana bisa dimulai dengan membaca terjemah tafsiriyah. Misalnya terjemahan yang familiar adalah dari depaq. Tidak disarankan membaca isi Qu’ran perkata tanpa membaca terjemah tafsiriyah. Karena bisa terjadi kesalahan dalam pemahaman makna.

Jika menghendaki pendalaman lebih jauh bisa membaca tafsir, asbabun Nuzul atau keterangan-keterangan yang terkait. Tidak harus langsung dibaca semua tafsirnya jika memang memberatkan. Tapi bisa dipreoritaskan dari ayat-ayat atau surat yang sering berkaitan dengan kehidupannya. Sehingga satu orang bisa berbeda dengan orang lain.

Mulai mempelajari Al Qur’an dari yang mudah dipahami terlebih dahulu. Misalnya ayat-ayat tentang iman, adab dan akhlak. Jangan dimulai dari yang sulit. Sebagai contoh ayat yang berhubungan dengan hukum-hukum yang detail misalnya hukum waris, hukum jihad, hukum nikah dan thalaq dan lain-lain.
Jika belajar Al Qur’an dimulai dari ayat atau surat yang komplek maka membentuk persepsi bahwa mempelajari Al Qur’an itu susah. Sehingga semakin membuat enggan dan kurang berminat. Dan akhirnya seseorang semakin menjauh dari Al Qur’an.

Dalam mempelajari Al Qur’an ini tetap harus bisa mengetahui batasan kemampuan diri dalam memahami. Jika menemukan ayat atau surat yang sulit pemahamannya bisa diinventaris dulu. Kemudian bisa ditanyakan kepada ahlinya. Sehingga akan lebih tepat dalam memahaminya.

Pada saat membaca terjemahan akan menemukan ayat-ayat yang secara lugas bahasanya mudah dipahami. Sehingga langsung tergambar jelas bentuk pengamalannya. Namun ada juga menemukan ayat yang lebih komplek sehingga perlu pengulangan beberapa kali untuk memahaminya.
Ada juga terkadang menemukan ayat yang memang benar-benar sulit dipahami sehingga membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Penjelasan bisa didapatkan dengan membaca sumber yang berhubungan misalnya tafsir, asbabun nuzul, shirah nabi, shirah shahabat, kisah para nabi, ulumul Qu’ran atau yang lainnya. Jika masih juga belum bisa memahami maka bisa bertanya kepada kepada ahlinya.

Untuk mendapatkan gambaran secara global dari isi Al Qur’an bisa membaca terjemahan tafsiriyah dulu. Bisa mengkhatamkan beberapa kali biar lebih mudah dalam proses pemetakkan isi Al Qur’an (mapping Al Qur’an). Untuk beberapa ayat-ayat yang inspiratif dan sangat sesuai dengan kondisi kita bisa langsung dilakukan pendalaman. Pendalaman dengah  menelusuri referensi lebih lanjut. Agar bisa mendapatkan penjelasan lebih detail sehingga lebih mudah mentadabburi dan mengamalkannya. 

Berbagai pengalaman metode membaca Al Qur’an beserta tafsir ayat per ayat langsung seringnya tidak bisa berjalan konsisten. Mereka merasa perkembangan pembelajaran sangat lambat dan sering kemudian diserang rasa bosan. Akhirnya berhenti. Pada metode ini juga kurang efektif dalam memahami Al Qur’an. Karena setiap pembahasan yang lebih detail akan mengkaitkan dengan ayat yang lain. Sementara ayat-ayat yang lain belum dibaca semua. Sehingga cenderung lebih mudah lupa. 

Dalam mempelajari ( tadarus ) Al Qur’an bisa dibagi dalam 3 tahapan pembelajaran yaitu :
1. Membaca Al Qur’an terjemah tafsiriyah depag. Bisa ditambah Al Qur’an perkata untuk menambah hafalan kosa kata.
2. Membaca seperti level satu ditambah tafsir dan asbabun nuzulnya
3. Membaca seperti level dua ditambah sumber penunjang lainnya. Misalnya sirah nabawiyah, surah shahabat, kisah para nabi, ulumul Qur’an, bahasa arab, buku pengetahuan (sciences), buku kesehatan, peta, sejarah nasional, sejarah Islam  dan lain-lain.

Meski saat awal membaca terjemahan belum bisa memahami semua, namun hal ini sudah lebih baik. Karena seseorang menjadi mengetahui apa yang tidak ia ketahui. Ini lebih baik dari pada ia tidak mengetahui apa yang ia tidak ketahui. Sehingga tidak terpacu untuk bertanya menambah ilmu.
Dengan bertanya yang tidak ia ketahui maka akan membuatnya bertambah ilmu.
Jika dibuat tingkatan proses pembelajarannya adalah sebagai berikut
1.  Tidak tahu bahwa ia tidak tahu
Orang yang tidak pernah belajar untuk memahami Al Qur’an maka tidak akan pernah tahu apa-apa yang tidak ia ketahui dari Al Quran. Karena memang tidak ada informasi isi Al Qur’an yang masuk ke dalam otaknya. Sehingga wajar jika ketidak tahuannya dianggap biasa saja dan tidak menimbulkan keinginan mencari tahu.
2. Tahu bahwa tidak tahu
Seseorang yang belajar untuk memahami Al Qur’an maka pasti akan menemui informasi isi kandungan Al Qur’an. Dari bacaan yang ada di dalam Al Qur’an itu, maka ia akan mendapatkan ayat yang bisa dipahami dan ayat yang belum bisa dipahami. Ini merupakan suatu kemajuan dalam tahapan belajar. Karena ia jadi mengetahui ayat-ayat yang belum dipahami, maka akan mendorog untuk mencari jawabannya. Baik lewat referensi lain atau bertanya langsung terhadap ahlinya. Jadi minimal mendorong untuk bertanya. Dan Bertanya adalah pintu masuknya ilmu.
3.  Tahu bahwa ia tahu
Tidak semua ayat-ayat Al Qur’an itu sulit dipahami. Masih banyak yang bisa mudah dipahami dan langsung bisa dipraktekkan. Terutama yang berhubungan dengan adab dan akhlak. 
4. Tidak tahu ( tidak sadar) bahwa ia tahu (reflek)
Biasanya suatu ilmu atau pengetahuan yang dipelajari dan diulang-ulang akan masuk ke otak bawah sadar. Dan membentuk pemahaman secara otomatis. Sehingga seseorang belajar berulang-ulang secara tidak sadar ternyata sudah hafal surat-surat yang biasa dibaca. Termasuk mengulang-ulang pemahaman terhadap suatu ayat atau surat, maka akan membuat ia menguasai isi surat tersebut secara tidak sadar.
Misalnya surat Al Fatihah sudah sering mengulang maka secara otomatis hafal lebih kuat.

Dalam belajar Al Qur’an kita harus melawan rasa takut yang bisa menimbulkan malas belajar memahami Al Quran. Hal ini sering terjadi karena perilaku belajar Al Qur’an dimulai dari yang sulit sehingga membentuk mindset Al Quran itu susah. padahal masih banyak ayat-ayat Al Qur’an yang mudah dipahami.

Ulama Imam Al Ghazali membagi juga manusia dalam beberapa macam di dalam kitab ihya’ Ulumuddin:
Di dalam kitab “Ihya Uluum al-Diin” juz 1 halaman 80, Imam Al-Ghazali menukil dari ungkapan Syekh Kholil bin Ahmad. Hujjatul Islam mengelompokkan manusia menjadi empat, yaitu:

قَالَ الْخَلِيْلُ بن أَحْمَدُ : الرِّجَالُ أَرْبَعَةٌ،
رَجُلٌ يَدْرِيْ وَيَدْرِيْ أَنَّهُ يَدْرِيْ فَذٰلِكَ عَالِمٌ فَاتَّبِعُوْهُ،
وَرَجُلٌ يَدْرِيْ وَلاَ يَدْرِيْ أَنَّهُ يَدْرِيْ فَذٰلِكَ نَائِمٌ فَأَيْقِظُوْهُ،
وَرَجُلٌ لَا يَدْرِيْ وَيَدْرِيْ أَنَّهُ لَا يَدْرِيْ فَذٰلِكَ مُسْتَرْشِدٌ فَأَرْشِدُوْهُ،
وَرَجُلٌ لَا يَدْرِيْ أَنَّهُ لَا يَدْرِيْ فَذٰلِكَ جَاهِلٌ فَارْفِضُوْهُ. (إحياء علوم الدين، ج: 1، ص: 80)

Syekh Al-Kholil bin Ahmad berkata: “Manusia itu ada empat,
(1) Seseorang yang mengetahui dan sadar bahwa dirinya mengetahui, itulah orang yang berilmu, maka ikutilah.
(2) Seseorang yang mengetahui dan tidak sadar bahwa dirinya mengetahui, itulah orang yang tidur, maka bangunkanlah.
(3) Seseorang yang tidak mengetahui dan sadar bahwa dirinya tidak mengetahui, itulah orang yang mencari petunjuk atau bimbingan, maka tujukkanlah atau bimbinglah.
(4) Seseorang yang tidak mengetahui dan tidak sadar bahwa dirinya tidak mengetahui, itulah orang bodoh, maka tolaklah (hentikanlah).

Ulama membuat kaedah untuk hal ini,

ما لا يدرك كله لا يترك كله

Jika tidak didapati seluruhnya, jangan tinggalkan seluruhnya (yang mampu dikerjakan).

Jadi ketika kita tidak mampu mempelajari Al Quran secara keseluruhan maka jangan ditinggalkan keseluruhan. Mulai dari yang penting dan yang kita mampu. Sambil terus konsisten mempelajari dan meningkatkan kualitas pemahaman.

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’

Macam-macan teknik tadarus Al Qur’an
Ada beberapa macam teknik aplikasi dalam mempelajari Al Qur’an pada level satu :
1. Membaca lafadz Al Quran beberapa ayat (misalnya satu muka) sampai selesai. Kemudian baru berganti membaca terjemahannya.
Cara ini akan memudahkan pemahaman karena memahaminya dengan langsung mengikuti alur narasi si Al Quran tanpa jeda. Namun kekurangannya seseorang tidak bisa mengenali lebih detail terjemahan lafadz ayat demi ayat yang dibaca. Ini bisa dilakukan oleh orang yang masih pemula dan tidak terlalu mengetahui bahasa Arab.
2. Membaca lafadz satu persatu ayat kemudian dan terjemahannya.
Cara ini akan lebih mengenali kesesuaian antara lafadz ayat  dengan terjemahannya. Kekurangannya terkadang perlu lebih fokus untuk bisa memahami hubungan ( korelasi) ayat satu dengan sebelumnya atau setelahnya. Karena terkadang setelah memahami terjemahan satu ayat kemudian dijeda dengan membaca lafadz Qur’an. Sehingga ada periode terputus sebentar dalam memahami terjemahannya. Oleh karena itu terkadang perlu untuk mengulanginya terjemahan sebelumnya agar nyambung kronologis ayatnya. 
3. Membaca lafadz ayat dan terjemahan per kata
Teknik ini bagus untuk menambah kosa kata dalam bahasa Arab. Namun tetap sebaiknya juga membaca terjemahan Al Qur’annya. Karena terkadang susunan kata dalam kalimat di Al Qur’an tidak berurutan seperti pola susunan dalam bahasa Indonesia. Sehingga perlu penyesuaian dalam memahaminya.
Di sinilah fungsinya terjemah tafsiriyah dari kemenag akan mempermudah pemahaman dalam suatu ayat.

Cara mempelajari (tadarus) Al Qur’an bisa dilakukan dalam beberapa macam dengan tematik bisa juga dengan berurutan sesuai penomoran Al Qur’an. Beberapa kelebihan mempelajari secara berurutan diantaranya:
1. Memberikan pengetahuan gambaran secara umum keseluruhan dari isi Al Qur’an.
2. Memberikan informasi isi Al Qur’an yang belum kita ketahui sehingga memotivasi untuk mempelajari lebih lanjut atau bertanya kepada ahlinya.
3. Merupakan upaya dalam mereview berbagai materi yang pernah diterima selama mengikuti kajian keislaman. Sehingga akan menguatkan ilmu sebelumnya dan menjaga keimanan.
4.
Meningkatkan konsistensi dalam membaca dan mempelajari Al Qur’an sehingga bisa menghatamkan isi Al Qur’an. Bahkan dengan konsisten mengulangi (murajaah) akan khatam berkali-kali. Sehingga makin menguatkan pemahaman. Dengan pengulangan ini pula akan semakin mendapatkan hikmah dan ibrah yang lebih dalam. Bahkan hikmah dan ibrah tersebut bisa update sesuai perkembangan zaman.

Pada saat kegiatan tadarus ini bisa sambil dilakukan kegiatan mencatat ayat-ayat yang berkaitan dengan kita. Misalnya ayat yang memberikan insight, ayat memberi motivasi, ayat iman booster (penguat iman). Ayat-ayat bisa dikelompokan secara tematik ke dalam INDEK AYAT INSPIRATIF pribadi. Dengan aktifitas mencatat ini akan membuat pembaca Al Qur’an bisa lebih memahami dan menghayati.
Pengumpulan dan pencatatan Al Qur’an secara tematik ini sangat membantu dalam pembuatan naskah untuk mengisi ceramah kajian keislaman.  

Tadabbur

Langkah selanjutnya setelah tadarus adalah tadabbur yaitu merenungkan atau berfikir lebih dalam untuk mengambil nilai-nilai, hikmah dan ibrah dalam suatu ayat atau surat Al Qur’an. Kemudian berusaha mencari bentuk gambaran aplikasi bentuk pengamalan dari ayat-ayat Al Qur’an tersebut secara real dan aplikatif. Sehingga benar -benar bisa mewujudkan amalan yang bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam mentadabburi Al Qur’an satu orang dengan orang yang lain akan berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi seberapa banyak literasi yang dimiliki. Baik pengetahuan, pengalaman, kemampuan berfikir analisis, berfikir kritis dan kreatif. Semakin banyak literasi akan semakin luas dan mendalam proses tadabbur ayat Al Qur’annya.
Pola bentuk pengamalan suatu ayat Al Qur’an bisa dibagi dalam 4 bentuk:

1). Jika amalan kita tidak sesuai ( bertentangan) dengan ayat yang ditadabburi , maka kita ubah agar sesuai tuntunan ayat tersebut.
Misalnya mentadabburi surat Al Falaq ayat 5 yang melarang hasad. Maka mendorong kita untuk menghilangkan hasad kita kepada orang lain. Misalnya dengan mendoakan orang yang kita hasadi. Atau memuji orang yang kita hasadi.

2). Jika ayat yang ditadabburi belum kita amalkan maka mulai diamalkan secara bertahap.
Sebagai contoh ketika mentadabburi surat Al Isra’ 79 tentag perintah sholat tahajud. Dan kita sudah lama tidak sholat tahajud atau jarang sekali. Maka dengan metadabburi surat Al Isra’ 79 akan membuat kita lebih rajin sholat tahajud. 

3). Jika ayat yang ditadabburi sudah diamalkan namun belum maksimal dari syariat yang ditetapkan, Maka setelah metadabburinya  agar menjadi lebih sempurna dan sesuai dengan ayat tersebut.
Misalnya pada saat bulan Ramadhan sudah menjalankan puasa Ramadhan sesuai Al Qur’an Al Baqarah ayat 83. Namun masih sering tidak makan sahur karena malas bangun dan makan terasa pahit. Padahal itu juga salah satu rukun kesempurnaan. dalam puasa Ramadhan. Maka setelah mentadabburi ayat-ayat puasa Ramadhan maka mulai membiasakan untyuk bangun makan sahur.

4). Jika ayat yang ditadabburi sudah kita amalkan maka tadabbur ayat tersebut akan menguatkan keyakinan dalam beramal. Sehingga bisa menjadi pendorong peningkatan amal secara kualitas maupun kuantitas.
Sebagai contoh ketika sampai surat Al Munafiqun ayat 10 tentang penyesalan orang orang yang tidak infaq karena telah datang kematian padanya. Padahal ia mampu untuk berinfaq. Maka dengan mentadabburi ayat ini maka bertambah rajin infaqnya. Mulai membiasakan infaq saat subuh. Mulai memperbanyak infaq dengan meningkatkan jumlah sasarannya. 

Dalam mentadabburi ayat Al Qur’an kita bisa memikirkan akibat lanjutan yang ditimbulkan. Sehingga suatu tema bisa dikupas sampai mendalam dari berbagai sudut pandang. Bisa akibat langsung atau akibat tidak langsung. Bisa akibat yang dampaknya terlihat ringan sampai pada dampak yang sangat berbahaya. Dalam mentadabburi suatu ayat bisa dihubungkan dengan berbagai ayat yang berkaitan agar semakin memperjelas dan menguatkan. Sehingga akan semakin menambah pula keimanan atau keyakinan terhadap Al Qur’an.

Sebagai contoh ketika ada seorang anak membully temannya. Pembelajaran pendidikan dengan tadabbur bisa dilakukan dengan mulai menghubungkan dengan :
Al Humazah 1 sebagai peringatan bahwa perilaku membully itu bertentangan dengan Al Qur’an.
Al Humazah 8 merupakan ancaman bagi para pembully dengan neraka Huthamah
Al Asr 3 merupakan ayat yang berhubungan dengan sikap yang harus diambil jika menemui perilaku tersebut. Yaitu memberikan nasehat agar jangan melakukan perilaku buruk tersebut
Al Ghasyiyah 21 bisa juga dipakai sebagai bahan tadabbur. Dengan cara memberi peringatan kepada pembully agar benar-benar menghentikan perilaku buruk tersebut.
Demikian cara merumuskan bentuk-bentuk amalan yang diambil dengan mentadabburi suatu ayat agar lebih mudah mengamalkan.

Tathbiq (تطبيق)

Tathbiq merupakan tahapan yang sangat penting dalam proses tadabbur Al Qur’an dengan metode 5T. Ada beberapa alasan pentingnya tathbiq  diantaranya :

1). Melatih berfikir aplikatif
Sering kali seseorang belajar dasar teori dalam pembelajaran Al Quran namun kesulitan dalam menghubungkan atau mewujudkan dalam bentuk contoh amalan sehari-hari. Maka dengan selalu berfikir aplikatif maka bisa menemukan berbagai bentuk amalan turunan dari proses tadabbur. 

2). Melatih menemukan vareasi contoh amalan
Seringkali pembelajar Al Qur’an kesulitan dalam menyebutkan jenis-jenis amalan dari suatu ayat. Hal ini karena belum terlatih berfikir menemukan berbagai bentuk contoh aplikasinya. Atau bisa juga karena literasinya terhadap pengetahuan ataupun pengalaman masih kurang sehingga tidak bisa memunculkan ide-ide baru. Akibatnya bentuk contoh pengamalan terhadap suatu ayat kurang vareatif dan terbatas.  

3). Sebagai konsekuensi setelah belajar ilmu kemudian mengamalkannya.
Ada beberapa orang yang sudah memahami suatu persoalan agama, namun masih belum bisa mengamalkannya. Atau kalau istilah sekarang omdong atau omong doang. Atau Jarkoni isoh ngajar ra isoh nglakoni. Padahal ia mampu untuk mengamalkan. Dan tidak ada alasan kuat dia meninggalkan perintah itu. Jika ini terjadi maka menurunkan integritas dan kewibawaannya. Sehingga orang yang didiajak (didakwahi)  menjadi kurang simpatik. 
Maka sebaiknya jika mentadabburi suatu ayat maka kita berniat untuk mengamalkan. Mulai pengamalan dari tingkat sederhana. Meskipun belum bisa ideal tapi minimal sudah ada usaha tahapan perbaikan. 

4. Untuk menghindari kebencian Allah
Sebagaimana Q.S As Shof 3 yaitu amat besar kebencian Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu lakukan. Inilah ayat yang menuntut seseorang agar bisa konsisten mengamalkan apa yang ia sampaikan.

5) Untuk menjaga dan meningkatkan keimanan Sehingga seseorang bisa istiqamah dalam mengamalkan suatu perintah  dan menjauhi larangan. Tadabbur juga bisa sebagaj pengingat sehingga bisa mencegah terjerumus ke dalam perbuatan yang bertentangan dengan ayat yang ditadabburi

Setelah merumuskan bentuk-bentuk amalan dalam tadabbur ayat, maka langkah selanjutnya adalah menerapkan / mengaplikasikan dalam amalan. Penerapan amalan ini merupakan faktor penting dalam pembelajaran Al Qur’an karena merupakan tujuan utama. Bukti keimanan seseorang tergantung pengamalannya. Berbagai materi yang diberikan meski diulang berkali-kali tetap tidak bisa menyamai nilainya dibanding jika diamalkan langsung.

Pada tahapan Tathbiq anggota hakreta harus mampu mempraktekkan dalam bentuk amalan dan berusaha konsisten mengulang dan memperbaiki sampai menjadi suatu kebiasaan baik yang membentuk adab dan akhlak.

Sehingga fokus pembelajaran Al Qur’an adalah mempraktekkan ayat yang ditadabburi dalam kehidupan. Pada saat awal pengamalan sebaiknya didampingi  untuk mengontrol apakah bentuk amalan yang dilakukan benar-benar sesuai dengan ayat Al Qur’an yang dimaksud. Jangan sampai bentuk amalan yang diambil tidak tepat karena kesalahan pemahaman.

Meski sudah dirumuskan bentuk amalannya, namun dalam prakteknya masih tetap harus mendapat pengawalan dalam pelaksanaan. Karena sering dijumpai kendala-kendala teknis di lapangan yang membuat amalan tidak kunjung dilakukan. Atau jika amalan sudah dilakukan namun belum bisa berjalan konsisten. Sehingga belum mampu membentuk suatu kebiasaan. Akibatnya akhlak yang ingin dibangun belum bisa terbentuk. Maka proses tathbiq dalam mengaplikasikan tidak cukup hanya sesekali saja namun diulang berkali-kali. Karena jika hanya sesekali belum mampu membentuk kebiasaan atau akhlak.

Proses tathbiq memerlukan pengamalan konsisten dengan diulang-ulang dalam prakteknya. Pengulangan ini menjadi faktor sangat penting dalam menunjang kesuksesan pembentukan adab dan akhlak. Sehingga akan memberikan perubahan perbaikan yang signifikan.

Sebagai contoh tathbiq sederhana tathbiq adalah pada saat sholat subuh. Untuk menjalankan sholat subuh seseorang harus mampu bangun pagi. Di sini bukan hanya bangun subuh ketika dibangunkan ustadznya. Namun kemamouan untuk bisa bangun subuh mandiri.  Meski bangun subuh mandiri terlihat sederhana namun banyak juga para santri bahkan setelah lulus santripun tidak kunjung bisa bangun subuh mandiri. Sehingga pengamalan bangun pagi HARUS menjadi amalan preoritas.

Jenis- jenis tathbiq bisa dibagi menjadi 3 :
1. Amalan di hati
2. Amalan di pesan
3. Amalan di badan

KETERANGAN TAMBAHAN
Pembagian Amalan
Ibnu Hajar dalam melalui kitab Fath Al-Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari (Fathul Bari) menuliskan sekitar 69 cabang-cabang iman beserta dalilnya. Cabang-cabang iman tersebut dipilah ke dalam amalan hati, amalan lisan, dan amalan anggota badan.
Hal ini senada dengan hadis dari Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda sebagai berikut:
“Iman adalah tambatan hati, ucapan lisan dan perwujudan perbuatan,” (HR. Ibnu Majah).
Iman : keyakinan dalam hati yang diucapkan dalam lesan dan dilakukan dalam perbuatan

ADAPUN CONTOH syu’abul (CABANG) iman yang bisa diterapkan ( DIRANGKUM PARA ULAMA) seperti berikut:
1. Amalan hati
Bersabar dalam keadaan lapang dan sempit.
Bertawakal kepada Allah.
Rida dengan segala takdir dari Allah.
Tidak mengkhianati kepercayaan.
Bertaubat dari segala dosa dan kesalahan.
2. Amalan lisan
Lisan senantiasa berzikir kepada Allah
Membaca Al-Qur’an
Belajar ilmu, terutama ilmu agama di samping keilmuan lainnya.
Berdoa
Berkata hanya menggunakan ucapan baik.
3. Amalan badan
Menunaikan zakat
Bersedekah di jalan Allah.
Mendirikan salat wajib dan sunah
Mencari keutamaan Lailatul Qadar
Memenuhi nazar yang sudah dibuat.
Kitab Fathul bari

Tashlih (تَصْلِيْح )

Tashlih / Perbaikan merupakan goal utama dalam pembelajaran Al Qur’an. Sebagaimana Al Qur’an diturunkan zaman  Rasulullah SAW diutus. Yaitu memperbaiki budaya jahiliyah menjadi budaya berdasarkan syariat Allah. Memperbaiki dalam penyembahan Tuhan dari berhala menjadi menyembah Allah SWT. Mengangkat derajat perempuan yang sebelumnya sangat dihinakan.  Memperbaiki dari ashobiyah suku yang kuat menjadi bersaudara atas dasar keimanan kepada Allah.

Taslih (perbaikan) merupakan indikator efektifitas dari kualitas proses tathbiq (pengamalan). Pengamalan yang baik akan mampu memberikan dampak perbaikan.  Jika perbaikan tidak kunjung didapatkan maka perlu diperbaiki strategi pengamalan tersebut. Ada perbaikan yang bisa didapat dengan pengamalan mandiri , ada juga perbaikan yang memerlukan strategi pengamalan secara berjamaah.

Setelah proses aplikasi pengamalan (tathbiq) dilakukan secara benar maka tujuan utama pembelajaran Al Qur’an akan dicapai yaitu untuk membentuk adab dan akhlak yang mulia. Sebagaimana tugas Rasulullah SAW dikirim adalah untuk memperbaiki akhlak. Dan Aisyah ra berkata bahwa akhlak Rasulullah SAW adalah seperti Al Qur’an. Indikator perbaikan yang mudah dinilai adalah perbaikan adab dan akhlaq. Perbaikan aqidah, syariat, muamalat akan tercermin dari perilaku adab dan akhlaqnya. 

Jika Goal utama taslih ini terus ditekankan dan diulang-ulang maka diharapkan akan membentuk mindset bahwa belajar Al Qur’an itu harus bisa memberikan perbaikan dalam perilaku yang tercermin dalam adab dan akhlaq. Penekanan pada goal utama ini ( taslih) juga akan membuat breakdown program lebih mengarah menuju goal utama tersebut. Sehingga program yang dibuat akan fokus pada tahapan pencapaian goal utama. Setiap peserta hakreta harus bisa mengidentifikasi adanya perbaikan pada dirinya. Sehingga bisa mengetahui progres perbaikannya.

Berbeda jika goal utama adalah hafal (lafdziah) Al Qur’an. Maka breakdown programnya akan mengarah ke goal tersebut. Misal setoran tahfidz, karantina tahfidz, simakan membaca Al Quran. Inilah pentingnya menetapkan GOAL utama dalam proses pembelajaran. 

Contoh perbaikan (taslish) diantaranya
– Tadabbur Al Alaq 1, Al Mujadilah 8 : perbaikan dari seorang yang kurang belajar menjadi lebih rajin belajar
– Tadabbur QS At Tahrim 6 : Dari orang yang jarang memperhatikan keluarga menjadi orang yang peduli dengan kelurga terutama dalam menjaga keimanan dan ketaqwaan
– Tadabbur Al Fajr 1, Al Muzammil, Al Falaq ; mendorong untuk bisa bangun subuh dan membangunkan keluarga bangun subuh.

Perbaikan akhlak bisa diukur dengan membandingkan akhlak periode sebelumnya dengan akhlak periode sesudahnya. Setelah secara intensif seseorang melakukan tadabbur Al Qur’an. Proses perbaikan ( taslish) tidak mesti terjadi dengan segera atau ekstrem namun perlu proses waktu. Misalnya dari seorang yang bakhil menjadi dermawan, dari seorang yang malas belajar menjadi rajin belajar, dari pembuli menjadi orang yang sangat menghargai dan lain-lain. Namun perlu proses adaptasi, pengulangan dan penguatan dalam mentadabburi. Proses perbaikan ini juga akan berbeda antara satu orang dengan yang lain. Tergantung seberapa kuat ia mendapatkan energi  perbaikan dari proses tadabbur tersebut.

Dalam mengukur indikator perbaikan ini bisa dibuat klasifikasi dengan ukuran tertentu. Sehingga bisa mengetahui progres perbaikannya. Hal ini juga bertujuan agar seseorang yang belum bisa terjadi perbaikan secara signifikan tidak akan putus asa. Dan tetap semangat optimis bisa terus menempuh proses perbaikan. 
Sebagai contoh 
Tadabbur Al Asr ayat 1 tetang disiplin waktu.  Orang yang seringnya telat saat pergi ke kantor. Padahal sudah ada peraturan agar berangkat ke kantor tepat waktu. Maka proses perbaikannya dengan menghitung berapa ia telat ke kantor dalam 1 bulan dan kemudian bulan berikutnya apakah ada penurunan frekuensi telatnya. 
Jika perbaikannya langsung dituntut dari sering telat menjadi tidak pernah telat maka akan sangat berat. Dan bisa -bisa jadi frustasi dan akhirnya justru tidak mau memenuhi proses perbaikan. 

Perbaikan ( taslih ) bisa terjadi secara individu atau bisa banyak individu. Jika perbaikan akhlak  terjadi secara merata dalam suatu kelompok masyarakat maka akan membentuk budaya masyarakat yang baik. Dan ini menjadi modal penting kemajuan suatu bangsa.

Fase lanjutan 2T

Fase ini merupakan tahapan selanjutnya untuk menyebarkan Al Qur’an kepada orang lain. Sehingga bukan hanya menjadi baik secara pribadi (ihsan) tapi juga bisa membantu orang lain bisa menjadi lebih bai dengan Al Qur’an. Menyampaikan Al Qur’an kepada yang lain adalah suatu keutamaan. Sebagaimana pesan Rasulullah SAW

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Bukhori).

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” Al Imran 110

Pembagian tahapan 5T dan 2 T
1. Tahapan 5T merupakan tahap awal sementara 2T adalah tahap lanjutan.
2. Tahap 5T  bertujuan terutama untuk muhasabah ( intern) sementara tahap 2T untuk tabligh ( ektern).
3. Tahap 5T membutuhkan lapang dada dalam melakukan muhasabah (instropeksi diri). Sementara tahap 2T  membutuhkan metode yang baik dan efektif dalam penyampaian.
4. Dalam pembelajaran tahap 5T sangat ditekankan untuk pencapaian goal utama di T yang ke-5 Taslih (perbaikan). Sementara tahap 2T goal utama adalah penyebaran dari hakreta membentuk budaya Qu’an dalam komunitas masyarakat.
5.
Untuk mengamalkan tahapan lanjutan 2T tidak harus menunggu sempurna pada tahap 5T . Bisa dilakukan secara berkesinambungan sesuai  kemampuan masing-masing sebagai progres dalam tabligh. 

6. Tahfidz ( Menghafal )

Tahfidz atau menghafal pada tahap ini bertujuan untuk mengendapkan pemahaman terhadap suatu ayat atau surat di dalam Al Qur’an. Sehingga ia akan lebih mudah dalam menggunakannya sewaktu-waktu dalam berbagai kondisi. Bisa untuk diri sendiri atau untuk orang lain pada saat menyampaikan dakwah.

Menghafal di sini bukan hanya menghafal lafadz saja tapi juga menghafal isinya. Karena yang mau disampaikan adalah makna ayat Al Qur’an maka hafalan pemahaman dari suatu ayat menjadi lebih preoritas. Jika seseorang hafal pemahaman maka dia bisa menyampaikan isi pesan dari Al Qur’an tersebut. Namun jika seseorang hafal lafadz namun tidak paham isinya maka ia tidak akan dapat menyampaikan isi dari AL Qur’an tersebut. Akan lebih baik lagi jika bisa hafal lafadz , arti dan pemahaman dari ayat tersebut.

Tahapan selanjutnya dalam pembelajaran kreatif tadabbur Al-Qur’an adalah menghafal surat-surat dalam Al Qur’an. Menghafal bisa dimulai dari yang mudah dan masuk dalam daftar preoritas kita. Target disesuaikan dengan kemampuan sementara preoritas surat yang dihafal disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing orang.

Hafalan bisa dimulai dari juz 30 atau bisa 3 juz belakang karena merupakan surat yang turun di fase awal di Makkah yang banyak mengandung tema-tema tauhid dan keimanan. Nilai ini penting sebagai pondasi aqidah. Jika pondasi ini kuat maka akan menentukan kesiapan dan kekuatan dalam menerima beban syariah. Juz 30 sangat strategis untuk dihafal karena digunakan sebagai surat yang sering dibaca imam saat sholat. Sayang sekali jika kita sudah sering mendengar tapi kita tidak memahaminya. Padahal berbagai sarana pembelajaran sudah mudah diakses. 

Pentingnya hafalan di sisni akan membantu memasukkan ingatan pemahaman ke dalam otak bawah sadar. Sehingga akan lebih mudah dalam memanggil kembali ingatan tersebut jika sewaktu-waktu dibutuhkan sebagai solusi. Jika hal ini terus dilakukan dan diulang-ulang maka akan menjadi kebiasaan baik sehingga membentuk akhlaqul karimah sebagai budaya suatu bangsa. 

 

7. Tabligh (Menyampaikan)
Fase selanjutnya setelah menghafal adalah menyampaikan isi Al Qur’an yang kita pahami kepada orang lain. Pepatah mengatakan “belajar itu dengan mengajar”. Dengan berusaha menyampaikan maka akan memotivasi seseorang untuk belajar Al Qur’an lebih dalam. Harus memahami isi secara benar, memahami cara menyampaikan dengan baik, cara menerima feedback/respon, cara menyusun kalimat dan narasi pembelajaran agar seseorang bisa tertarik dan paham.

Jadi sebenarnya menyampikan kepada orang lain pada hakekatnya juga bermanfaat untuk diri kita sendiri. Untuk menambah keyakinan dan keistiqomaham kita. Sebagai catatan bahwa apa yang kita sampaikan adalah apa yang kita ketahui. Jangan sampai menyampaikan apa yang belum ketahui.

Tahapan pada fase tabligh sebaiknya benar-benar dipersiapkan agar penyampaian ilmu kepada audien bisa medapatkan hasil yang maksimal. Untuk menunjang pada fase TABLIGH ini dengan melaksanakan kegiatan tadabbur ayat inspiratif baik dalam pembuatan indek ayat pribadi, tadabbur Qur’an tematik maupun tadabbur Qur’an solutif.

Kemampuan menghafal (tahfidz terutama ayat inspiratif) juga sangat diperlukan agar lebih mudah dan meyakinkan dalam menyampaikan ayat-ayat Al Qur’an beserta penjelasannya. Karena penyampaian yang mengalir, lancar, tidak banyak jeda akan lebih efektif dan lebih banyak pengaruh daripada penyampaian yang terputus-putus, terjeda karena tidak cukup hafal dengan ayat Qur’an yang akan disampaikan.

Kemampuan menyusun narasi pembelajaran juga sangat diperlukan pada fase ini. Karena ayat-ayat Al Qur’an tersebut harus disusun sedemikian rupa agar lebih sistematis dan terstruktur. Agar bisa membentuk suatu narasi argumentasi yang jelas dan bisa memberikan pemahaman. Sehingga bisa mempengaruhi dan mengajak orang lain melakukan pesan-pesan kebaikan.

Penilaian keberhasilan metode halaqah kreta

Keberhasilan dalam mencapai tujuan adalah suatu kepuasan bagi para pengajar. Lalu kapan dan bagaimana metode kreta ini dianggap berhasil ?
Metode Kreatif tadabbur Al Qur’an ini mempunyai tujuan utama yaitu membangun adab dan akhlak bagi para pembelajar Al Qur’an. Hal ini dikarenakan Al Qur’an adalah kitab akhlaq. Kitab yang menjadi rujukan utama dalam pembentukan adab dan akhlak sebagai seorang muslim.
Sebagaimana akhlak nabi kita yaitu seperti Al Qur’an. Demikian yang disampaikan Aisyah ra ketika ditanya bagaimana akhlak nabi kita.

Halaqah kreatif tadabbur Al Qur’an mempunyai beberapa tingkatan indikator keberhasilan. Tingkatan ini disesuaikan progres kemampuan masing-masing orang. Tingkatan keberhasilan metode hakreta diantaranya :
1. Mampu memahami fungsi utama Al Qur’an sebagai petunjuk amal.
2. Mampu mengalokasikan waktu secara konsisten untuk membaca Al Qur’an dan mengetahui maknanya
3. Mampu mentadabburi bacaan Al Qur’annya dan menginternalisasi dalam dirinya.
4. Mampu memberikan dampak perbaikan adab dan akhlak pada dirinya dibanding sebelumya.
5. Mampu memberikan dampak perbaikan adab dan akhlak kepada orang lain dan masyarakat.

Masing-masing orang yang belajar dan mentadabburi Al Qur’an akan mempunyai proses perkembangan perbaikan yang bervariasi. Tergantung seberapa besar ilmu, semangat dan antusias ikhtiar yang ditempuh. Faktor ini bisa dilihat dari seberapa banyak waktu, energi dan biaya yang ia gunakan untuk mentadabburi Al Qur’an. Baik di dalam forum-forum khusus atau di waktu-waktu lain di dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.

Setelah itu faktor yang paling penting adalah hidayah dari Allah SWT. Hidayah inilah yang akan menggerakkan seseorang untuk mempelajari Al Qur’an dan sabar dalam menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi. Usaha untuk mendapatkan hidayah ini bisa ditempuh dengan berdoa kepada Allah SWT di samping juga berikhtiar dengan sungguh-sungguh.

Testimoni Metode 5T

Sriyono 
Ayat inspirasi Ar Ra’du 11

Memberi inspirasi dan hikmah bahwa yang bisa mengubah nasib kita dalam menaikkan usaha perdagangan kita ya kita sendiri. Jangan hanya mengharapkan orang lain memperbaiki nasib kita. Jangan hanya menunggu keberuntungan saja tanpa melakukan ikhtiar yang maksimal dan optimal.
Praktek pengamalan
– Bertambah keyakinan kalau mau berkembang harus dimulai dari memperbaiki diri sendiri dulu dengan ikhtiar.
– Rizki yang Allah kirimkan harus diraih dengan konsisten meningkatkan ikhtiar. Kemudian baru bertawakal kepada Allah.
– Mengembangkan pemasaran barang dagangannya sampai keluar daerah untuk memperbanyak sasaran penjualan. Meski harus berkeliling menempuh perjalanan lebih jauh dengan sepeda motornya. 

Dany
Al Kahfi 60
Memberi inspirasi semangat pantang menyerah dari Nabi Musa dan pembantunya yang bertekad berjalan dan tidak akan berhenti meski bertahun-tahun. Sampai menemukan pertemuan dua laut.
Praktek pengamalan
– Memperkuat keyakinan optimisme
Bertekad untuk menyelesaikan proyek masjid yang diamanahkannya sampai tujuan tercapai meski dengan berbagai tantangan yang tidak ringan.
– Melakukan lobi-lobi ke calon donatur mengajak untuk investasi akherat ke dalam proyek masjid yang diamanahkan.
– Menggerakan halaqah pemuda untuk bangkit dan semangat mengaktifkan kegiatan syiar keislaman.

Dyah Andari
Al Anbiya : 47, 94
Dari dua ayat di atas memberikan inspirasi berupa penambahan keyakinan bahwa Allah akan mencatat dan membalas semua usaha kita. Baik yang besar maupun yang kecil. Sehingga jangan sampai merasa sia-sia jika sudah melakukan kebaikan. Karena semua pasti dicatat Allah.

Praktek pengamalan
– Berusaha konsisten untuk melakukan berbagai ikhtiar apapun untuk mencapai goal. Meski terkadang tantangannya cukup besar dalam mencapai goal. Namun tetap semangat dan optimis karena Allah tidak akan menyia-nyiakan ikhtiar kita.
– Memprospek berbagai calon mitra bisnis meskipun tempatnya jauh dan memerlukan effort yang cukup besar.
– Menularkan inspirasi ayat ini ke berbagai tim nya agar terus bersemangat berusaha mencapai tujuan. Dan jangan merasa kecewa, sia-sia dan putus asa, jika ternyata ikhtiar belum berhasil. Karena masih ada kesempatan lain. Apapun hasilnya Allah tidak akan menyia-nyiakan. Pasti dicatat dan dibalas semua ikhtiar kita.

Mengapa harus membentuk halaqah kreta

6 Alasan pentingnya membentuk halaqah kreta?

Pembentukan kelompok atau halaqah kreatif tadabbur Al Qur’an merupakan hal yang penting dan harus dipreoritaskan. Berbagai manfaat bisa diraih dengan pembelajaran Al Qur’an secara berkelompok ini. Diantaranya

1. Membuat belajar Al-Qur’an menjadi lebih istiqomah.
Manusia adalah makhluk pelupa dan banyak salah. Dengan sifat yang melekat ini maka memerlukan komunitas orang yang bisa saling mengingatkan. Sehingga bisa tetap istiqamah (konsisten) dalam berinteraksi dengan Al Qur’an setiap hari. Allah memerintahkan agar kita berlindung dari kedua sifat buruk ini. Dengan hakreta maka akan menambah motivasi dalam belajar Al Qur’an. Karena bisa saja sifat lupa dan salah yang berlebihan akan menjerumuskan kepada perbuatan dosa dan maksiat yang lebih besar. Allah memerintahkan agar kita berlindung dengan berdoa sebagaimana doa di dalam Al Qur’an

…رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرٗا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآۚ أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.” [Surat Al-Baqarah: 286]

2. Membentuk budaya saling menasehati
Pembentukan halaqah kreta akan membentuk lingkungan yang bisa saling mengingatkan dan menguatkan masing-masing anggota dalam melaksanakan pembelajaran Al Qur’an setiap hari.
Jika ada anggota yang terlupa atau dalam keadaan lemah iman maka akan ada anggota lain yang mengingatkan. Laporan pemberitahuan setiap hari dari masing-masing anggota secara tidak langsung merupakan tanda untuk mengingatkan anggota lain agar membaca dan mentadabburi Al Qur’an.

Sehingga budaya saling mengingatkan dalam kebaikan akan terbentuk secara bersama-sama. Sebagaimana bentuk pengamalan perintah Allah dalam Al Asr 3

… وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ

saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.[Surat Al-‘Ashr: 3]

Srigala hanya akan makan domba sendirian. Demikianlah setan akan lebih mudah menggoda manusia sendirian yang tidak masuk dalam lingkungan yang berbudaya kebaikan.

3. Menjadi umat terbaik

كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ …

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. …[Surat Ali ‘Imran: 110]

Menjadi orang baik ( Ihsan ) itu sangat ditekankan. Namun suatu masyarakat umat Islam memerlukan seorang muhsin. Yaitu orang tidak hanya baik untuk dirinya sendiri, namun dia juga ingin agar orang lain bisa menjadi baik seperti dirinya.
Dengan banyak orang menjadi muhsin maka akan semakin banyak agen kebaikan yang akan mempercepat terbentuknya masyarakat Islami yang berakhlaqul Qu’ran.

4. Membentuk gerakan kebaikan ( movement )
Pertarungan antara keburukan dan kebaikan akan terus berlangsung sampai hari kiamat. Namun yang menjadi tantangannya adalah keburukan itu perkembangan jauh lebih cepat daripada kebaikan. Karena keburukan (kemaksiatan) lebih memberikan daya tarik lebih memikat. Lebih menyenangkan, lebih nikmat. Sehingga seakan-akan usaha perbaikan yang dilakukan tidak kunjung menemukan hasil.

Oleh karena itu membutuhkan strategi yang lebih baik untuk mengimbangi pertumbuhan keburukan. Syukur-syukur justru bisa melebihi kecepatan perkembangan keburukan tersebut.
Strategi dengan membuat kelompok-kelompok kebaikan dalam halaqah kreta akan mempercepat accelerasi perkembangan kebaikan. Sehingga akan lebih mudah terbentuknya budaya kebaikan dari suatu bangsa.
Imam Ali Ra berpesan kepada kita

“الْحَقُّ بِلَا نِظَامٍ يَغْلِبُهُ الْبَاطِلُ بِالنِّظَامِ”

Kebenaran yang tidak terorganisasi akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisasi

Menjadi baik saja tidak cukup jika ingin memperbaiki suatu keadaan. Namun kebaikan itu harus benar-benar dikelola dengan profesional agar mempunyai accelerasi dalam perkembangannya. Sehingga budaya kebaikan dari Akhlaqul Al Qur’an akan semakin menyebar.

5. Membentuk kebiasaan aktif  belajar Al Qur’an
Dengan halaqah kreta, maka akan memacu masing-masing anggota untuk aktif membaca Al Qur’an dan mentadabburi. Kebiasaan ini akan membuat accelerasi peningkatan kapasitas secara lebih baik.
Dengan halaqah kreta ini juga akan memacu kreatifitas dalam mentadabburi dan mengamalkan Al Qur’an. Karena otak terus dilatih setiap hari untuk memahami Al Qur’an dan memikirkan bagaimana cara mengamalkan isi Al Qur’an tersebut. Otak akan berfikir lebih kritis untuk memahami Al Qur’an. Otak juga secara tidak sadar akan menemukan berbagai peta pola isi dari Al Qur’an sehingga akan semakin menambah pemahamannya. Otak juga akan terus berfikir sistematis untuk mengelompokkan berbagai ayat-ayat yang mempunyai isi yang semisal. Dengan hakreta akan mendorong orang untuk mereview materi-materi yang berhubungan dengan Al Qur’an pada kajian-kajian yang sudah pernah diikuti sebelumnya. Sehingga akan membantu pendalaman pemahaman dan menemukan aplikasi amalnya.

6. Mempercepat accelerasi penambahan pengetahuan 
Forum diskusi dalam halaqah kreta akan membuat anggota bisa saling berbagi informasi, pengetahuan, tip-tips praktis yang bermanfaat. Karena masing-masing anggota akan mempunyai pengetahuan sendiri-sendiri dan ilmu yang berbeda-beda. Sehingga penambahan ilmu akan semakin lebih cepat karena sumbernya dari banyak orang. Hal ini berbeda jika penambahan ilmu dilakukan sendiri-sendiri. Membutuhkan waktu lebih lama sehinga kurang efektif dan efisien. Belum lagi jika terkena penyakit malas sehingga semangat turun dan makin tidak produktif. 

Dengan terus mengasah otak dalam mentadabburi Al Qur’an maka akan semakin menaikkan kemampuan berfikir dalam analisis. Sehingga akan semakin meningkatkan kecerdasan seseorang. Dan pada akhirnya akan semakin menambah keyakinan/keimanan terhadap Al Qur’an.

Pembelajaran Al Qur’an dengan metode Hakreta akan menaikkan daya pikir karena tidak hanya membaca atau menghafal saja tapi juga memahami, merenungkan dan mempraktekkan dalam bentuk amalan kehidupan sehari-hari. Kemampuan berfikir ini sangat penting karena akan mempermudah dan mempercepat seseorang belajar hal-hal baru. Karena dasar-dasar level berfikir telah dikuasai. Tahapan-tahapan kegiatan (7 program ) dalam Hakreta akan mengasah otak untuk berfikir lebih dalam. Selengkapnya bisa dilihat di bab ” 7 Kegiatan Hakreta”.

Dalam ilmu pendidikan tahapan berfikir ini biasanya menggunakan taksonomi bloom. Ada 6 tahapan yaitu
1. Mengingat ( remembering)
2. Memahami ( understanding)
3. Mengaplikasikan ( applying)
4. Menganalisis ( analyzing)
5. Mengevaluasi ( evaluating)
6. Mengciptakan ( Creating)

Level- level berfikir dalam taksonomi bloom tersebut akan dilatih ketika menjalankan 7 program kegiatan dalam hakreta. Keterangan lebih lengkap bisa dibaca di bab “7 kegiatan hakreta”.

Hakreta ( Halaqah Kreatif Tadabbur Qu’ran )

Muqadimah
Al Qur’an adalah pedoman petunjuk hidup bagi umat Islam. Sejarah membuktikan bahwa suatu kaum akan mulia derajatnya jika memuliakan Al Qur’an. Dan suatu kaum akan hina derajatnya jika tidak memuliakan Al Qur’an.

وَعَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( إنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الكِتَابِ أقْوَاماً وَيَضَعُ بِهِ آخرِينَ )) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

Dari Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengangkat (meninggikan) dengan kitab ini (Al-Qur’an) dan merendahkan kaum yang lain dengannya juga.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 817]

Umat Islam juga demikian. Jika ingin mengembalikan kejayaan umat maka tidak ada jalan lain kecuali harus kembali kepada Al Qur’an dan berusaha kuat untuk komitmen mengamalkan isi Al Qur’an dalam kehidupan kita sehari-hari.

Tujuan
1. Menjaga komitmen dan konsisten dalam berinteraksi dengan Al Qur’an
2. Untuk memahami kandungan Al Qur’an secara lebih baik
3. Untuk menguatkan dorongan dalam mengamalkan isi Al Qur’an
4. Untuk membentuk komunitas yang saling mengingatkan dalam kebaikan
5. Menyebarkan dakwah Al Qur’an di masyarakat luas.

Metode teknis
1. Membentuk kelompok tadabbur dengan jumlah minimal 3 orang dalam group WA
2. Mengangkat salah satu sebagai koordinator
3. Menyetorkan bacaan ayat dan terjemah di group setiap hari sesuai kemampuan sebagai syiar
4. Berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas bacaan Al Qur’an
5. Format penyetoran : Tadabbur_nama_surat dan ayat (bisa vareasi sesuai kebutuhan)
6. Pertemuan offline Halaqoh Kreta
7. Membangun budaya saling mengingatkan jika ada anggota yang belum melaksanakan tadabbur.

Kenapa dinamakan Kreatif Tadabbur Al Qur’an ?

Kata kreatif yang digunakan untuk memberikan inspirasi dan motivasi agar metode pembelajaran tadabbur Al Qur’an bisa berkembang sesuai dinamika kehidupan sehari-hari. Sehingga Al Qur’an benar-benar hidup menjadi petunjuk.

Pembelajaran Kreatif Tadabbur Al Qur’an juga untuk menyajikan proses pembelajaran tadabbur Al Qur’an yang menarik sehingga membuat orang bisa lebih menikmati proses pembelajarannya. Hal ini akan menjadikan orang lebih mudah dan istiqomah dalam memahami Al Qur’an.

Dengan metode pembelajaran kreta ini juga akan menginspirasi nilai-nilai, ibrah dan hikmah pembelajaran Al Qur’an. Sehingga akan lebih memotivasi untuk mengamalkan. Dengan tujuan untuk penguatan dan pembentukan adab dan akhlak sesuai nilai-nilai Al Qur’an.

Di bawah ini jenis-jenis kegiatan dalam halaqah kreatif tadabbur Al-Qur’an ( HKreta)

Kegiatan Halaqoh Kreta (Kreatif Tadabbur Al Qur’an)

1. Tilawah dan tadabbur harian (group WA )
2. Pertemuan Halaqah Kreta
3. Kajian dan Taushiyah (Tafsir, ulumul Qu’ran, adab dan akhlak, pembelajaran bahasa Arab Al Qur’an dll)
4. Sarasehan komunitas halaqah kreta ( Sharing kumpulan berbagai Hakreta)
5. Tadabbur inspiratif ( sharing aplikasi ayat inspiratif dg 5T )
6. Tadabbur Tahfidz (metode preoritas dalam menghafal Al-Qur’an lafadz dan makna)
7. Tadabbur tematik
8. Tadabbur Solutif/ Tadabbur Problem solving
9. Indek tadabbur Al Qur’an pribadi
10. Konseling tadabbur dengan diagnosis adab akhlak
11. Sharing Video pembelajaran ( kisah berhikmah, kisah nyata, kisah mualaf, bencana, kajian tafsir, murotal pilihan dll)
12. Lomba kreatif tadabbur Al Qur’an ( skill tadabbur, tathbiqul Qu’ran dan tashlihun )

Pendataan Halaqah Kreta ( Hakreta)
Hakreta 001 : Balai Dakwah Sragen
Hakreta 002 : Karyawan Salem Mart
HaKreta 003 : Asatidz RT Attaqwa Tahfidz
HaKreta 004 : Asatidz Markaz
HaKreta 005 : Keluarga dr. Anton
HaKreta 006 : Emhacare
Hakreta 007 : Keluarga Eko AH
Hakreta 008 : Mahmudah
Hakreta 009 : Takmir masjid At Taqwa
Hakreta 010 : Santri putri 1 pondok Akhul Muslim
Hakreta 011 : Santri putri 2 pondok Akhul Muslim
Hakreta 012 : Emak All Shop
Hakreta 013 : Takmir masji Gabugan
Hakreta 014 : PCPM Sumberlawang
Hakreta 015 : Ibu jamaah Al Qayyim
Hakreta 016 :  Asatidzat GT Al Qayyim
Hakreta 017 :  Asatidz-1 GT Al Qayyim
Hakreta 018 :   Asatidz 2 GT Al Qayyim

Toolset lain
– Inventarisasi murotal ayat Al Qur’an inspiratif
– Inventarisasi rekaman kajian tafsir Al Quran
– Aplikasi Al Qur’an tadabbur harian

3 Posisioning Hakreta

Pemula
Pembelajaran Al Qur’an dalam hakreta bisa dilakukan oleh seseorang yang baru mulai mempelajari tadabbur Al Qur’an. Karena pembelajaran tadabbur dikemas dalam tahapan-tahapan ringan yang memungkinkan seseorang pemula bisa melakukannya dari tahapan awal yang sederhana sesuai kemampuannya. Harapannya mereka yang berniat belajar tadabbur Al Qur’an tidak merasa takut dalam belajar AlQur’an dan bisa merasakan kemanfaatan Al Qur,an.

Sasaran pembelajaran Hakreta di sini juga termasuk orang-orang yang dalam kehidupan sehari-hari banyak menghabiskan waktu untuk bekerja mencari maisyah. Sehingga dia belum bisa mengalokasikan waktu yang memadai untuk belajar Al Qur’an atau mengikuti kajian keislaman secara rutin. Sebagaimana yang dilakukan oleh santri pondok atau aktivis dakwah.
Mereka baru mampu belajar Al Qur’an di waktu setelah menyelesaikan pekerjaanya. Atau di sela-sela waktu diantara pekerjaannya misal jam istirahat. Atau di tanggal-tanggal libur.

Dengan format belajar hakreta (halaqah tadabbur Al Qur’an) akan lebih memudahkan dan mengefektifkan dalam pembelajaran Al Qur’an. Karena adanya Buku panduan untuk mempelajari dan memahami Al Qur’an secara bertahap sesuai kemampuan masing-masing. Metode ini bisa lebih fleksibel dalam menambah ilmu dan mereview kembali ilmu tentang Al Qur’an yang didapatkan saat mengikuti kajian Islam. Akselerasi penambahan ilmu ini bisa didapat karena adanya sistem belajar mandirinya. Namun pada pelaksanaannya juga tetap menjaga pemahaman yang benar dengan cara menghadiri forum kajian-kajian Al Qur’an dan keIslaman.

Muhasabah
Setiap orang yang ingin menjadi lebih baik harus berani dan membiasakan mengevaluasi diri atau muhasabah. Dengan membaca Al Qur’an berarti kita berinteraksi, bercakap-cakap dengan Allah. Allah memberikan nasehat kepada kita dengan Kalam Nya sehingga akan sangat membantu  dalam mengecek berbagai amalan yang sudah kita lakukan selama ini. Apakah masih sesuai dengan apa yang Allah kehendaki ataukah tidak. 
Jika ternyata ada perbuatan kita yang tidak sesuai dengan syariat Allah maka kita segera menyadari, muhasabah untuk mengadakan perbaikan. Sehingga diri kita akan lebih terjaga sepanjang waktu dari kesesatan akibat godaan setan.

Pembelajaran dalam hakreta menekankan dalam pengamalan ayat-ayat Al Qur’an inspiratif dimulai dari diri sendiri kemudian disebarkan dengan mengajak orang lain melakukan hal yang sam. Setiap ayat yang dipelajari tidak hanya dibaca lafadznya namun ditadabburi dan berusaha menerapkan dalam bentuk amalan. Dengan membiasakan bermuhasabah secara konsisten maka akan terjadi perbaikan diri secara terus menerus. 

Adab dan akhlaq

Selain membaca Al Qur’an peserta hakreta juga memahami makna yang terkandung di dalamnya. Kemudian metadabburi untuk mengambil hikmah, ibrah dan nilai-nilai dari bacaan Al Qur’an tersebut yang diinternalisasi dalam diri.  Sehingga akan menggerakan untuk mengimplementasikan dalam bentuk amalan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pengulangan pengamalan yang konsisten ini  akan membentuk adab dan akhlak mulia pagi  peserta hakreta.

Mudahnya Praktek Halaqah Kreta

Halaqah kreta ini disusun untuk mempermudah seseorang agar bisa istiqamah dalam membaca, memahami dan berusaha mengamalkan Al Qur’an. Dengan berbagai cara kreatif akan membuat pelaksanaan pembelajaran Al Qur’an menjadi lebih praktis dan tidak merepotkan. Apalagi jika mempunyai keinginan dan niat yang kuat.

Sekali lagi tekad (azam) inilah yang akan memudahkan dalam menjalankan program halaqah kreta. Tekad ini pula yang nanti akan membedakan hasil antara satu orang dengan orang lain

Dengan tekad yang kuat maka beberapa kendala tidak akan mudah menghalanginya. Namun justru memberikan motivasi dalam menemukan berbagai solusi yang dibutuhkan. Dan Allah akan memberikan petunjuknya jika seseorang bersungguh-sungguh.

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ

Orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk (mencari keridaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan. (Q.S. al-Ankabut [29]: 69).

Allah menjanjikan kemudahan bagi mereka yang serius untuk mempelajari Al Qur’an. Dan tidak memberatkan hamba Nya dalam mempelajari Al Qur’an. Namun justru setelah membacanya Allah akan turunkan berbagai solusi di dalam kehidupannya.

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ

Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? Al Qomar 17

Dalam pembelajaran Al Qur’an beberapa paradiqma yang menghambat keinginan untuk belajar Al Qur’an seharusnya mulai dihilangkan. Agar Al Qur’an tidak menjadi momok yang harus dihindari dan ditakuti. Namun agar bisa membuat semangat dan antusias untuk belajar Al Qur’an terus meningkat dan bisa merasakan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa mindset yang harus dilawan adalah: 
– Belajar Al Quran itu susah => mudah
– Belajar Al Qur’an menakutkan => menyenangkan
– Belajar Al Qur’an itu tidak penting => sangat bermanfaat
– Belajar Al Qur’an itu sekedarnya => kebutuhan
– Belajar Al Quran membaca (saja) => memahami 

مَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لِتَشۡقَىٰٓ

Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah;[Surat Tha-Ha: 2]

Halaqah kreta juga dirumuskan agar bisa dilakukan oleh setiap muslim sesuai tingkatan masing-masing. Karena pada prinsipnya program halaqah kreta ini merupakan cara mempelajari Al Qur’an dari pemula. Dilakukan secara berjamaah agar saling menguatkan dan istiqomah.

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ …

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya …[Surat Al-Baqarah: 286]

فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُمۡ وَٱسۡمَعُواْ وَأَطِيعُواْ …

Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; [Surat At-Taghabun: 16]

Program pembelajaran Al Qur’an merupakan jalan pintu untuk mendapatkan hidayah dari Allah SWT . Membaca kalamullah akan memberikan petunjuk dan kedamaian dalam hidup.
Seorang muslim yang beriman akan merasakan ada sesuatu yang kurang jika tidak berinteraksi dengan Al Qur’an. Kegelisahan, kecemasan, kegalauan akan tercipta jika sampai meninggalkan Al Qur’an. Sehingga membaca Al Qur’an menjadi kebutuhan preoritas seorang mukmin untuk bisa menjaga dan memupuk keimanannya yang lebih efektif.

Namun jika masih menemui hambatan dengan berbagai macam kesibukan dan aktivitas maka sebaiknya tidak ditinggalkan sama sekali. Tetapi tetap dilakukan meski dengan mengalokasikan waktu minimal terlebih dahulu. Sebagaimana Rasulullah SAW mengutamakan amalan demikian.

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. [HR Muslim no 783]

Ulama lain membuat kaedah untuk hal ini,

ما لا يدرك كله لا يترك كله

“Jika tidak didapati seluruhnya, jangan tinggalkan seluruhnya (yang mampu dikerjakan).”

Manfaat membaca, memahami dan mengamalkan Al Qur’an akan dipetik oleh diri sendiri baik di dunia dan di akherat. Begitu juga sebaliknya jika menjauh dari Al Qur’an maka akan memperoleh keburukan.

إِنۡ أَحۡسَنتُمۡ أَحۡسَنتُمۡ لِأَنفُسِكُمۡۖ وَإِنۡ أَسَأۡتُمۡ فَلَهَاۚ …

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. [Surat Al-Isra’: 7]

Demikian ini cara-cara praktis yang bisa ditempuh dalam mengaplikasikan halaqah kreatif tadabbur Al-Qur’an agar lebih mudah dan bisa konsisten.
a. Membaca mushaf Al Qur’an bisa dilakukan di rumah bisa juga di kantor, di sekolah, di masjid, bahkan di mall atau tempat lainnya.
b. Jika tidak memungkinkan membaca mushaf maka bisa membaca aplikasi Al Qur’an android yang sudah diinstall di hp masing-masing. Bisa diambil dari play store misalnya Qurandroid, Al Qur’an perkata, Al Qur’an dan tafsir, Qur’an tadabbur dan lain-lain
c. Dengan menggunakan aplikasi Al Qur’an di Hp, maka kita bisa membaca Al Qur’an secara lebih fleksibel. Bisa di setiap saat dan setiap waktu. Misalnya di sela-sela pekerjaan atau aktivitas, saat menunggu istri atau anak dan lain-lain. Sehingga waktu menjadi lebih produktif.
d. Anggota halaqah kreta juga bisa membaca Al Qur’an sesuai tingkatan kemampuan masing-masing sehingga akan lebih mudah dalam penyesuaian. Adaptasi terhadap kebiasaan baru ini sangat penting dalam menunjang konsisten dalam menjalankan program. Tahap awal bisa dimulai membaca dari juz’amma yang biasa dibaca saat imam sholat. Membaca Al Qur’an tidak harus dimulai dari depan misalnya surat Al Baqarah.
e. Banyaknya lembaran Al Qur’an yang dibaca juga menyesuaikan kemampuan dalam mengalokasikan waktu. Program halaqah kreta ini menekankan preoritas konsistensi dalam membaca Al Qur’an setiap harinya. Meski jumlah yang dibaca mulai dari sedikit terlebih dahulu.
f. Jika masih belum bisa menyisihkan waktu untuk membaca Al Qur’an, maka bisa dengan melafadzkan hafalan ayat atau surat yang diketahui isinya. Tujuannya agar seseorang bisa tetap terhubung dengan Allah SWT setiap harinya meski hanya sebentar
g. Boleh juga mengulang-ulang ayat dan isi yang sama setiap harinya jika ayat atau surat itu berkesan. Sehingga bisa semakin meresapi, menjiwai isinya dan menambah keimanan.

Seorang muslim yang beruntung akan berusaha untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Dia akan berusaha dari waktu ke waktu untuk terus memperbaiki cara berinteraksi dengan Allah melalui Al Qur’an sehingga semakin meningkat kualitasnya.
Oleh karena itu ia akan terus berusaha memilih metode yang paling cocok dalam belajar Al Qur’an agar bisa lebih efektif mendekatkan dengan Allah SWT.

Dengan konsisten dalam menjalankan program halaqah kreta ini akan menjadi amal jariyah. Karena ikut menjadi agen perbaikan suatu bangsa dalam membangun ahklaqul Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian beberapa tips dalam menjalankan program halaqah kreta agar lebih mudah dan bisa istiqomah.

Keterangan tambahan
Proses penulisan pelaporan kegiatan membaca Al Qur’an merupakan upaya mensyiarkan Al Qur’an di dalam group. Meski terlihat sederhana, namun keberadaannya akan sangat membantu untuk saling mengingatkan dan menguatkan anggota yang lain. Sehingga bisa istiqomah dalam membaca dan mempelajari Al Qur’an.
Tidak sedikit akibat pembentukan lingkungan yang kondusif ini seseorang bisa menghatamkan Al Qur’an lafadz dan isinya. Bahkan sudah bisa membentuk habbit (kebiasaan) dalam membaca dan memahami Al Qur’an setiap harinya.

5 Perbedaan halaqah kreta dengan yang lain

1. Anggota halaqah lebih aktif dalam pembelajaran Al Qur’an 
Anggota halaqah kreta bisa belajar lebih mandiri dengan membaca tilawah dan mempelajari isi Al Qur’an sesuai dengan kemampuan masing-masing. Sehingga ilmu yang didapatkan akan lebih mudah masuk dalam ingatan.
Dalam proses pembelajaran akan menemukan ayat-ayat Al Qur’an yang bisa dipahami secara lugas namun ada juga yang masih belum bisa dipahami secara lebih dalam. Bagian-bagian yang belum bisa dipahami sebaiknya dicatat kemudian mencari informasi lebih lanjut baik dari buku atau ahlinya.
Ayat-ayat Al Qur’an yang detail biasanya membutuhkan penjelasan lebih komplek. Baik dari tafsir, asbabun nuzul, bahasa Arab atau penjelasan para ulama ahli Al Qur’an.

2. Tidak hanya tilawah tapi juga melakukan 4 T lainnya
Setiap anggota dalam halaqah kreta selain tilawah Al Qur’an juga melakukan tadarus ( mempelajari Al Qur’an) , tadabbur ( merenungkan Al Qur’an), tathbiq ( mengaplikasikan Al Qur’an dalam kehidupan ) dan taslih ( melakukan perbaikan dalam adab dan akhlaknya). Proses pemahaman dan pengamalan Al Qur’an ini dilakukan secara bertingkat sesuai tahapan masing-masing orang. Dengan demikian proses internalisasi Al Qur’an akan terus-menerus dilakukan oleh anggota halaqah kreta.

3. Melatih konsisten dalam berinteraksi dengan Al Qur’an
Anggota halaqah kreta ditekankan untuk setiap hari membaca dan memahami Al Qur’an sesuai kemampuan masing-masing. Yang ditekankan di sini adalah konsistensi setiap hari agar bisa membaca dan memahami Al Quran. Aktivitas mempelajari Al Qur’an yang dilakukan setiap hari bertujuan membentuk kebiasaan dalam mempelajari Al Qur’an. Sehingga akan menjadi kebutuhan penting dan preoritas bagi mereka di dalam hidup.

4. Bisa dilakukan muslim dari tahap pemula sampai tahap lanjut
Pembelajaran di dalam halaqah kreta ini bisa dilakukan di berbagai level pembelajar Al Qur’an. Pada level pemula jumlah bacaan bisa dimulai dari sedikit agar bisa istiqomah. Jika sudah menjadi kebiasaan dan terasa manfaatnya, maka ia dapat menaikkan jumlah bacaannya sedikit demi sedikit. Sehingga tetap akan bisa menikmati proses internalisasi Al Qur’an di dalam tubuhnya.

5. Melatih kemampuan daya pikir dalam analisis dan logika penalaran
Pembelajaran halaqah kreta selain membaca Al Qur’an juga melakukan pemahaman isi Al Qur’an. Dalam proses pemahaman Al Qur’an ini akan melatih cara berfikir seseorang secara lebih dalam. Baik dalam berfikir kritis, kreatif, multi sudut pandang, sistematis dan lain-lain. Sehingga dengan terus-menerus melatih dan mengasah skill ini maka kecerdasan seorang muslim akan terus meningkat. Jika ini dilakukan secara bersama-sama maka akan meningkatkan kecerdasan suatu bangsa. InsyaAllah.

Testimoni

YUSUF
“Kegiatan tadabbur Qur’an ini sangat banyak manfaatnya dan layak untuk senantiasa diikuti. Setiap kesempatan memberikan pemahaman yang mendalam dan inspiratif, serta mampu memberikan perubahan besar dalam hidup saya. Melalui tadabbur ini, saya merasakan peningkatan yang signifikan dalam kualitas ibadah saya. Terima kasih kepada para pembimbing dan penyelenggara, saya sangat menantikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan ini lagi.”

TRI ATMANTO
“Dengan halaqah kreta kreatif tadabbur Al-Qur’an memaksa (melatih) kita untuk konsisten membaca Al Qur’an dengan artinya setiap hari dan sudah tidak ada lagi alasan untuk mengatakan saya tidak sempat.”
Dengan tadabbur baca terjemah beserta baca tafsir dari ayat yang dibaca benar-benar banyak sekali ilmu yang belum kita ketahui dari kandungan yang tersirat dalam ayat tersebut. Masyaallah Maha Luas ilmu Allah. Dengan Tadabbur ini semoga Allah perkaya wawasan kita.

DHANY
“Setelah hampir menghatamkan Al-Qur’an dan terjemahannya dan sampai di juz 29 dan 30 membuat saya sering mengingat hari akhir, karena juz tersebut banyak mengingatkan tentang hari akhir” Disinilah terasa bedanya kalau hanya membaca ayat² nya saja tanpa memahami arti dan maknanya”

FIKRI
Selama saya mengikuti tadabbur Al-Qur’an ini, saya jadi lebih sering membuka aplikasi hmm dan membaca tafsirannya, biasanya jarang atau bahkan engga sama sekali dan saya semakin mengetahui makna dari satu per satu ayat-ayat dalam Al-Qur’an.

FAUZAN
Kalau baca ayat dengan artinya bisa lebih tahu maknanya. Pas di bagian ayat tertentu yang penasaran, termotivasi buka tafsir supaya lebih memahami. Alhamdulillah.

7 Kegiatan Halaqah Kreatif Tadabbur Al-Qur'an

Tadabbur Harian Group Wa

Al Qur’an adalah kitab suci yang memberikan petunjuk dalam kehidupan sehari-hari. Mempelajari dan mengamalkan Al Qur’an akan menyelamatkan manusia di kehidupan dunia dan akherat. Manusia mempunyai kecenderungan mengikuti hawa nafsu. Sehingga Al Qur’an harus senantiasa dibaca untuk mengingatkan dan meluruskan jika mulai menyimpang.

.. إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ…

Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. QS Yusuf 53

Manusia juga punya sifat pelupa sehingga akan banyak potensi melakukan kesalahan. Dengan membaca Al Qur’an setiap hari maka akan mengingatkan kembali dengan pesan-pesan Al Qur’an sehingga akan meminimalisir terjadinya kesalahan dalam aktivitasnya. Jika ternyata masih melakukan kesalahan maka akan lebih mudah untuk kembali ke jalan yang benar. Karena Al Qu’ran terus-menerus mengingatkan saat membacanya.

وَإِنَّهُۥ لَتَذْكِرَةٌ لِّلْمُتَّقِينَ

Artinya: Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Al Haqqah 48

Membaca Al Qur’an disini selain membaca lafadz Qu’ran juga disertai membaca isinya. Agar seorang muslim bisa memahami kandungannya dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Program membaca dan tadabbur Al Qur’an harian ini akan membentuk kebiasaan seseorang untuk bisa terus-menerus berinteraksi dengan Al Qur’an.

Sedangkan pelaksanaan program tadabbur Al Qur’an di dalam group akan membantu masing-masing untuk saling menguatkan. Jika ada anggota yang terlupa atau dalam keadaan lemah iman maka akan ada anggota lain yang mengingatkan. Sehingga budaya saling mengingatkan dalam kebaikan akan terbentuk bersama. Sebagaimana bentuk pengamalan perintah Allah dalam Al Asr 3

{… وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ }
[Surat Al-‘Ashr: 3]

…saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

Konfirmasi pelaporan
Pelaporan dilakukan masing-masing anggota setiap hari di dalam group WA. Untuk memotivasi komitmen dan kedisiplinan. Jumlah ayat yang dibaca dan ditadabburi pada tahap awal bisa disesuaikan kemampuan masing-masing. Bisa satu lembar, atau 1/2 lembar atau bahkan bisa beberapa baris ayat Al Qur’an. Namun yang bisa lebih dari itu juga akan lebih baik. Yang ditekankan terlebih dahulu adalah konsistensi dalam membaca setiap hari.

Kenapa harus setor
Mungkin sebagian ada yang beranggapan kata “setor” mempunyai makna kewajiban yang memberatkan. Seperti kewajiban dari bawahan ke atasan. Jika merasakan demikian, maka ubah persepsi  dengan mengganti kata “setor” menjadi “syiar”. Dengan sedikit mengubah cara pandang (POV) maka insyaAllah akan menjadi lebih ringan dalam melaporkan di group WA dan bahkan bisa bertambah semangat. Karena di balik aktivitas yang terlihat sederhana ternyata mempunyai makna yang mendalam sebagai ikhtiar dalam DAKWAH bersama tentang belajar Al Qur’an dengan tadabbur. 

Karena jika syiar kita bisa menyetrum ( memotivasi orang lain) untuk melakukan hal yang sama maka akan mendatangkan pahala bagi yang mensyiarkan. Begitu juga sebaliknya. Jika kita berat mensyiarkan maka juga akan mempengaruhi orang lain.
Semoga pesan Nabi di bawah ini bisa menguatkan kita untuk terus mensyiarkan Al Qur’an dengan metode HAKRETA.

# قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
# مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا
# وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ ششَيْءٌ
# وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا
# وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِن ْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang memulai mengerjakan perbuatan baik dalam Islam (sehingga menjadi kebiasaan ummat), maka dia akan memperoleh pahalanya
Dan pahala orang yang mencontoh perbuatan itu, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.

Dan barangsiapa yang memulai kebiasaan buruk (sehingga menjadi kebiasaan ummat), maka dia akan mendapatkan dosanya. Dan dosa orang yang mengikutinya dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR Bukhari Muslim dari Jarir ra).

Setelah berlangsung beberapa lama misalnya 1 bulan, maka akan mulai adaptasi dengan kebiasaan tersebut. Tahapan berikutnya bisa perlahan-lahan dinaikkan jumlah bacaan Al Qur’an hariannya. Dengan hati yang ikhlas dan bersih semoga Allah memberikan petunjuk sehingga  bisa merasakan kenikmatan dan kelezatan berinteraksi dengan Al Qur’an. Sehingga akan lebih betah berlama-lama membaca Al Qur’an.
Tahapan selanjutnya mulai berusaha membuat target sendiri akan menyelesaikan bacaan Al Qur’an dan artinya dalam tempo berapa lama. Apakah 1 bulan atau 2 bulan atau 3 bulan. Misalnya jika 3 bulan ingin khatam maka setiap hari rata-rata membaca 3-4 lembar.

Peningkatan tidak harus juga hanya difokuskan pada kuantitas bacaannya, namun juga kualitasnya yaitu pada pemahaman dan tadabbur Al Qur’an. Sehingga bisa mengambil nilai dan hikmah yang bisa diamalkan. Tidak harus sama setiap hari, karena jadwal kesibukan kegiatan harian bisa berbeda. Kadang sibuk kadang juga longgar.
Maka di saat longgar bisa dinaikkan waktu berinteraksi dengan Al Qur’an sehingga akan membaca lebih banyak. Namun jika waktu mepet mendesak maka bisa menyesuaikan kesibukan masing-masing.

Bentuk laporan sederhana dengan format Tadabbur_Nama_surat_ayat atau
Tadabbur_Nama_ halaman

Bentuk laporan dan cara melaporkan bisa bervariasi sesuai kemampuan dan keefektifan masing-masing kelompok. Misal jika halaqah di pondok tidak menggunakan WA, maka pemberitahuannya bisa dituliskan dalam kertas atau papan tulis bersama. Setiap hari masing-masing santri bisa menuliskan Al Qur’an yang sudah ditadabburi.
Jika halaqah yang terdiri banyak orang tua yang tidak terampil menggunakan WA , maka bisa kirim sesuai kemampuan masing-masing dalam pelaporan. Yang ditekankan di sini adalah istiqamah dalam membaca dan memahami Al Qur’an setiap hari secara konsisten.
Seiring dengan berkembangnya waktu maka masing-masing anggota bisa menaikkan target harian sehingga akan lebih banyak bisa memahami ayat-ayat Allah. Target harian juga bisa menggunakan berapa lama waktu yang bisa dialokasikan setiap hari untuk berinterasi degan Al Qur’an, baik untuk tilawah atau untuk memahami dan mentadabburi Al Qur’an.

Siapa Saja Group Halaqah Kreta

Pada dasarnya semua kelompok bisa membentuk halaqah kreatif tadabbur Al Qur’an yang penting mempunyai tujuan yang sama. Tujuannya adalah menjaga agar selalu bisa membaca dan memahami Al Qur’an setiap harinya secara konsisten.

Kelompok bisa berasal dari kelompok organisasi dakwah dan sosial, karyawan perusahaan, kelompok pada guru sekolah, kelompok para asatidz, kelompok pengajian ibu-ibu, group-group WA yang sudah ada dan lain-lain. Bahkan setiap orang bisa membentuk kelompok baru dengan tujuan adalah sama yaitu berinteraksi dengan Al Qur’an.

Hikmah dan nilai Tadabbur Al Qur’an Harian

Hikmah dan nilai bisa didapat dari kegiatan Tadabbur Al Qur’an Harian Group WA adalah perbaikan akhlak konsisten.
10 akhlak konsisten yang terbentuk adalah :
1. Konsistens dalam membaca Al Qur’an setiap hari
2. Konsisten dalam membaca lafadz dan makna dari bacaan Al Qur’an nya
3. Konsisten dalam mentadabburi bacaan Al Qur’an nya
4. Konsisten dalam berusaha mempraktekkan amalan dari Al Qur’an
5. Konsisten dalam melaporkan kegiatan baca Al Qur’an ( tilawah, tadarus, tadabbur) ke group
6. Konsisten dalam melaksanakan komitmen taat peraturan tadabbur Al Qur’an harian group WA
7. Konsisten dalam membangun budaya saling mengingatkan dan menasehati
8. Konsisten dalam mengasah kreatifitas dalam merumuskan bentuk amalan
9. Konsisten dalam pengelolaan waktu untuk berinteraksi dengan Al Qur’an
10. Konsisten dalam mengelola waktu luang agar lebih produktif sehingga terhindar aktivitas sia-sia atau bahkan maksiat

Konsisten bisa semakna dengan disiplin dan merupakan amalan yang sangat dicintai Allah SWT.

Serba-serbi dalam halaqah tadabbur Al Quran harian group WA

Lupa
Jika sesekali lupa maka itu wajar. Jika sering diulang beberapa kali dengan alasan yang sama maka itu sudah suatu keteledoran dan kurang bisa mengambil hikmah. Biasanya bashirah/instingnya agakrendah sehingga tidak mudah menangkap suatu peluang atau melihat potensi keburukan yang akan menimpa. Lupa juga bisa merupakan gangguan dari setan.
Tadabbur beberapa ayat tentang lupa

وَقَالَ لِلَّذِيْ ظَنَّ اَنَّهٗ نَاجٍ مِّنْهُمَا اذْكُرْنِيْ عِنْدَ رَبِّكَۖ فَاَنْسٰىهُ الشَّيْطٰنُ ذِكْرَ رَبِّهٖ فَلَبِثَ فِى السِّجْنِ بِضْعَ سِنِيْنَ ࣖ

Dia (Yusuf) berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua, “Jelaskanlah keadaanku kepada tuanmu.” Kemudian, setan menjadikan dia lupa untuk menjelaskan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu, dia (Yusuf) tetap dalam penjara beberapa tahun lamanya. Q.S Yusuf 42

Lupa yang terlalu sering apalagi berhubungan dengan syariat bisa berasal dari setan
Naudzubillah

وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللّٰهَ فَاَنْسٰىهُمْ اَنْفُسَهُمْۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ ۝١٩

Janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Dia menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik. Al Hasyr 19

{ قَالَ أَرَءَيۡتَ إِذۡ أَوَيۡنَآ إِلَى ٱلصَّخۡرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ ٱلۡحُوتَ وَمَآ أَنسَىٰنِيهُ إِلَّا ٱلشَّيۡطَٰنُ أَنۡ أَذۡكُرَهُۥۚ وَٱتَّخَذَ سَبِيلَهُۥ فِي ٱلۡبَحۡرِ عَجَبٗا }

Dia (pembantunya) menjawab, “Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak ada yang membuat aku lupa untuk mengingatnya kecuali setan, dan (ikan) itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.” [Surat Al-Kahfi: 63]

Kurang bisa ambil hikmah

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

Allah menganugerahkan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS. Al-Baqarah [2]: 269).

Orang bijak adalah orang yang bisa mengambil hikmah. Dalam perjalanan tadabbur Al Quran harian , terkadang dijumpai orang yang belum bisa konsisten baik dalam mentadabburi Al Qur’an dan pelaporan. Hal bisa disebabkan diantaranya karena kesalahan atau kelupaan. Namun jika ini terjadi secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, maka harus ada evaluasi diri. Karena perilaku kebiasaan ini sudah tidak wajar. Seakan-akan ia tidak ingat dengan kesalahan atau kelupaan yang menimpanya baru saja.

Sebab terjadinya salah dan lupa diantaranya adalah :
– Belum mampu mengidentifikasi penyebab utama dari kebiasaan lupa dan salah tersebut. 
– Penyebab lain  karena sifat acuh. Sehingga meremehkan hal-hal penting yang diamanahkan kepadanya.
– Buruknya dalam mengelola waktu dan daftar preoritas pekerjaan. Sehingga sering tumpang tindih
– Belum bisa merasakan manfaat dari aktivitas yang dijalaninya dalam berinteraksi dengan Al Qu’ran.
Dengan terus melatih dan meningkatkan tadabbur Al-Qur’an maka insyaallah akan menaikkan bashirah atau ketajaman pikiran dan hati.

Monoton
Konsisten adalah mampu melakukan aktivitas yang sama secara terus-menerus. Sikap konsisten atau istiqomah ini akan membentuk skill atau kebiasaan yang baik, jika mampu menjaga kualitas eksekusi atau bahkan ada peningkatan kualitas.

Namun aktivitas yang dilakukan terus-menerus tanpa kesadaran akan terjebak dalam kegiatan yang monoton dan berujung pada kebosanan. Biasanya karena kurang ada penjiwaan terhadap kegiatan yang dilakukan. Kegiatan dijalankan dengan asal-asalan, hanya sekedar menggugurkan kewajiban atau karena perintah atasan. Misalnya karena aturan perusahaan. Sehingga ia tidak mampu menjaga kualitas eksekusi. Ia tidak akan mendapatkan ketrampilan yang baik dari hasil aktivitas rutinnya

Jenuh dan bosan

Kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan dengan terus-menerus bisa mempunyai dua ujung.
Pertama akan menemui kesuksesan jika mampu menjaga dan meningkatkan kualitas pengamalannya.
Kedua akan menemui kegagalan jika tidak mampu menjaga dan meningkatkan kualitasnya. Namun justru terjebak dalam rutinitas yang monoton, jenuh dan membosankan. Apalagi jika kegiatan dilakukan hanya untuk formalitas dan sekedar melaksanakan kewajiban seadanya saja.

Dunia itu adalah fana artinya tidak kekal.

 كُلُّ مَنۡ عَلَيۡهَا فَانٖ 

Semua yang ada di bumi itu akan binasa,[Surat Ar-Rahman: 26]

Berbagai macam perasaan di dunia juga tidak akan kekal dan akan selalu terjadi silih berganti. Diantara kesenangan yang dirasakan maka akan menjumpai juga kesusahan. Begitu juga kesusahan juga tidak akan terus-menerus karena akan menemui periode kebahagiaan.
Kenyamanan dan kenikmatan yang dirasakan tidak akan terjadi selamanya. Suatu saat juga akan mengalami kesulitan.

Sudah fitrahnya manusia itu mencari kenyamanan dan kesenangan. Namun pekerjaan yang awalnya menyenangkan jika dilakukan terus-menerus maka akan juga mengalami masa titik jenuh. Apalagi pekerjaan yang tidak menyenangkan, maka akan lebih mudah menjumpai ketidaknyaman.

Allah memilih hamba Nya yang akan mendapatkan balasan kenikmatan adalah mereka yang bisa lulus ujian. Diantaranya ujian dalam menjaga istiqomah (konsisten) dalam berinteraksi dengan Al Qur’an setiap hari. Sebagai bukti keimanannya untuk menjadikan Al Qur’an sebagai petunjuk kehidupannya.

 أَمۡ حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ وَلَمَّا يَأۡتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوۡاْ مِن قَبۡلِكُمۖ مَّسَّتۡهُمُ ٱلۡبَأۡسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلۡزِلُواْ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصۡرُ ٱللَّهِۗ أَلَآ إِنَّ نَصۡرَ ٱللَّهِ قَرِيبٞ 

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.[Surat Al-Baqarah: 214]

Inilah ujian bagi para pendahulu kita. Jika dibandingkan kita hari ini, maka masih jauh lebih ringan. Dengan demikian maka kita akan melihat ujian rasa jenuh dalam mempelajari Al Qur’an menjadi terasa lebih ringan. Dengan husnudzon tersebut Allah akan memudahkan kita untuk menemukan solusi

Jika penyakit jenuh mulai menghinggapi maka beberapa cara di bawah ini bisa dilakukan untuk mengatasinya.

A. Menaikan tahapan goal berikutnya
Seseorang beraktifitas digerakkan oleh suatu tujuan yang hendak dicapainya. Jika tujuan atau goal yang ingin dicapai terlalu ringan maka akan mudah untuk dicapai. Dan akhirnya semangat menurun karena merasa goal sudah dicapai.
Untuk memotivasi diri bisa dibuat goal secara bertingkat. Sehingga jika sudah mencapai satu goal bisa melangkah ke goal selanjutnya. Dengan demikian semangat akan tetap terpelihara untuk mendapatkan tujuan /goal selanjutnya.
Sebagai contoh goal pertama akan menghatamkan isi terjemah Al Qur’an. Kemudian ditingkatkan dengan goal membuat Indek tadabbur Al Qur’an pribadi. Yaitu dengan mencatat dan mengelompokkan tema ayat. Sehingga menambah semangat kembali membaca ulang dengan lebih teliti isinya. Sehingga bisa membuat rangkuman pribadi peta isi Al Qur’an.
Contoh goal yang lain adalah untuk mendidik anak dengan mengajarkan isi Al Qur’an yang dibaca kepada anaknya. Sehingga muncul keinginan menaikkan kualitas pembelajarannya agar bisa menyampaikan dengan baik.
Goal juga bisa dinaikkan dengan mengkoordinasi beberapa orang untuk membuat halaqah kreta sendiri. Maka akan muncul motivasi untuk membaca dan mempelajari Al Qur’an secara lebih konsisten untuk memberi contoh dan sharing di halaqahnya.
Goal lain juga bisa menginternalisasi Al Qur’an di keluarganya untuk bisa mengamalkan isi Al Qur’an secara bertahap dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga akan membentuk akhlak Al Qur’an.
Dari berbagai macam tujuan tersebut maka semua harus dilandaskan niat menjalankan perintah Allah SWT. Sehingga bisa mendapatkan kembali energi untuk bisa tetap Istiqomah dalam pembelajaran Al Qur’an.

B. Berusaha selalu mengambil hikmah Al Qur’an dalam kehidupan
Cara efektif untuk melawan rasa jenuh adalah dengan menghubungkan Al Qur’an yang dipelajari dengan manfaat yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini akan menambah semangat membaca Al Qur’an dan mentadabburi isi Al Qur’an. Semakin banyak manfaat tadabbur Al Qur’an yang bisa dirasakan dalam kehidupan, maka akan semakin menambah semangat dan istiqamah untuk membaca dan mentadabburi Al Qur’an. Hal ini akan banyak mengurangi rasa jenuh dan bosan dalam pembelajaran Al Qur’an.
Sebagai contoh setelah membaca At Tahrim ayat 6 yang berisi peringatan untuk diri dan keluarga. Maka akan mendapat manfaat berupa motivasi semangat lebih kuat untuk mendidik anak dan istri.
Contoh lain setelah mentadabburi surat Al Ghashiyah 21-22 kemudian menginternalisasi dalam diri. Maka lebih semangat dan sabar dalam memberi nasehat. Menjadi lebih berani dalam memberi peringatan dan tidak baper lagi jika ditolak.

C. Memvareasi model eksekusi
Beberapa bentuk vareasi kreatifitas pelaksanaan halaqah kreta bisa didapatkan di bawah ini :
*) Memperbanyak porsi tilawah Al Qur’an untuk mendapatkan kenikmatan dan ketenangan dari irama Al Qur’an. Namun tetap membaca isi terjemahannya meski jumlahnya tidak harus banyak dan disesuaikan kemampuan konsentrasi.
*) Bisa memperkuat semangat dengan mendengarkan murotal Al Qur’an yang merdu dan membuat nyaman di hati. Lebih bagus lagi ditambah dengan membaca isinya agar bisa meresapi bacaannya.
*) Ayat yang panjang atau memerlukan pemikiran lebih detail , atau ayat yang susah dipahami untuk sementara tidak harus dibaca semuanya. Cara ini untuk memberikan ruang otak untuk refreshing dan pendinginan sehingga tidak terlalu terbebani.
*) Memvareasi jadwal rutin mengaji di waktu-waktu yang otak masih fresh dan konsentrasi, suasana khusyuk, mood baik misal sebelum subuh, pagi hari, malam hening, atau waktu punya niat yang besar.
*) Membaca ayat-ayat Al Qur’an motivasi penguat semangat dan mentadabburinya. Misal Surat Al Insyirah, Al Baqarah 216, Al Baqarah 286, Al Ankabut 69 dan lain-lain

D. Mengadakan pertemuan halaqah kreta secara offline
Pertemuan antara anggota halaqah sangat diperlukan agar  saling memotivasi dan memberi inspirasi. Berbagai dinamika permasalahan yang dihadapi selama melakukan halaqah kreta bisa saling di-sharing untuk mendapatkan solusi. Pertemuan offline bisa juga diundang ustadz untuk menyampaikan taushiyah sehingga bisa menjadi penyejuk iman. Serta kembali menaikkan semangat untuk membaca dan mentadabburi Al Qur’an.

E. Menambah kegiatan tadabbur alam
Kegiatan ini bertujuan refreshing dan pendinginan pikiran. Dilakukan dengan cara melihat ayat-ayat kauniyah sebagai bukti kebesaran Allah. Aktivitas ini akan membuat hati lebih tentram dan bersyukur telah diberikan petunjuk untuk bisa berinteraksi dengan Al Qur’an. Harapannya untuk mengembalikan semangat dalam membaca dan mentadabburi Al Qur’an . Tadabbur alam bisa dimulai dari tempat-tempat di sekitarnya agar tidak memberatkan, namun tetap berkesan dan menyegarkan.

F. Berdoa
Doa adalah senjata seorang muslim yang paling ampuh. Kualitas doa akan sesuai dengan kualitas keimanan dan ketaqwaan seseorang. Ikhtiar menjaga semangat dan istiqomah dalam mentadabburi Al Qur’an bisa dilakukan dengan cara menyandarkan kepada Allah SWT sebagai sumber energi tak terbatas. Berbagai petunjuk dan inspirasi ide solusi yang muncul sejatinya merupakan cara Allah untuk membantu mengatasi masalah kita. Termasuk diantara penyakit jenuh dan bosan yang sedang menimpa.

 لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ …

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. [Surat Al-Baqarah: 286]

Allah selalu menanamkan hambanya agar selalu optimis bahwa seorang muslim mampu mengatasi ujiannya. Keberhasilan dalam mengatasi penyakit jenuh dan bosan akan tergantung kekuatan tekad pribadi dalam mengatasi problematika yang muncul. Dengan kesungguhan maka Allah akan mendatangkan petunjuk yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْ  ۝٦٩

Orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk (mencari keridaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan. Al Ankabut 69

Inilah beberapa tips yang bisa dilakukan jika rasa jenuh dan bosan menyerang saat mengikuti halaqah kreta.

Tidak peduli
Bisa disebut juga cuek atau tidak nggagas yang bisa berujung pada resistensi hati atau hati yang sakit atau bahkan mati. Sikap ini jika dibiarkan akan berbahaya terutama jika ketidakpedulian tersebut terhadap hal yang penting yang merupakan perintah atau larangan Allah yang hukumnya wajib atau sunnah yang ditekankan.
Sikap ketidakpedulian ini juga bisa mengakibatkan matinya hati. Ini adalah penyakit yang paling berbahaya karena tidak hanya membawa kesengsaraan di dunia tapi juga di akherat.
Beberapa ayat yang menggambarkan sikap tidak peduli terhadap kebaikan dan dampaknya

 “قَالَ رَبِّ اِنِّيْ دَعَوْتُ قَوْمِيْ لَيْلًا وَّنَهَارً (5)فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَاۤءِيْٓ اِلَّا فِرَارًا
[6]
 وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوۡتُهُمۡ لِتَغۡفِرَ لَهُمۡ جَعَلُوٓاْ أَصَٰبِعَهُمۡ فِيٓ ءَاذَانِهِمۡ وَٱسۡتَغۡشَوۡاْ ثِيَابَهُمۡ وَأَصَرُّواْ
وَٱسۡتَكۡبَرُواْ ٱسۡتِكۡبَارٗا 
[Surat Nuh: 7]

Dan sesungguhnya aku setiap kali menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri.[Surat Nuh: 7]

{ إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ ءَأَنذَرۡتَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تُنذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ }

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman.[Surat Al-Baqarah: 6]

{ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَوَلَّوۡاْ عَنۡهُ وَأَنتُمۡ تَسۡمَعُونَ }

Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu mendengar (perintah-perintah-Nya),[Surat Al-Anfal: 20]

وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ قَالُواْ سَمِعۡنَا وَهُمۡ لَا يَسۡمَعُونَ

dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) yang berkata, “Kami mendengarkan,” padahal mereka tidak mendengarkan (karena hati mereka mengingkarinya).[Surat Al-Anfal: 21]

۞إِنَّ شَرَّ ٱلدَّوَآبِّ عِندَ ٱللَّهِ ٱلصُّمُّ ٱلۡبُكۡمُ ٱلَّذِينَ لَا يَعۡقِلُونَ

Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah mereka yang tuli dan bisu (tidak mendengar dan memahami kebenaran) yaitu orang-orang yang tidak mengerti. Surat Al-Anfal: 22

كَلَّاۖ بَلۡۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ
كَلَّآ إِنَّهُمۡ عَن رَّبِّهِمۡ يَوۡمَئِذٖ لَّمَحۡجُوبُونَ

Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.[Surat Al-Muthaffifin: 14]
Sekali-kali tidak! Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhannya.[Surat Al-Muthaffifin: 15]

Waktu setoran kurang konsisten
Waktu setoran disepakati adalah maksimal sampai jam 00.00. Jika melebihi jam tersebut maka dikatakan bahwa ia tidak setor pada hari itu dan dianggap kosong. Dan setoran bacaan akan dimasukkan di hari berikutnya.
Meski sudah membaca dan mentadabburi Al Qur’an maka tetap sebaiknya berusaha untuk disiplin dan konsisten setoran pemberitahuan di group. Karena ini merupakan salah satu usaha saling mengingatkan untuk konsisten membaca Al Qur’an setiap hari. Meski mengingatkannya hanya dengan tanda notifikasi di hp.

Jika lingkungan dengan kebiasaan baik ini terus berlangsung maka akan memotivasi kelompok halaqah lain untuk melakukan hal yang sama. Sehingga kaum muslimin yang membaca dan mentadabburi Al Qur’an akan semakin banyak. Dengan pemahaman yang lebih baik ini juga akan memotivasi untuk mengamalkan ayat-ayat Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga akan membentuk masyarakat yang berbudaya Akhlakul Al Qur’an

Pertemuan Halaqah Kreta

Tanda suatu kelompok mau untuk berkembang adalah adanya pertemuan. Dengan pertemuan akan terjadi interaksi diantar anggota untuk berkoordinasi tentang perkembangan halaqah kreta. Berbagai ide-ide kreatif, inspirasi tentang pembelajaran Al Qur’an bisa saling berbagi sehingga menambah semangat dan istiqomah. Pertemuan anggota halaqah krera bisa dikelompokan menjadi

Pertemuan offline Halaqah kreta ( kreatif tadabbur Al Qur’an) bisa dilakukan dalam periodik waktu tertentu. Pertemuan ini penting karena mempunyai banyak manfaat diantaranya:

1. Meningkatkan keakraban
Berkomunikasi dengan online berbeda dengan offline. Pertemuan Halaqah offline akan menguatkan ikatan emosional dan persaudaraan diantara anggota halaqah. Sehingga bisa saling membantu dalam penyelesaian berbagai masalah. Bahkan bisa sampai memberi solusi untuk masalah pribadi jika sudah muncul sikap saling mempercayai.

2. Sebagai wasilah untuk saling menguatkan
Manusia adalah makhluk yang lemah. Manusia adalah makhluk sosial. Sehingga sangat membutuhkan komunitas untuk saling menguatkan dan mengingatkan jika semangat mulai turun dalam mentadabburi Al Qur’an.
Iman seseorang pasti mengalami pasang surut. Ini akan mempengaruhi semangat dalam tadabbur Al Qur’an. Dengan pertemuan Halaqah kreta maka akan menjaga semangat seseorang dalam mentadabburi Al Qur’an. Atau setidaknya jika seseorang mengalami kelemahan iman maka akan segera mendapat motivasi setelah bertemu anggota halaqah lain yang bersemangat. Inilah manfaatnya hakreta untuk menjaga kestabilan iman.

3.Saling berbagi ayat inspiratif
Berbagai pengalaman ruhiyah dan inspiratif terkait dengan ayat atau surat Al Qur’an yang ditadabburi bisa saling berbagi saat pertemuan Halaqah kreta. Hikmah, ibrah dan nilai-nilai yang didapat bisa dicatat sebelumnya agar saat sharing menjadi lebih jelas dan terstruktur saat pertemuan. Sehingga akan mudah membantu pemahaman

Halaqah kreta ini bisa disi saling menceritakan progres dan tantangannya di masing-masing halaqah. Mulai kedisiplinan dalam membaca Al Qur’an setiap hari. Atau pelaporan yang belum konsisten setiap hati. Jumlah ayat Al Qur’an yang dibaca  mengalami stagnan atau justru penurunan baik kuantitas dan kualitas.  

Pertemuan Halaqah kreta yang tersusun rapi dan terkelola dengan baik akan semakin membuat anggota halaqah kreta mendapatkan banyak manfaat dalam menghadapi tatangan kehidupan sehari-hari. Solusi-solusi yang diambil dari sumber utama dari Al Qur’an semakin menambah keimanan dan ketaqwaan.

Mentor Hakreta

Dalam mengelola halaqoh kreta agar berjalan dengan baik diperlukan seorang pemimpin atau bisa disebut sebagai mentor. Seorang mentor bertugas mengawal berlangsungnya kegiatan hakreta agar bisa istiqamah. 

Menjadi mentor Hakreta merupakan cara untuk melatih diri sendiri dalam rangka membangun akhlak tanggungjawab. Mengemban tanggungjawab memerlukan akhlak-akhlak lain diantaranya keberanian, ketauladanan, kepemimpinan dan akhlak turunan lainya. Dengan menjadi mentor Hakreta secara tidak langsung ia akan menaikkan kapasitas diri.

Terkadang seseorang memerlukan suatu faktor “pemicu” sebagai motivasi diri  untuk meningkatkan kapasitas. Faktor pemacu ini sangat penting karena kecenderungan manusia memang ingin berada pada zona nyaman, zona santai, stagnan. Manusia mempunyai kecendurangan mengikuti keinginan dan hawa nafsunya. Sehingga perlu dilawan dengan suatu tekad yang kuat untuk keluar zona nyaman tersebut. Sebagaimana digambarkan dalam surat Yusuf


وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.” QS Yusuf 53

Sementara menjadi mentor Hakreta ia harus keluar dari zona nyaman sebelumnya. Yaitu belajar dan beradaptasi dengan kegiatan yang baru. Dan ini sebenarnya masuk dalam implementasi praktek dari Al Alaq yaitu perintah iqra’.

 ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِی خَلَقَ

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Al-‘Alaq: 1

Tugas utama seorang mentor adalah bertanggungjawab terhadap berlangsungnya kegiatan-kegiatan hakreta secara istiqomah.Dalam perjalanan hakreta akan dijumpai berbagai kendala yang muncul. Maka mentor sebaiknya membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi mantee dalam menjalankan Hakreta.

Anggota halaqah bisa saja mempunyai perkembangan kemampuan tadabbur Quran secara lebih cepat bahkan melebihi mentornya. Dan ini justru merupakan suatu keberhasilan bagi mentor bisa menghasilkan outcome anggota hakreta yang lebih baik. Dan diharapkan mereka bisa membuka halaqah yang baru. Sehingga penyebaran tadabbur Al Quran bisa menjadi lebih banyak tersebar.

Demikian yang bisa dilakukan dalam SOP mentor pendamping Hakreta pada pertemuan perdana atau pertemuan awal-awal saat pembentukan hakreta baru. 

1. Membuka Halaqah
2. Memperkenalkan diri
3. Menerangkan manual acara halaqah offline
Tatacara saat pertemuan halaqah offline
√Menyiapkan MC
√Pembukaan oleh MC
√Tilawah bersama plus baca arti
√Sharing dan problem solving hakreta bersama mentor
√Lain lain
√Penutup oleh MC

4. Memastikan aplikasi pendukung utk kegiatan 5 T digrup berjalan lancar terinstal di HP tiap anggota
Catat beberapa kendala yg muncul
5. Memberikan arahan utk istiqomah melakukan syiar 5T digrup .
6. Pengumuman 2 :
Info BDS muslimah menyediakan pin. Harga 10 ribu.

Pertemuan Rutin Halaqah Kreta

Manual acara dalam HAKRETA
Poin yang perlu diperhatikan dalam acara halaqah adalah mengusahakan berlangsungnya bisa lebih menarik, kreatif. Dan memberikan banyak nilai-nilai dan hikmah dalam pembelajarannya.
Berbagai inovasi dan kreativitas bisa terus digali agar halaqah kreta tidak terasa membosankan dan justru membuat orang menjadi lebih penasaran dan antusias terhadap tema yang dibahas. Pembahasan di dalam pertemuan hakreta bisa terus dimodifikasi sesuai kebutuhan dari anggota hakreta.

Tetapkan durasi waktu yang diperlukan. Kemudian atur pembagian waktunya agar maksimal. Satu poin acara dengan poin acara lain bisa dimodifikasi durasi waktu untuk memprioritaskan tujuan utama dari halaqah tersebut.
Misalnya karena peserta banyak maka membaca ayatnya satu ayat satu ayat saja. Bahkan bisa saja tidak semua peserta mendapat giliran tilawah.
Poin yang ditekankan dalam tilawah adalah kemampuan membaca dengan tartil dan tahsin yang baik. Maka prioritas memberikan masukan dalam ilmu tajwid menjadi agenda yang ditekankan agar adab tambahan ilmu.

Pertemuan halaqah ini ditekankan pada tadabbur Al Quran. Karena halaqah ini tujuan utamanya adalah masing-masing peserta bisa mentadabburi Al Qur’an. Maka acara tadabbur menjadi prioritas dan mendapatkan porsi waktu yang lebih dominan.

Salah satu contoh manual acara halaqah kreta dengan durasi 1,5-2 jam adalah sebagai berikut :
– Pembukaan 5′
– Tilawah bersama + pendalaman tahsin 15′
– Acara inti tadabbur Al Qur’an : 1- 1,5 jam ( aplikasi metode 5T )
– Review hasil diskusi 5′
– Penutup 5′

Manual acara pertemuan halaqah kreta bisa dimodifikasi sesuai kebutuhan anggota. Sehingga tema pembahasan bisa saja berbeda diantara halaqah satu dengan yang lain.

Pertemuan hakreta adalah pertemuan yang penekanan pada tadabbur Al Quran. Karena halaqah ini tujuan utamanya adalah untuk tadabbur Al Qur’an maka poin acara tadabbur mendapatkan porsi waktu yang lebih banyak.

1. Tilawah
– Tilawah dilakukan bergiliran namun dilakukan secara acak bukan bergiliran. Agar setiap peserta bisa selalu siap jika sewaktu mendapat giliran membaca.
– Saling mengawasi dan membenarkan bacaan jika ada yang kurang tepat bacaannya secara ilmu tajwid.
– Usahakan ketika membaca peserta bisa sungguh-sungguh makhorijul hurufnya sehingga bisa terlihat jelas.
– Jumlah yang dibaca kira-kira 2 baris atau disesuaikan dengan ketua HAKRETA yang memimpin.

2. Tadarus
– Membaca isi terjemah tafsiriyah Al Qur’an yang dibaca
– Membaca sumber lebih dalam jika pembahasan ayat Al Qur’an sangat relate dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya asbabun nuzul dan tafsirnya.

3. Tadabbur
– Bisa ditanya bergiliran kepada peserta inspirasi apa yang didapat dari ayat- ayat yang dibaca bergiliran tadi. Bisa satu atau 2 ayat saja agar bisa merata.
– Selama berlangsung bisa diajak diskusi tadabbur ayat yang dikaitkan dengan berbagai ilmu. Baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum yang berkaitan. Misalnya alam, psikologis, biologi, matematika dan lainnya.
– Meminta peserta menyebutkan nilai-nilai dan hikmah dari ayat-ayat yang dibaca bergiliran.
– Penyebutan nilai dan hikmah dimulai dari yang sederhana kemudian berlanjut sampai pada hal yang spesifik. Sehingga bisa mengasah level berfikir kritis dari peserta.
– Materi hakreta : tahapan tadabbur, manfaat tadabbur, Goal utama tadabbur dll

4. Tathbiq
– Merumuskan bentuk amalan yang bisa dipraktekkan
– Mengenali kendala dan mencari solusi

5. Taslih
– Menetapkan posisi perilaku akhlak sebelumnya
– Memulai posisi kebiasaan kita saat ini dan menilai seberapa besar perubahan perbaikan yang sudah dilakukan. 

Sarasehan komunitas halaqah kreta

Merupakan pertemuan diantara beberapa halaqah kreatif tadabbur Al Qur’an yang bertujuan untuk menjalin ukhuwah. Pertemuan ini juga akan saling menguatkan diantara halaqah kreta agar tetap istiqamah dalam mempelajari dan mentadabburi Al Qur’an. Pertemuan ini penting untuk menjaga dan mengembalikan semangat selama berinteraksi dengan Al Qur’an dalam aktivitas sehari-hari. Karena terkadang manusia berada dalam kondisi lemah, lupa atau imannya turun. Sehingga perlu wadah untuk bisa saling mengingatkan.

Pertemuan sarasehan komunitas bisa berisi saling berbagi ilmu dan pengalaman di antara halaqah kreta. Berbagai inspirasi, ide-ide kreatif yang didapat masing-masing halaqah selama mentadabburi Al Qur’an bisa diceritakan di sini. Sebagai contoh dalam tadabbur Qur’an surat Al Alaq tentang perintah untuk iqra’ atau membaca. Dalam hal ini pengertian membaca tidak harus membaca tulisan, namun bisa juga membaca keadaan seperti yang dilakukan Nabi Muhammad membaca kebiasaan jahiliyah yang melakukan dosa dan maksiat.

Pertemuan ini juga bisa memberikan masukan-masukan terkait sistem pembelajaran Al Qur’an yang sudah dilakukan. Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan isi Al Qur’an. Pertemuan sarasehan komunitas bisa dilakukan periodik misalnya sebulan atau tiga bulan sekali. Bisa juga ini dikombinasikan sekalian dengan kajian bersama dengan ustadz yang membahas tentang Al Qur’an.
Pertemuan sarasehan bisa dilakukan sebulan atau tiga bulan sekali. Bisa juga dikombinasikan sekalian dengan program kajian dengan ustadz yang membahas tentang Al Qur’an.

Kajian Al Qur’an

Program kajian dan taushiyah dalam halaqah kreatif tadabbur Al Qur’an sangat penting. Bimbingan dari para ulama dan ustadz akan membuat halaqah kreta akan tetap berada di dalam jalan yang benar. Bimbingan ilmu dalam mempelajari Al Qur’an sangat dibutuhkan sebagai panduan dalam mengambil hikmah dan nilai dalam rangka untuk memperkuat adab dan akhlak.

Program kajian Al Qur’an dilakukan secara periode waktu tertentu. Bisa sebulan sekali atau menyesuaikan kebutuhan masing-masing halaqah dalam komunitas hakreta.

Peserta kajian Al Qur’an  berasal dari satu atau beberapa halaqah kreta. Namun juga bisa melibatkan orang-orang yang simpati dan tertarik mengikuti halaqah kreta. Kajian ini bisa juga sekaligus menjadi agenda sarasehan bersama. Harapannya berbagai inspirasi dan insight bisa saling sharing sehingga semakin membuat tadabbur Al Qur’an makin bermakna dan makin memunculkan ide-ide kreatif yang solutif dalam pengamalan Al Qur’an.

Pembahasan kajian Al Qur’an bisa mengenai ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Al Qur’an misal tafsir, asbabun Nuzul, shirah Nabawiyah, ulumul Al Qur’an dan lain-lain. Bisa juga ustadz membawakan materi yang dianggap penting dan urgen yang dibutuhkan untuk menguatkan hakreta. Tanya jawab bisa dibuka lebih luas agar peserta bisa mendapatkan pemahaman lebih tuntas terhadap suatu masalah. Berbagai persoalan yang dicatat dan ditemukan selama diskusi halaqah kreta bisa disampaikan di forum ini untuk mendapatkan jawabannya.

Tadabbur Qur’an Ayat Inspiratif

Pada saat proses tilawah dan tadarus Al Qur’an terkadang menemukan ayat yang isinya sesuai dengan kondisi yang kita alami. Diantaranya bisa berhubungan dalam hal perintah dan larangan, pesan yang disampaikan, atau latar belakang kejadiannya ayat tersebut.

Kesesuaian antara pesan ayat Al Qur’an dan kondisi pembacanya inilah yang akan menimbulkan penjiwaan terhadap ayat tersebut. Sehingga akan lebih termotivasi untuk bisa mengamalkan perintah atau nilai nilai pesan yang dikirim. Atau perintah untuk menjauhi larangan yang ada di dalam ayat Al Qur’an tersebut.

Ketika ingin mengetahui lebih dalam kandungan ayat tersebut, maka bisa menelusuri informasi tambahan dari tafsirnya, dari asbabun nuzulnya, kisah dalam sirah Nabawiyah, kisah sahabat dan referensi lain yang mendukung.

Dalam membaca suatu tafsir dari ayat-ayat Al Qur’an sebaiknya preoritaskan untuk mengambil hikmah dan pesan utama terlebih dahulu. Sehingga benar-benar bisa menjadi informasi utama yang masuk ke dalam otak kita sebagai dasar dalam pengamalan dalam kehidupan. Jika yang dipreoritaskan dulu adalah informasi-informasi tambahan, atau informasi pelengkap, penambah wawasan, maka dikhawatirkan akan memenuhi memori otak terlebih dahulu. Sehingga bisa mengaburkan hikmah dan pesan utama yang seharusnya.
Sebagai contoh ketika membaca Q.S AL Kahfi ayat 10 maka yang diambil pesan utama adalah sebuah perjuangan dari pemuda dalam mempertahankan keimanan dari pengejaran raja yang dzalim. Sampai harus bersembunyi di goa ( kahfi ) dalam waktu beratus-ratus tahun. 
Sedangkan informasi tambahan atau pelengkap diantaranya siapakah nama pemuda-pemuda tersebut. Siapa nama anjing yang menepati pemuda tersebut. Informasi tambahan bisa dipelajari jika hikmah dan pesan utama suatu ayat sudah didapatkan. 

Dalam mempelajari Al Qur’an tidak hanya memperhatikan kuantitas dalam membaca Al Qur’an saja. Tapi hendaknya mengutamakan tujuan utama pembelajaran Al Qur’an yaitu pengamalan. Sehingga benar-benar Al Qur’an bisa memberikan pengaruh perbaikan pada kehidupan. Sebagaimana pesan dari Ibnu Qayyim Al Jauziyah

فَإِذَا قَرَأَهُ بِتَفَكُّرٍ حَتَّى مَرَّ بِآيَةٍ وَهُوَ مُحْتَاجٌ إَلَيْهَا فِي شَفَاءِ قَلْبِهِ، كَرَّرَهَا وَلَوْ مِائَةَ مَرَّةٍ وَلَوْ لَيْلَةً، فَقِرَاءَةٌ آيَةٍ بِتَفَكُّرٍ وَتَفَهُّمٍ خَيْرٌ مِنْ قِرَاءَةِ خَتْمَةٍ بِغَيْرِ تَدَبُّرٍ وَتَفَهُّمٍ، وَأَنْفَعُ لِلْقَلْبِ، وَأَدْعِى إِلَى حُصُوْلِ الْإِيْمَانِ وَذَوْقِ حَلَاوَةِ الْقُرآنِ.

“Jika seseorang membaca Al-Qur’an dengan perenungan hingga sampai pada sebuah ayat yang dia butuhkan untuk mengobati hatinya, maka dia mengulang-ulang ayat tersebut walaupun sampai seratus kali atau bahkan sampai semalaman. Maka, membaca satu ayat dengan memikirkannya dan memahaminya itu lebih baik, lebih bermanfaat untuk hati, dan lebih mampu untuk memupuk iman dan merasakan manisnya Al-Qur’an, daripada sekadar mengkhatamkan Al-Qur’an tanpa mentadabburinya dan memahaminya.” [Miftâh Dâr As-Sa‘âdah, karya Ibnul Qayyim, 1: 187]

Ayat Al Qur’an yang menjadi inspirasi bisa mulai dicatat dan diinventarisasi secara sistematis. Hal ini penting agar ketika membutuhkan ayat tersebut lagi maka akan lebih cepat dalam menemukannya. Kecepatan menemukan ayat Al Qur’an yang kita butuhkan akan sangat bermanfaat. Karena menentukan jenis keputusan dan tindakan apa yang akan diambil. Jika sampai terlambat memutuskan maka bisa menimbulkan madharat yang yang lebih besar

Kumpulan ayat-ayat inspirasi bisa diinventaris dengan dibuat kategori agar mudah untuk memahaminya. Dengan penataan format yang baik akan memudahkan untuk menemukan ayat yang dibutuhkan secara cepat. Kumpulan ayat-ayat inspirasi akan terus bertambah seiring tilawah, tadarus yang dilakukan secara rutin dan berulang-ulang. Kumpulan ayat-ayat inspiratif inilah yang akan membentuk indek tadabbur Al Qur’an.

Indek Tadabbur Al Quran

Kegiatan tadabbur Al Qur’an harian group WA merupakan pembelajaran untuk menjaga keistiqomahan dalam berinteraksi dengan Al Qur’an setiap hari. Kegiatan setoran bacaan tadabbur Al Qur’an membentuk budaya saling mengingatkan dan saling menguatkan dalam melatih kebiasaan membaca dan mentadabburi Al Qur’an.

Setelah program tadabbur harian berjalan beberapa lama maka seseorang akan merasakan nikmatnya bisa kontinyu berinteraksi dengan Al Qur’an. Perasaan tenang dan khusyu’ biasanya juga akan muncul selama melantunkan dan mentadabburi Al Qur’an.

Kelezatan dalam berinteraksi dengan Al Qur’an akan membuat seseorang bisa mempunyai daya tahan untuk berlama-lama membaca Al Qur’an. Sehingga secara sukarela sedikit demi sedikit memperpanjang waktu dalam membaca dan mentadabburi Al Qur’an.

Setelah terbentuk adaptasi dalam membaca dan mentadabburi Al Qur’an, maka bisa mulai untuk menaikkan tahapan belajar Al Qur’an. Caranya dengan mencatat inspirasi yang muncul dari ayat-ayat yang dibaca. Ayat-ayat yang menjadi inspirasi biasanya mempunyai hubungan kesesuaian dengan kondisi kita saat ini.
Bisa berhubungan dengan peristiwa yang baru saja kita temui, masalah yang kita hadapi. Atau masalah orang lain yang akan kita bantu untuk menyelesaikan.
Bisa juga berkolerasi dengan pendidikan anak yang kita lakukan dan lain-lain.
Jadi ayat inspiratif yang kita catat adalah yang berhubungan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari. Sehingga Al Qur’an benar-benar menjadi petunjuk dan pedoman hidup.

Membuat Indek tadabbur Al Qur’an secara personal akan banyak memberikan manfaat. Diantaranya adalah

1. Memperkuat ingatan
Kegiatan membaca Al Qur’an saja akan berbeda dengan membaca Al Qur’an kemudian mencatat. Karena proses mengikat ingatan yang digunakan lebih banyak maka akan menghasilkan ingatan yang lebih kuat.
Ingatan terhadap ayat-ayat Al Qur’an yang kuat ini akan sangat bermanfaat dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Karena dalam memanggil ingatan ( recall ) ayat Al Qur’an akan lebih cepat. Sehingga respon dalam menanggapi suatu persoalan juga akan lebih cepat dan tepat.

2. Melatih berfikir sistematis
Menulis ayat-ayat Al Qur’an inspiratif akan mendorong otak untuk membuat kategori tertentu agar mempermudah pemahaman. Hal ini disebabkan karena ayat-ayat inspirasi yang dicatat banyak jumlahnya. Dan akan terus bertambah seiring dengan kegiatan membaca Al Qur’an yang berulang-ulang.
Kegiatan pengelompokan ayat-ayat inspirasi ini akan melatih untuk berfikir sistematis dan logika penalaran. Serta melatih otak untuk membuat hubungan antara ayat satu dengan ayat lain agar bisa saling menguatkan pemahaman.

3. Memudahkan dalam mencari ayat korelasi
Menulis ayat-ayat Al Qur’an yang inspiratif dengan kategori tersebut di atas akan mempermudah dalam menemukan kembali ayat inspiratif yang pernah dicatat. Apalagi jika penulisannya berdasarkan kategori tertentu. Kecepatan menemukan ayat inspiratif ini penting terutama di saat seseorang menghadapi masalah yang memerlukan ayat Al Qur’an inspiratif sebagai solusinya.

4. Membantu membentuk pola pemahaman Al Qur’an
Dengan terus menginventaris ayat-ayat inspiratif maka akan membentuk pola pemahaman terhadap Al Qur’an yang lebih utuh. Hal ini karena frekuensi pengulangan akan menata kumpulan informasi dari Al Qur’an secara sistematis.
Di samping itu proses ini juga diperkuat adanya pengulangan-pengulangan tematik di dalam Al Qur’an. Misalnya pembahasan nabi Musa, pembahasan turunnya air hujan, pembahasan hari akhir yang diulang-diulang dalam Al Qur’an.
Dengan terbentuknya pola pemahaman Al Qur’an ini akan mempengaruhi cara pengambilan sikap sehari-hari dalam menghadapi suatu persoalan. Sehingga akan lebih memudahkan terbentuknya Akhlakul Qur’an.

5. Memudahkan dalam dakwah
Indek kreatif tadabbur Al Qur’an pribadi akan sangat bermanfaat bagi seorang muslim. Baik untuk dirinya sendiri sebagai bahan pengingat dan instropeksi. Maupun untuk orang lain ketika kita diamanahi untuk berdakwah. Baik secara publik seperti ceramah, khotbah, taushiyah. Maupun secara pendekatan personal, misalnya dakwah fardhiyah, saat dimintai nasehat, masukan, saat menyelesaikan masalah orang lain dan lain-lain.
Dengan Indek tadabbur Al Qur’an ini akan membuat kita lebih siap berbagi ilmu secara lebih baik. Karena dakwah adalah kewajiban setiap orang untuk menyeru orang lain ke jalan agama Islam. Sebagaimana Allah berfirman

ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. Q.S An-Nahl: 125

Tradisi pembuatan Indek kreatif tadabbur Al Qur’an akan membantu membangun budaya produktif seorang muslim. Budaya untuk terus menerus berinteraksi dengan Al Qur’an, memahami dan berusaha untuk mengamalkan.

## Proses pembuatan Indek tadabbur Al Qur’an Online

Pembuatan Indek tadabbur Al Qur’an personal sangat penting bagi pembelajar Al Qur’an . Karena bisa membantu meningkatkan pemahaman, dan memudahkan untuk membuka kembali ayat-ayat Al Qur’an inspiratif yang sudah dicatat. Sebelum pembuatan Indek tadabbur beberapa yang harus dipersiapkan dan dulakukan adalah

1. Media pencatat
Media pencatat bisa didapatkan dari aplikasi catatan yang ada di hp. Banyak aplikasi yang bisa dipilih dan bisa install lebih dari satu. Tergantung jenis kebutuhan kita. Misalnya bisa untuk catatan inspirasi Al Qur’an, catatan tadabbur Al Qur’an tematik, catatan kajian tentang Al Qur’an dan sebagainya.
Kelebihan menggunakan media catatan di hp adalah bisa dibawa kemana-mana karena sudah dimiliki banyak orang. Catatan di hp juga bisa menampung banyak tulisan serta mudah mengelolanya.
Kelebihan lain adalah jika kita menemukan ide akan lebih cepat untuk mencatatnya sebelum ide segar tersebut hilang. Terkadang Banyak ide melintas di pikiran, tapi karena terlalu lama tidak diikat dengan mencatat maka ide itu hilang.
Catatan di hp juga mudah diedit sewaktu-waktu dan mudah pula dibagikan ke orang lain agar semakin bermanfaat.

Bagi yang belum terbiasa dengan media hp maka bisa menggunakan catatan buku kecil. Tapi memang lebih repot. Karena buku jarang dibawa kemana-mana. Namun jika punya tekad yang kuat insyaAllah juga akan dimudahkan.

2. Mencatat ayat inspiratif
Selama tilawah dan tadarus Al-Qur’an maka akan menjumpai ayat-ayat inspiratif yang sesuai dengan kondisi yang dialami saat ini. Maka ayat-ayat tersebut bisa ditulis dalam media catatan yang sudah kita siapkan. Materi isi penulisan adalah nama surat, ayat dan isinya. Isinya tidak harus sama Persih dengan terjemahannya. Namun lebih baik ditulis dari kalimat mana yang memberikan inspirasi terhadap kita sehingga akan lebih mudah dalam mempelajari kembali.
Penulisan Indek tadabbur dilakukan terus-menerus secara bertahap selama di tengah-tengah membaca dan mempelajari Al Qur’an.

3.Membuat kategori
Setelah berbagai ayat-ayat inspirasi ditulis dalam catatan maka dibuat dalam pengelompokan. Cara ini bertujuan untuk mempermudah dalam mencari dan mengulangi kembali ayat inspiratif yang pernah didapatkan. Proses pengulangan untuk membaca dan memahami kembali sangat penting dalam pembelajaran. Karena pengulangan ini akan semakin memperkuat hafalan dan pemahaman sehingga sudah menjadi ingatan bawah sadar. Yaitu ingatan yang bisa sewaktu-waktu dipanggil saat diperlukan. Terutama saat mengalami kondisi emosional ( misalnya saat tekanan psikis besar) yang biasanya banyak yang lupa terhadap Al Qur’an.

Manfaat dari proses pembuatan kelompok kategori ini akan melatih seseorang untuk bisa berfikir sistematis dalam menata informasi yang masuk ke dalam otak. Kemampuan berfikir sistematis sangat diperlukan di era digital sekarang. Karena dunia dibanjiri dengan banyaknya informasi yang overload. Terkadang banyaknya informasi tidak membuat menjadi lebih paham namun justru membuat bingung mana yang harus diambil.

Kemampuan menata secara terstruktur dan sistematis akan sangat membantu mempermudah memisahkan mana informasi yang dibutuhkan dan mana yang belum dibutuhkan. Mana informasi yang valid dan mana yang sampah. Maka proses pembuatan Indek tadabbur Al Qur’an ini sebagai latihan agar cara berfikir agar bisa sistematis. Tentunya terkadang akan terjadi vareasi kategori dari masing-masing orang karena perbedaan ayat-ayat yang menjadi inspiratif. Perbedaan sudut pandang dalam mentadabburi ayat-ayat Al Qur’an.

4. Meletakkan catatan ke online
Catatan pribadi inspiratif tadabbur Al Qur’an adalah catatan yang sangat berharga bagi masing-masing individu. Selain bisa digunakan untuk mengingatkan diri sendiri, bisa juga digunakan untuk sebagai bahan saat mengisi taushiyah atau kajian. Sehingga dibutuhkan fitur yang bisa membuat lebih mudah untuk mengakses catatan tersebut jika dibutuhkan sewaktu-waktu.
Dengan mengupload catatan di website juga bisa lebih mudah dalam berbagi ayat-ayat inspiratif kepada orang lain, termasuk anak didik kita.

5. Bisa terus diupdate
Al Qur’an adalah firman Allah yang tidak akan pernah kering sebagai sumber ilmu. Semakin dibaca dan dikaji maka akan semakin banyak aliran ilmu yang bisa didapatkan. Sehingga seorang muslim dengan jiwa yang lurus tidak akan pernah bosan membaca dan mempelajari Al Qur’an serta mengulanginya. Karena pasti akan selalu saja ada hikmah yang bisa didapat. Selalu akan mendapatkan ketenangan dalam jiwa. Selalu akan mendapatkan manfaat dan solusi dari permasalah hidup. Dan akan selalu mendapatkan inspirasi dari ayat-ayat yang dibaca. Meski sudah membacanya berulang kali.
Sehingga ketika membuat Indek tadabbur Al Qur’an sebenarnya tidak akan pernah selesai. Pasti akan selalu ada inspiratif yang bisa diupdate di catatan kreatif tadabbur Al-Qur’an.

Tadabbur Al Qur’an Tematik

Tahapan selanjutnya setelah tadabbur ayat inspirasi adalah menghubungkan ayat-ayat Al Qur’an yang mempunyai makna serupa dan berkaitan. Sehingga membentuk pembahasan masalah tertentu secara tematik. Di dalam Al Qur’an antara ayat satu dengan ayat yang lain tidak akan mungkin bertentangan. Tetapi saling menguatkan dan melengkapi sehingga akan membentuk pemahaman yang lebih lengkap dan menyeluruh.

 أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَۚ وَلَوۡ كَانَ مِنۡ عِندِ غَيۡرِ ٱللَّهِ لَوَجَدُواْ فِيهِ ٱخۡتِلَٰفٗا كَثِيرٗا 

Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur’an? Sekiranya (Al-Qur’an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.
[Surat An-Nisa’: 82]

Al Qur’an turun melalui lisan Rasulullah SAW sehingga pasti dijamin kebenarannya. Perkataan Rasulullah SAW bukan perkataan yang biasa. Bukan hanya perkataan yang berasal dari hawa nafsu biasa. Namun berasal dari bimbingan Allah SWT. Sehingga tidak mungkin akan salah dan menyimpang.

Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى ؛ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm [53]: 3-4)

Pembahasan tadabbur Al Qur’an tematik bersifat lebih detail karena suatu persoalan tidak hanya diterangkan dalam satu sudut pandang  saja. Tapi akan dilihat dari berbagai sisi  ayat-ayat yang lain. Pembahasan tadabbur Al Qur’an tematik ini akan membuat suatu persoalan menjadi lebih lengkap dan jelas. Sehingga ketika akan mengambil keputusan solusi terhadap suatu persoalan akan lebih tepat.

Proses tadabbur Al Qur’an tematik ini juga akan melatih kemampuan logika penalaran untuk bisa mencari titik temu atau titik keterkaitan antara satu ayat dengan ayat yang lain yang berhubungan secara tematik. Dengan membiasakan cara berfikir korelatif akan membuat terampil dalam menghubungkan beberapa berbagai macam peristiwa sehingga dapat mengambil hikmah dan nilai-nilai dari Al Qur’an.

Tadabbur Al-Qur’an Solutif

Kegiatan tadabbur Al Qur’an solutif merupakan kegiatan yang sangat penting dalam menjadikan Al Qur’an sebagai solusi dari masalah-masalah yang dihadapi seseorang. Ini merupakan implementasi dari keajaiban Al Qur’an yang menjadi rujukan dalam menyelesaikan berbagai persoalan hidup di sepanjang waktu sampai hari kiamat.

Al Qur’an adalah sumber dari segala sumber hukum. Sumber dari segala sumber petunjuk hidup. Sumber dari berbagai sumber energi kebaikan yang ada di muka bumi. Sehingga Al Qur’an sebagai rujukan abadi sepanjang masa dalam menyelesaikan problematika hidup.

Kegiatan ini untuk memberikan bukti nyata bahwa Al Qur’an benar-benar mampu menyelesaikan berbagai persoalan dalam bentuk aplikasi nyata di kehidupan sehari-hari. Memberikan banyak inspirasi dan manfaat secara real. Sehingga mampu memberikan gambaran yang makin jelas kepada masyarakat bahwa Al Qur’an adalah petunjuk*

Tadabbur Al-Qur’an pendidikan adab dan akhlak

Al Qur’an adalah kitab rujukan dari berbagai bidang. Al Qur’an menjadi solusi berbagai permasalahan hidup. Baik bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, negara dan sebagainya.  Pembahasan khusus mengenai pendidikan adab dan akhlak bisa dilihat di buku/ebook Kreatif Tadabbur Al Qur’an. Di buku itu juga akan membahas cara mendidik dengan kreatif Tadabbur Al Qur’an agar materi bisa menarik. Sehingga bisa menjadi salah satu solusi pendidikan adab dan akhlak.

KLIK SINI

Kreatif Tadabbur Al Qur’an dalam Bisnis

Allah SWT memerintahkan hambanya untuk mencari Rizki dalam penghidupan (maisya) untuk mencukupi kebutuhan. Sembilan dari sepuluh pintu rizki Allah SWT buka dari perdagangan. Allah juga menurunkan berbagai petunjuk dalam Al Qur’an cara berniaga atau jual beli agar berkah dan tidak menyimpang dari aturan syariat. Rambu-rambu yang Allah turunkan dal Al Qur’an diantaranya :

Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

… قَالُوٓاْ إِنَّمَا ٱلۡبَيۡعُ مِثۡلُ ٱلرِّبَوٰاْۗ وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلۡبَيۡعَ وَحَرَّمَ ٱلرِّبَوٰاْۚ …

... mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. …Al-Baqarah: 275

Larangan jangan makan harta riba

 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَذَرُواْ مَا بَقِيَ مِنَ ٱلرِّبَوٰٓاْ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ 

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang beriman. Q.S Al-Baqarah: 278

Perintah untuk mencari karunia Allah

فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَٱبۡتَغُواْ مِن فَضۡلِ ٱللَّهِ وَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ كَثِيرٗا لَّعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ

Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.
Surat Al-Jumu’ah: 10

Larangan berlaku curang dalam jual beli

وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ (1) الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ (2) وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ (3)

Artinya: 1) Celakalah orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)! 2) (Mereka adalah) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi. 3) Tidakkah mereka mengira (bahwa) sesungguhnya mereka akan dibangkitkan Q. S Al Muthoffifin 1-3

Dan masih banyak ayat-ayat Al Qur’an yang mengatur masalah perdagangan. Hikmah yang bisa diambil karena masalah perdagangan adalah begitu komplek. Dan tidak sedikit juga jika tidak waspada bisa terjatuh dalam perangkap setan. Sehingga melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syariat. Sehingga bukan keridhoan Allah yang akan diterima, namun justru adzab Allah yang akan menimpa.

Dengan membuat daftar ayat-ayat inspiratif dari Al Quran akan menjadi panduan agar senantiasa ingat mana perintah dan mana larangan Allah dalam perdagangan. Sehingga selalu teringat dengan aturan Allah pada saat melakukan bisnis. Banyak permasalahan di dalam bisnis bisa mendapatkan solusi dari Al Qur’an yang dibaca dan ditadabburi setiap hari.

Kreatif Tadabbur Al Qur’an untuk Solusi Konflik Musyawarah

Musyawarah merupakan salah satu cara yang dilakukan dalam mengambil keputusan. Namun terkadang perbedaan pendapat yang tajam bisa berdampak pada perselisihan di antara anggota musyawarah. Sehingga menimbulkan konflik di antara anggota. Terkadang konflik ini berlanjut sampai di luar forum dan akhirnya menjadi permusuhan. Tidak saling sapa saat bertemu, acuh tak acuh dan bisa saling memprovokasi. Sehingga kasus bisa terus berkembang menjadi permusuhan dan pertengkaran.

Dengan membaca dan mentadabburi ayat-ayat Al Qur’an inspiratif yang berhubungan dengan potensi konflik, maka akan memberikan inspirasi untuk merumuskan solusi dalam mengatasi konflik musyawarah.

Diantara ayat-ayat yang berhubungan
– Menekan rasa hasad

وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”
Q. S Al-Falaq: 5

Salah satu sebab perselisihan di dalam musyawarah adalah bermula dari rasa hasad atau dengki. Penyakit hati ini terus dihembuskan setan sehingga tidak melihat permasalahan secara objektif. Dan cenderung melihat orang lain selalu salah.
Dengan tadabbur surat Al Falaq :5 ini akan mengingatkan orang agar minta perlindungan kepada Allah dari penyakit hati ini. Dan berusaha mengimbangi rasa hasad.

– Saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran

إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. Q.S Al Asr 3

Saling memberikan gagasan adalah ciri musyawarah itu berjalan aktif. Namun jika terjadi perbedaan gagasan, maka bisa potensi terjadi konflik. Jika masing-masing tidak bisa lapang dalam bersikap. Dan dibutuhkan kelapangan untuk rela gagasannya tidak dipakai karena gagasan orang lain lebih baik dan lebih meyakinkan peserta musyawarah lain. Dibutuhkan kesabaran dalam menerima pendapat orang lain. Dibutuhkan juga kelapangan untuk ikut rela dalam melaksanakan keputusan bersama.
Dengan mentadabburi Qur’an surat Al Asr ini akan kembali mengingatkan keutamaan sikap berani menyampaikan pendapat yang benar dan bersabar dalam menerima berbagai konsekuensi yang akan menimpa.

– Berdebat dengan baik
Beradu argumen atau berdebat merupakan suatu peristiwa yang tidak bisa dihindari dalam musyawarah. Itu salah satu cara dalam menyeleksi dan memilih pendapat yang paling kuat untuk dijadikan keputusan bersama. Namun terkadang dalam proses berdebat terjebak dalam perilaku debat yang tidak sehat. Diantaranya menyerang pribadi, mengutarakan dengan nada tinggi terkesan marah, menghina pendapat lain dan lain-lain. Sehingga berdebat dengan santun merupakan solusi musyawarah untuk menghasilkan keputusan terbaik.
Sebagaimana di dalam Q.S An Nahl 125

 ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ 

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. Surat An-Nahl: 125

Demikian beberapa contoh ayat-ayat inspiratif di dalam Al Qur’an yang bisa digunakan sebagai petunjuk cara bermusyawarah yang baik. Penjelasan lebih lengkap di buku ” Solusi Konflik Musyawarah dengan Tadabbur Al Qur’an”. Coomingsoon..

KLIK SINI


Tadabbur Al-Qur’an Konseling Keluarga

Keluarga merupakan komunitas terkecil yang menentukan masa depan suatu bangsa. Jika keluarga kuat maka bangsa akan kuat, jika keluarga lemah maka bangsa akan lemah. Sehingga akan mudah dijajah dan dikendalikan negara asing. Jika hal ini terjadi, maka kebebasan akan menjadi barang yang mahal.
Kebebasan untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan untuk mengatur perekonomian, kebebasan untuk mengatur perpolitikan, kebebasan untuk menentukan hukum, kebebasan dalam beribadah dan kebebasan-kebebasan yang lain. Jika ini terjadi maka masa depan bangsa akan semakin jauh dari harapan.

Pendidikan merupakan faktor kunci keberhasilan suatu bangsa. Madrasah pendidikan utama dan pertama adalah keluarga. Pondasi kualitas akhlak seseorang sangat ditentukan kualitas pendidikan keluarga. Jika keluarga meremehkan pendidikan maka akan menghasilkan keturunan dengan kualitas rendah.
Jika keluarga mempreoritaskan pendidikan maka akan menghasilkan anak keturunan yang berkualitas. Sehingga mampu untuk memikul berbagai beban amanah yang ada di pundaknya. Dan mampu membantu membawa kapal keluarga dalam mengarungi berbagai persoalan kehidupan. Sehingga bisa selamat di dunia dan di akherat.

Begitu pentingnya keluarga ini maka Allah mengingatkan dengan firmanNya

 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ …

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; ...[Surat At-Tahrim: 6]

Preoritas dakwah pertama adalah kepada keluarga terdekat kita. Sebagai wujud tanggung jawab dan kepedulian kita

 وَأَنذِرۡ عَشِيرَتَكَ ٱلۡأَقۡرَبِينَ 

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat, [Surat Asy-Syu’ara: 214]

Maka mengajak keluarga untuk taat kepada Allah dan sabar dalam menjalankannya harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.

وَأۡمُرۡ أَهۡلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصۡطَبِرۡ عَلَيۡهَاۖ …

Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya….[Surat Tha-Ha: 132]

Permasalahan keluarga merupakan hal yang hampir pasti terjadi di dalam kehidupan rumah tangga. Bisa permasalahan dengan suami atau istri, bisa permasalahan dengan anak. Bisa juga permasalahan antara anak satu dengan anak yang lain dan sebagainya.

Pendekatan penyelesaian masalah (problem solving) dilakukan menggunakan metode menggunakan kreatif tadabbur Al Qur’an. Dengan cara mengidentifikasi masalah secara lebih rinci dan lebih dalam kemudian membuat perumusan strategi cara penyelesaiannya. Strategi penyelesaiannya dengan menggunakan dasar utama Al Qur’an. Bisa mengambil dari nilai-nilai akhlak, hikmah dan ibrah yang terkandung di dalam Al Qur’an.

Tahapan problem solving dengan metode kreta (kreatif tadabbur Al Qur’an) adalah sebagai berikut
1. Mengumpulkan data dan informasi
Dalam problem solving masalah keluarga pengumpulan data dan informasi yang lengkap sangat penting. Ini adalah tahap awal untuk memahami masalah secara lebih baik. Semakin detail data dan informasi yang diperoleh akan membuat semakin teliti dalam membantu menganalisis dan menyimpulkan permasalahan.
Keberhasilan problem solving sangat ditentukan pada tahap ini. Kualitas, kuantitas dan kevalidan data dan informasi akan menentukan ketepatan langkah selanjutnya. Jika data awal salah maka juga akan membuat salah langkah yang diambil berikutnya.
Data dan informasi bisa dikumpulkan selengkap-lengkapnya terlebih dahulu. Tapi usahakan data yang dikumpulkan tetap berhubungan dengan permasalahan intinya. Data dan informasi yang baik akan membuat strategi yang diambil akan lebih efektif dan efisien.

2. Memvalidasi dan mengklarifikasi
Setelah data dan informasi dikumpulkan maka diadakan validasi untuk mengklarifikasi apakah data dan informasi yang diberikan benar atau tidak. Atau masih meragukan antara benar atau salah. Proses ini dilakukan dengan mengadakan crosceck dan mengkonfirmasi antara data satu dengan data yang lain. Atau Untuk mengkonfirmasi bahwa data yang ditulis adalah benar.

Jika ada data dan informasi yang ditulis ditemukan kurang sinkron dengan data dan informasi lain, maka harus dipisahkan terlebih dahulu. Untuk difollow up lebih lanjut dalam memastikan apakah data informasi itu benar atau salah. Tidak harus data informasi langsung dihilangkan tapi bisa disimpan tersendiri terlebih dahulu. Untuk diuji dan dikonfirmasi lagi jika ada data informasi baru yang ditemukan.

Proses tabayyun atau klarifikasi ini penting sekali untuk menghindarkan dari fitnah dan bahaya yang lebih besar. Sebagaimana peringatan Allah di dalam Q.S Al Hujarat

 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن جَآءَكُمۡ فَاسِقُۢ بِنَبَإٖ فَتَبَيَّنُوٓاْ أَن تُصِيبُواْ قَوۡمَۢا بِجَهَٰلَةٖ فَتُصۡبِحُواْ عَلَىٰ مَا فَعَلۡتُمۡ نَٰدِمِينَ 

Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu. Q.S Al-Hujurat: 6

3. Membuat kesimpulan permasalahan
Setelah berbagai data dan informasi dianalisis dengan teliti maka langkah selanjutnya membuat kesimpulan masalah. Masalah bisa dikelompokkan menjadi masalah utama dan masalah turunan. Sebaiknya masalah utama harus benar-benar dirumuskan dengan tepat. Sebaiknya masalah utama adalah satu. Jika tidak memungkinkan bisa dua atau maksimal tiga masalah utama. Sebisa mungkin jangan sampai lebih dari itu, karena akan menyulitkan dalam merumuskan strategi solusinya. Sehingga kurang efektif.

Kesalahan dalam merumuskan masalah akan berdampak pada kesalahan dalam memberikan solusi. Sehingga bisa saja justru berdampak lebih buruk dari kondisi semula. Pengelompokan masalah ini sangat penting untuk menentukan preoritas dalam memberikan solusi. Masalah utama harus diselesaikan terlebih dahulu. Cara ini dilakukan agar permasalahan turunannya berkurang atau bahkan bisa saja masalah turunannya sudah bisa teratasi. Karena masalah utama sudah teratasi dengan baik.

Membuat kesimpulan bisa dilakukan dengan menganalisis berbagai informasi yang dikumpulkan baik informasi yang bersifat subjektif maupun yang objektif. Kemudian melihat permasalahan dari sudut pandang cara bersikap orang yang berkonsultasi tersebut.
Seringkali sesuatu perkara itu menjadi masalah karena cara menyikapi yang kurang tepat. Padahal jika disikapi dengan baik dan proposional ternyata apa yang dianggap masalah ternyata bukan masalah. Atau bisa juga sebaliknya. Suatu perkara yang tidak dianggap sebagai masalah ternyata justru itu adalah masalah penting yang harus segera diselesaikan. Hal ini bisa saja terjadi karena dari waktu ke waktu terdapat bukti dan saksi baru.
Solusi permasalahan dengan metode kreta kreatif tadabbur Al-Qur’an dilakukan dengan mengidentifikasi jenis akhlak apa yang bermasalah pada orang yang berkonsultasi (clien). Bisa juga karena dominasi akhlak tercela yang muncul dari orang tersebut. Sehingga akhlak terpujinya tertutup.

4. Memberikan penyelesaian masalah
Setelah sudah tegak kesimpulan masalah utama dan masalah turunan, maka langkah selanjutnya adalah membuat strategi solusi. Langkah ini harus bisa terencana dengan baik, efektif dan efisien. Rencana solusi sebaiknya bisa terarah, sistematis, terukur sehingga mampu mengetahui perkembangan keberhasilan penyelesaian masalah.

Solusi yang dirumuskan dan dipreoritaskan harus berdasarkan permasalahan utama. Jangan sampai justru melenceng dari permasalahan utama. Solusi yang dibuat dengan memperbaiki akhlak tercela dari sang clien yang berhubungan dengan permasalahannya.
Solusi bisa berbentuk perubahan mindset atau aplikasi amalan-amalan lesan. Solusi bisa juga berbentuk amalan-amalan kreatif untuk memperbaiki permasalahan adab dan akhlaknya.

Contoh pembelajaran
Suatu ketika seorang istri mendengar perkataan tetangga yang membicarakan tentang dirinya dan keluarganya. Mereka membicarakan tentang pembagian warisan yang kesannya buruk dan kurang nyaman didengar. Begitu mendengar informasi tersebut kemudian membuat membuat sang istri sensitif dan tersinggung sehingga terbawa dalam emosionalnya.

Seakan-akan pembicaraan tersebut terasa seperti menghina dan memojokkannya. Ia merespon dengan sikap baper (bawa perasaan) atau suudzon (prasangka buruk). Perilaku ini adalah sikap yang kurang terpuji (akhlak tercela) karena justru bisa merugikan diri sendiri. Dengan baper dan suudzon akan menghalangi cara berfikir jernih. Sehingga tindakan yang diambil justru akan semakin menambah jauh dari penyelesaian masalah. Misalnya langsung menelan informasi mentah-mentah tanpa bertabayyun. Kemudian mengambil tindakan membenci atau memarahi orang yang membicarakannya dengan bahasa kasar. Naudzubillah

Dalam keadaan emosional biasanya logika berfikir akan menurun sehingga akan menghambat munculnya ide kreatif sebagai solusi masalah. Sehingga tanggapan yang muncul dari pembicaraan tetangga ( ghibah) bisa saja memperkeruh masalah. Sehingga jika permasalahan tidak dikelola dengan baik, maka bisa saja memunculkan perselisihan dan permusuhan. Dan permasalahan semakin memanjang tak kunjung menemukan solusi

Pikiran yang terganggu berlarut-larut akibat ghibah tetangga, bisa berdampak pada kesehatan fisik. Yaitu peningkatan asam lambung yang membuat perut menjadi sebah melilit, kembung dan mual. Dampak lain bisa diikuti tekanan darah tinggi dan gangguan keharmonisan rumah tangga. Misalnya pasangan suami istri menjadi mudah berselisih dan bertengkar.

Strategi solusi yang bisa ditempuh diantaranya mengubah akhlak dari suudzon menjadi husnudzon. Mengubah dari akhlak baper menjadi hati yang lapang. Lalu bagaimana caranya ?
Sebagai langkah awal bersabar adalah mengumpulkan data informasi selengkap-lengkapnya. Kemudian memvalidasi informasi tersebut. Jangan hanya menggunakan data  dari persepsi dan asumsi saja.
Konfirmasi dan klarifikasi bisa dilakukan lebih lanjut.
Jika menemukan data informasi yang masih meragukan bisa diklarifikasi ulang dengan data lainnya. Proses investigasi penggalian informasi yang baik akan menghasilkan strategi yang tepat dalam membantu menentukan solusi dari suatu permasalahan.

Strategi lain yang bisa ditempuh adalah mengambil ibrah pembelajaran dari keberhasilan
orang lain dalam menyelesaikan persoalan yang sama. Kemampuan untuk mengambil ibrah dan hikmah akan mengantar kepada kesuksesan dalam penyelesaian masalah.

Pembelajaran juga bisa mengambil ibrah suatu peristiwa yang merespon suatu persoalan dengan sikap suudzon dan baper justru membawa dampak madharat yang lebih besar. Diantaranya mengganggu kesehatan fisik dan psikis. Dan akhirnya justru merugikan diri sendiri.
Strategi solusi lain bisa ditempuh dengan memahami dan mengamalkan makna ayat-ayat Al Qur’an yang melarang bersuudzon dan bersikap tidak sesuai syar’i. Karena akan mendatangkan kerugian lebih  besar. Dan masih banyak strategi yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah.

Keberhasilan pemberian solusi akan tergantung kesungguhan dalam melaksanakan strategi solusi yang sudah dirumuskan. Kesungguhan dalam disiplin pengamalan, konsisten pengamalan akan menentukan keberhasilan. Jika strategi solusi sudah laksanakan dengan maksimal, maka langkah selanjutnya bertawakal kepada Allah dan pasrah dengan keputusan Allah.
Terkadang Allah langsung memenuhi doa di dunia. Bisa juga Allah tidak langsung mengabulkan. Namun dikabulkan di waktu beberapa lama kemudian. Namun bisa juga Allah tidak balas permintaan hambaNya di dunia namun Allah balas di akherat dengan pahala yang berlipat. Demikian contoh problem solving dalam program tadabbur kreta konseling.

Tadabbur Tahfidz Al Qur’an

Pengamalan adalah tujuan utama dari pembelajaran Al Qur’an. Pengamalan didahului dengan pemahaman terhadap suatu ilmu. Sehingga ketika membaca Al Qur’an tanpa ada usaha memahami maka akan sulit untuk bisa mengamalkan.

Namun manusia adalah makhluk yang dianugerahi sifat lupa. Apalagi jika ilmu yang dipelajari belum terikat kuat di dalam otak bawah sadar. Maka bisa saja saat dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah kita justru ilmu itu tidak bisa dipanggil kembali dari ingatan.

Dalam membentuk pola pemikiran , maka akan efektif jika ayat atau surat Al Qur’an itu bisa dihafalkan secara kuat. Dengan hafalan yang kuat ini akan membentuk adab dan akhlak harian. Karena nilai-nilai Al Qur’an selalu terngiang-ngiang dalam pikiran. Sehingga memudahkan untuk memanggil ingatan tersebut sewaktu-waktu jika dibutuhkan.

Preoritas Surat Al Qur’an yang Dihafal
Sebagaimana Rasulullah SAW diberikan wahyu Al Qur’an oleh Allah SWT terbagi menjadi fase awal di Makkah dan selanjutnya fase Madinah. Fase Makkah berisi surat-surat Al Qur’an memberikan penguatan dalam pondasi aqidah yaitu keimanan. Iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, qodo’ dan qodar. Banyak dari surat-surat yang berbicara keimanan ini ada di juz-juz akhir Al Qur’an. Sehingga bisa menjadi preoritas awal dalam menghafal Al Qur’an di juz 30,29,28.
Harapannya ketika menambah hafalan Al Qur’an dengan isinya, maka akan semakin bisa memupuk imannya. Dengan terus mengulang-ulang dan mentadabburi maka akan semakin memperkuat keimanan.

Sebagaimana dalam Hadits Jundub bin Abdillah :

عن جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ فَتَعَلَّمْنَا الْإِيْمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآن ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ فَازْدَدْنَا بِهِ إِيْمَانًا

Dari Jundub bin Abdillah beliau berkata: “Dahulu kami ketika remaja bersama Rasulullah , kami belajar iman sebelum Al-Qur’an kemudian setelah kami belajar Al-Qur’an bertambahlah keimanan kami.” (HR. Ibnu Majah)

Al Qur’an adalah petunjuk hidup. Artinya seorang mukmin harus menggunakan Al Qur’an sebagai rujukan utama dalam menyelesaikan berbagai permasalahan hidup. Jadi Al Qur’an sebagai petunjuk solusi.
Dalam perjalanan hidup tidak akan mungkin manusia terlepas dari permasalahan. Dan tidak jarang permasalahan itu berulang polanya. Sehingga kita memerlukan solusi dan langkah antisipasi dalam menghadapi masalah tersebut.
Dengan demikian maka menghafal ayat-ayat yang akan menambah keimanan, menambah manfaat, sebagai syifa ( pengobat), menjadi solusi hidup, bisa dipreoritaskan dalam menghafal dibanding ayat-ayat Al Qur’an yang lain.
Dengan menghafal akan membuat kita lebih cepat merecall hafalan jika sewaktu-waktu menghadapai masalah yang mempunyai kesesuaian.
Sebagaimana preoritas yang dilakukan Ibnu Qayyim dalam membaca dan mentadabburi Al Qur’an.

فَإِذَا قَرَأَهُ بِتَفَكُّرٍ حَتَّى مَرَّ بِآيَةٍ وَهُوَ مُحْتَاجٌ إَلَيْهَا فِي شَفَاءِ قَلْبِهِ، كَرَّرَهَا وَلَوْ مِائَةَ مَرَّةٍ وَلَوْ لَيْلَةً، فَقِرَاءَةٌ آيَةٍ بِتَفَكُّرٍ وَتَفَهُّمٍ خَيْرٌ مِنْ قِرَاءَةِ خَتْمَةٍ بِغَيْرِ تَدَبُّرٍ وَتَفَهُّمٍ، وَأَنْفَعُ لِلْقَلْبِ، وَأَدْعِى إِلَى حُصُوْلِ الْإِيْمَانِ وَذَوْقِ حَلَاوَةِ الْقُرآنِ.

Jika seseorang membaca Al-Qur’an dengan perenungan hingga sampai pada sebuah ayat yang dia butuhkan untuk mengobati hatinya, maka dia mengulang-ulang ayat tersebut walaupun sampai seratus kali atau bahkan sampai semalaman. Maka, membaca satu ayat dengan memikirkannya dan memahaminya itu lebih baik, lebih bermanfaat untuk hati, dan lebih mampu untuk memupuk iman dan merasakan manisnya Al-Qur’an, daripada sekadar mengkhatamkan Al-Qur’an tanpa mentadabburinya dan memahaminya.” [Miftâh Dâr As-Sa‘âdah, karya Ibnul Qayyim, 1: 187]

Menghafal sesuai kebutuhan
Tujuan mempelajari Al Qur’an adalah sebagai petunjuk dalam beramal. Sehingga preoritas menghafal disesuaikan dengan kebutuhan pengamalan dari masing-masing orang. Tahapan menghafal preoritas awal adalah surat-surat yang menerangkan tentang keimanan. Setelah itu dilanjut tentang 5 kewajiban seorang muslim dalam rukun Islam. Kemudian dilanjut dengan surat-surat atau ayat-ayat yang disesuaikan dengan aktivitas harian yang dilakukannya. Biasanya berhubungan dengan pekerjaan atau profesi atau bisang muamalahnya.

Selama mempelajari dan menghafal ayat-ayat muamalah maka tetap diiringi dengan pembelajaran masalah keimanan. Hal ini sangat penting. Meski bab keimanan sudah dipelajari di awal tapi tetap saja seseorang membutuhkan pondasi keimanan untuk mengawal muamalahnya agar tetap dalam bingkai keimanan.

Menghafal menambah khusyuk interaksi dengan Al Qur’an
Menghafal lafadz al Qur’an dan arti dari Al Qur’an akan membuat seseorang lebih menjiwai isi Al Qur’an saat melantunkannya. Mengapa demikian ? Karena antara lisan yang mengucapkan dengan pikiran yang membayangkan isi Al Qur’an terjadi sinkronisasi. Sehingga akan memperdalam pemahaman dan penghayatan terhadap Al Qur’an.

Menghafal di setiap waktu dan tempat
Menghafal kapanpun
Menghafal Al Qur’an adalah proses memasukkan ayat Al Qur’an ke dalam ingatan dengan tujuan agar mudah dipanggil kembali (recall) saat dibutuhkan. Semakin sering diulang, maka maka akan semakin menambah kuat hafalan sehingga memudahkan untuk dipanggil kembali ingatan tersebut. Jika terus-menerus pengulangan dilakukan maka proses recall akan terjadi secara reflek atau spontan. Inilah modal yang akan membentuk akhlak.

Namun terkadang untuk melakukan pengulangan menemui tantangan tersendiri. Bisa masalah waktu terbatas, konsentrasi yang tidak stabil, daya tahan ingatan rendah, kondisi lingkungan yang kurang mendukung dan lain-lain.

Sehingga memerlukan strategi lebih kreatif dalam mengatasi tantangan tersebut di atas.
Misalnya karena waktu khusus menghafal yang terbatas ( biasanya pagi atau sore) maka  menghafal bisa dilakukan tidak hanya di jam-jam khusus tersebut. Namun bisa ditambah di waktu lainyang lain diantaranya
– Saat waktu luang
– Saat waktu perpindahan satu aktivitas dengan aktivitas yang lain
– Saat sesudah sholat sunnah rawatib, sunnah dhuha, sholat malam
– Saat bada shalat wajib
– Saat naik motor
– Saat menunggu dan lain-lain

Menggunakan waktu secara fleksibel dalam menghafal akan sangat bermanfaat. Karena jika hanya mengkhususkan saat tertentu saja, maka terkadang juga kurang maksimal. Misalnya saat itu pikiran kurang fokus atau kurang konsentrasi. Maka meskipun disediakan waktu menghafal tapi tetap saja kurang maksimal.

Menghafal dimanapun
Penggunaan tempat yang bervariasi juga akan berdampak positif. Selain akan meningkatkan frekuensi dalam menghafal maka juga akan menambah kualitas ingatan. Hal ini karena tempat yang variatif akan memacu semangat kembali menghafal dan melawan rasa jenuh.
Hal ini juga akan mengurangi kebosanan sebagai penyebab penting turunnya produksivitas beramal terutama dalam menghafal Al Qur’an.
Menghafal memerlukan konsentrasi yang tinggi sehingga suasana kondusif agar bisa maksimal hasilnya

Menguatkan tahfidz dengan fasilitas pendukung
Teknologi merupakan fasilitas penting yang bisa bermata dua. Bisa memberikan manfaat namun juga bisa memberikan madharat. Jadi pada dasarnya teknologi adalah bersifat netral tergantung orang yang memakainya.
Jika seorang muslim tidak mengetahui seluk beluk tentang teknologi maka ia hanya akan memanfaatkan teknologi sebatas pengetahuannya. Dan mayoritas mudah terjerumus pada penggunaan gadget yang tidak produktif dan hanya sekedar untuk funny atau hiburan saja.

Hampir tidak mungkin sekarang seseorang terlepas dari gadget dan teknologi. Lalu bagaimana mensinkronkan teknologi untuk membantu hafalan Al Qur’an. Handphone adalah alat komunikasi yang hampir semuanya punya. Bahkan satu orang bisa lebih dari satu. Kemanapun pergi biasanya hp akan dibawa. Sudah seperti kebutuhan primer seseorang. Trend perilaku ini bisa dimanfaatkan untuk sinergi dengan program pembelajaran atau hafalan Al Qur’an. Langkah-langkah apa saja yang bisa membuat hp menunjang hafalan Al Qur’an

1. Download aplikasi Al Qur’an

Usahakan layar utama ditempatkan aplikasi Al Qur’an dengan berbagai vareasi sesuai kebutuhan. Pilih aplikasi Al Qur’an yang sesuai dan nyaman saat membacanya.

2. Download aplikasi pendukung Al Qur’an
Berbagai aplikasi pendukung pembelajaran Al Qur’an sudah banyak tersedia. Diantaranya tafsir Al Quran, asbabun Nuzul, Qu’ran tadabbur, Sirah Nabawiyah, dan lain-lain. Semua bisa tersedia secara gratis. Saat ini sebenarnya akses terhadap ilmu untuk memahami Al Qur’an banyak dibuka. Sehingga tergantung penggunanya apakah akan mempreoritaskan untuk mempelajari ataukah tidak.

3. Download berbagai kajian keislaman
Berbagai kajian tentang tafsir, tadabbur Al Qur’an, adab dan akhlak dan yang lainnya sudah banyak tersedia. Akses yang mudah ini akan semakin mempercepat untuk mendapatkan ilmunya. Lengkapi juga pembelajaran dengan asatidz yang ahli di bidang Al Qur’an. Namun jangan berhenti di sini saja, ikhtiar untuk mengamalkan harus selalu ditekankan. Karena tujuan mencari ilmu adalah untuk diamalkan bukan hanya menambah sebatas pengetahuan dan informasi saja.
Inilah yang membedakan orang-orang Sholih zaman dahulu selalu berusaha mempraktekkan hasil pembelajaran ilmunya. Sebagaimana perkataan Ibnu Mas’ud

قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ: إِنَّا صَعُبَ عَلَيْنَا حِفْظُ أَلْفَاظِ الْقُرْآنِ، وَسَهُلَ عَلَيْنَا الْعَمَلُ بِهِ، وَإِنَّ مَنْ بَعْدَنَا يَسْهُلُ عَلَيْهِمْ حِفْظُ الْقُرْآنِ، وَيَصْعُبُ عَلَيْهِمُ الْعَمَلُ بِهِ

Abdullah bin Mas‘ud r.a. berkata:

“Sesungguhnya kami disusahkan untuk menghafal kata-kata al-Qur’an, padahal kami dimudahkan untuk mengamalkannya, namun, orang yang datang setelah kami, dimudahkan untuk mereka menghafalkan al-Qur’an, padahal mereka disusahkan untuk mengamalkannya.”
(Tafsir Al-Qurthubi, bab cara belajar dan memahami kitabullah Halaman 51-52)

4.Download murotal Al Qur’an
Adanya murotal Al Qur’an sangat membantu dalam menjaga hafalan Al Qur’an. Murotal bisa dipreoritaskan surat-surat yang sudah dihafalkan. Sehingga bisa melakukan murajaah di setiap saat atau saat waktu-waktu luang.
Kegiatan ini akan sangat membantu dalam mengelola waktu-waktu luang yang terkadang orang bingung memanfaatkan. Dengan menyediakan fasilitas murotal di hp maka akan membuat seseorang mudah untuk murajaah. Dengan demikian waktu luang bisa diisi dengan aktivitas tahfidz Al Qur’an sehingga akan tetap produktif.

Mengaplikasi hafalan Al Qur’an
Mempunyai hafalan Al Qur’an merupakan anugerah yang tak ada tandingannya. Namun jika tidak bisa memeliharanya maka akan banyak mengalami kelupaan. Sehingga  mempraktekkan hafalannya dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai aktivitas menjadi sangat penting . Dengan pengulangan aktivitasnya ini akan semakin menambah kuat hafalan dan menambah kuat pula penjiwaan terhadap isi Al Qur’an. Sehingga akan memotivasi untuk mewujudkan dalam pengamalan. Beberapa aktivitas yang bisa disinkronisasi dengan hafalan Al Qur’an adalah

1. Imam sholat
Menjadi imam sholat jahr akan sangat membantu menjaga hafalan. Dengan persiapan mengulang bacaan sebelum imam akan membuat hafalan menjadi lebih kuat. Murajaah yang dilakukan juga termasuk mengulang kandungan makna dari hafalan Al Qur’an yang akan digunakan untuk imam. Hal ini akan membuat kualitas imam menjadi lebih khusyu dan bisa menjiwai bacaannya.

2. Ceramah dan kajian
Dakwah dengan kajian juga akan sangat membantu dalam menjaga hafalan Al Qur’an. Proses persiapan untuk memberikan materi kajian akan memotivasi untuk membaca dan memahami kembali dari ayat-ayat Al Qur’an yang akan digunakan. Dengan proses pengulangan ini akan semakin menguatkan hafalan.
Proses ini juga akan memberikan pembelajaran tentang preoritas ayat-ayat Al Qur’an yang perlu untuk dipelajari terlebih dahulu.

3. Dakwah
Aktivitas dakwah juga sangat penting membantu hafalan. Dalam hal ini bukan hanya dakwah lewat panggung mimbar , publik speaking tapi juga dakwah dakwah informal yang lain. Misalnya saat musyawarah, diskusi, percakapan, interview, halaqah, ngobrol santai dan komunikasi informal lainnya. Dengan berusaha memasukkan ayat-ayat Al Qur’an yang terkait tema perbincangan maka akan membuat Al Qur’an hidup di tengah-tangah kehidupan masyarakat. Aktivitas ini juga akan membantu menjaga dan menjiwai hafalan Al Qur’annya.

Workshop Kreatif Tadabbur Al Qur’an

Merupakan pelatihan bagi para pendidik untuk bisa membuat materi pembelajaran dan cara menyampaikannya dengan menggunakan metode kreatif tadabbur Al Qur’an. 

Pelatihan ini dilakukan secara serial dengan bahan tadabbur dimulai dari juz 30 yang sering dibaca di dalam sholat sehari-hari. Kemudian bisa berlanjut ke  juz 29, juz 28 dan Al Qur’an secara umum. 

Pelatihan pembelajaran dengan metode kreatif tadabbur Al Qur’an ini bertujuan untuk membangun adab dan akhlak bagi para pembelajar dan penghafal Al Qur’an. Sehingga muncul komitmen pengamalan dan terjadi kesesuaian antara Al Qur’an yang dihafal dan dipelajarinya dengan pengamalannya. 

Pelaksanaan Workshop bisa menghubungi bagian admin kretaif tadabbur Al Qur’an di no +62 813 28664029

Tadabbur Al Qur’an Media

Pembelajaran tadabbur Al Qur’an merupakan pembelajaran yang sangat penting untuk memahami dan menginnternalisasi Al Qur’an.  Namun jika metode yang digunakan kurang menarik maka pesan yang dikirimkan tidak akan maksimal dan sulit masuk ke dalam pikiran. Berbagai media bisa digunakan untuk menunjang keberhasilan penanaman adab dan akhlak lewat nilai-nilai yang diambil selama pembelajaran tadabbur Al Qur’an.  Di bawah ini adalah kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan

Tadabbur Al Qur’an dengan Multi Media

Kegiatan halaqah kreta (kreatif tadabbur Al-Qur’an) bisa diisi diskusi dan saling berbagi pengalaman kegiatan pembelajaran Al Qur’an dengan menggunakan multi media. Media pembelajaran bisa berupa gambar, suara atau video. Kegiatan ini bertujuan agar metode pembelajaran Al Qur’an yang digunakan bisa berkembang mengikuti perubahan zaman. Tujuannya adalah untuk membantu mepermudah dalam pemahaman isi Al Qur’an. Namun pemahaman yang diajarkan harus tetap sesuai pemahaman sebagaimana Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

Pentingnya tadabbur Al Qur’an dengan Multimedia

Al Qur’an adalah kitab suci yang mampu mengikuti perkembangan zaman dan tidak akan lekang ditelan masa. Selalu akan memberi hikmah dan insight yang bisa diambil. Selalu bisa mengirimkan nilai-nilai kebenaran yang menggerakkan pembacanya untuk mengamalkan isinya.

Di era digital dengan perkembangan informasi dan teknologi yang pesat maka tidak bisa dipungkiri bahwa gadget dan komputer adalah fasilitas yang hampir tidak bisa dihindari. Gadget bersifat netral. Bisa banyak memberi manfaat namun juga bisa mendatangkan keburukan.
Berbagai pandangan negatif terhadap teknologi ini diakibatkan penggunaan gadget yang lebih banyak didominasi untuk hanya hiburan saja. Atau bahkan tidak jarang digunakan untuk maksiat. Tidak banyak yang bisa memberikan contoh-contoh cara mengelola gadget untuk hal-hal yang lebih manfaat dan produktif. Hal ini disebabkan skill pengelolaan teknologi belum menjadi preoritas utama yang harus dikuasai pendidik. Sehingga belum banyak pendidik yang mampu mengajarkan di bidang tersebut.

Pembelajaran tadabbur Al Qur’an di era sekarang membutuhkan kemampuan kreatifitas dan inovasi agar lebih mudah dipahami. Terutama dalam menembus generasi sekarang generasi digital. Berbagai modifikasi dan improvisasi pembelajaran Al Qur’an bisa dilakukan untuk membantu mempermudah pemahaman. Kolaborasi metode pembelajaran dengan multi media ini akan membuat seorang akan semakin merasa lebih nyaman dan betah dalam mempelajari Al Qur’an.

Mengkolaborasikan sarana media dalam membantu pembelajaran Al Qur’an saat ini sangat diperlukan. Pengemasan metode pembelajaran yang menarik akan membuat santri antusias dalam belajar Al Qur’an. Sehingga akan lebih mudah untuk bisa memahami kandungan isi Al Qur’an.

Cara kreatif tadabbur Al Qur’an dengan Multimedia

Tadabbur Al Qur’an merupakan perenungan terhadap makna ayat-ayat Al Qur’an untuk memahami isi Al Qur’an lebih dalam sehingga memotivasi mengamalkan isi Al Qur’an tersebut.

Penggunaan multi media bisa membantu pemahaman dalam mempelajari Al Qur’an karena indera yang dipakai lebih banyak. Video pembelajaran tadabbur Al Qur’an akan membantu dalam memvisualisasikan isi dari Al Qur’an menjadi lebih jelas dan lebih kuat dalam mempengaruhi pikiran.  Sehingga akan menambah keyakinan. Meski penggambaran dalam video tidak akan sama dengan sebenarnya, namun setidaknya cara berfikir otak akan lebih cepat menangkap pesan. Selain itu juga akan membantu menancapkan ingatan sehingga akan lebih kuat dan tahan lama.

Penggunaan video juga akan memacu kreatifitas dalam memahami Al Qur’an. Sehingga akan lebih mudah dan lebih vareatif dalam mengambil hikmah, ibrah dan nilai-nilai dari ayat Al Qur’an yang dipelajari. Dengan kreativitas ini juga akan memacu menemukan berbagai bentuk amalan yang bisa dilakukan dari mentadabburi ayat Al Qur’an tersebut. Atau bisa menemukam berbagai bentuk perbuatan terlarang yang harus ditinggalkan setelah mentadabburi ayat-ayat Al Qur’an.

Tadabbur Al Qur’an dengan video pembelajaran akan mempermudah dalam pengulangan. Hal ini sangat dibutuhkan untuk mengembalikan ingatan jika lupa atau belum bisa memahami secara baik. Al Qur’an adalah peringatan bagi orang-orang bertaqwa.

 وَإِنَّهُۥ لَتَذۡكِرَةٞ لِّلۡمُتَّقِينَ 

Dan sungguh, (Al-Qur’an) itu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Q.S Al-Haqqah: 48

Sehingga meskipun seseorang pernah membaca dan mempelajari Al Qur’an maka tetap saja memerlukan pengulangan dalam rangka memperkuat ingatan, memperkuat keyakinan dan mengembalikan ingatan pemahaman yang mungkin sudah mulai lupa. Pentingnya pemahaman sampai masuk ke dalam otak bawah sadar (menjadi mindset) sangat diperlukan. Supaya jika mengalami kondisi yang mendesak atau tertekan  bisa bertindak sesuai dengan petunjuk Al Qur’an. Karena jika pemahaman Al Qur’an kurang kuat dan belum terinternalisasi, maka bisa saja tindakan yang diambil akan menyimpang dari petunjuk Al Qur’an. Meskipun sebelumnya dia mempunyai pengetahuannya.

Sebagai contoh di dalam surat Al Baqarah ayat 282 diperintahkan bagi yang melakukan hutang piutang maka harus ada perjanjian tulis menulis. Ada wajib bagi penghutang untuk membayar utang sesuai dengan kesepakatan.
Namun terkadang bagi pemberi hutang dan  penghutang bisa saja lupa dengan petunjuk Al Qur’an tersebut meskipun pernah mempelajarinya. Demikian ini terjadi karena kurang kuatnya komitmen terhadap pengamalan ayat tersebut. Sehingga ketika berada dalam kondisi tersebut maka lalai dengan petunjuk ayat tersebut. Setan telah berhasil menyesatkan. Dan akhirnya ia tidak juga membayar hutang sesuai kesepakatan.

Cara pengambilan hikmah dan nilai

Tidak ada manusia yang sama persis. Tidak ada seseorang yang mempunyai cara berfikir yang sama persis antara satu orang dengan orang lain. Sehingga satu video pembelajaran tadabbur Al Qur’an bisa memberikan berbagai hikmah dan nilai. Satu orang bisa berbeda dengan orang lain. Tergantung sudut pandang yang didapatkan.

Cara untuk mendapatkan pesan utama (nilai dan hikmah) yaitu dengan mengkorelasikan antara tema pembelajaran dengan video pembelajarannya. Cara ini akan memberikan panduan agar pesan utama yang didapatkan dari video pembelajaran bisa didapatkan. Sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai. Apabila panduan pembelajaran ini tidak disampaikan, maka bisa saja pesan utama masing-masing orang akan berbeda dan bahkan terjadi miss komunikasi pesan nilai dan hikmah. Sehingga tidak sesuai dengan tujuan utama pembelajaran.

Baru setelah pesan utama didapat, maka pesan-pesan tambahan lainnya bisa diambil dari kreatifitas berfikir masing-masing. Pada pembelajaran tahap lanjutan ini akan mengasah otak untuk bisa berfikir kolateral. Dengan menggunakan ketrampilan berfikir kritis ( critical thingking) seseorang bisa mengambil dari berbagai sudut pandang. Sehingga dalam pembelajaran tadabbur Al Qur’an bisa mengkorelasikan antara dalil Al Qur’an, kisah-kisah dalam Al Qur’an, perumpamaan-perumpamaan dalam Al Qur’an dengan berbagai nilai-nilai dan hikmah. Kemudian berusaha menerapkannya dalam amalan kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh

وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِفُرُوجِهِمۡ حَٰفِظُونَ
إِلَّا عَلَىٰٓ أَزۡوَٰجِهِمۡ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُمۡ فَإِنَّهُمۡ غَيۡرُ مَلُومِينَ
فَمَنِ ٱبۡتَغَىٰ وَرَآءَ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡعَادُونَ

Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya,
Kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka tidak tercela.
Maka barangsiapa mencari di luar itu (seperti zina, homoseks dan lesbian), mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Q.S Al Ma’arij 29-31

Pesan utama ayat-ayat tersebut adalah agar seseorang bisa menjaga kesucian kemaluannya dengan menyalurkannya kepada pasangan yang halal. Sehingga tidak terjatuh dalam dosa besar yaitu zina.
Pesan berikutnya adalah agar jangan mencari pasangan yang tidak halal di luar ketentuan Allah. Allah hanya menghalalkan pasangan dari lawan jenis, antar laki-laki dengan perempuan atau sebaliknya.
Nilai yang ditanamkan adalah nilai keimanan yaitu ketaatan kepada Allah.
Nilai yang lain adalah kesetiaan kepada pasangan halalnya. Meskipun terkadang gangguan hawa nafsu datang dari luar pasangannya.
Nilai lain yaitu adalah keberanian untuk mengatakan bahwa orang yang menyalurkan hubungan seks pasangan sejenis adalah bertentangan dengan perintah Allah SWT. Karena di era globalisasi ini mulai banyak terjadi pergeseran nilai. Bahwa berkembang pemahaman menyimpang yang mengatakan bahwa orang mempunyai hak asasi menentukan pasangannya termasuk pasangan sejenis.Naudzubillah

Tahapan selanjutnya adalah mengambil pesan nilai dan hikmah lebih lanjut yang merupakan turunan dan pengembangan dari ayat-ayat di atas. Misalnya apa hikmahnya Allah melarang berhubungan seksual sejenis. Diantaranya alasan kesehatan. Orang yang berhubungan sejenis akan lebih mudah terkena penyakit HIV.
Hikmah larangan berhubungan seksual di luar pasangannya (atau berzina) akan memudahkan untuk terkena penyakit PMS ( penyakit menular seksual). Diantaranya penyakit GO, sipilis dan lainnya
Dan masih banyak nilai dan hikmah yang bisa diambil dari pengembangan makna ayat-ayat Al Qur’an tersebut

Demikian salah satu kegiatan pembahasan dalam halaqah kreatif tadabbur Al Qur’an. Dengan diskusi, saling berinteraksi dan saling menginspirasi maka akan semakin membantu dalam memahami kandungan Al Qur’an. Sehingga akan memberikan motivasi dalam mewujudkan pemahaman tersebut menjadi amalan nyata

Lomba Kreatif Tadabbur Al-Qur’an

Kegiatan lain yang bisa digunakan membantu dalam tadabbur Al Qur’an adalah perlombaan tadabbur. Lomba kreatif tadabbur Al Qur’an ini bertujuan untuk
1. Mensosialisasikan pentingnya pemahaman dan tadabbur dalam mempelajari Al Qur’an.
2. Meningkatkan kreativitas dalam mentadabburi Al Qur’an sehingga meningkatkan ketrampilan dalam mengambil hikmah dan nilai-nilai dari isi bacaan Al Qur’annya
3. Meningkatkan kreativitas dalam menghubungkan hikmah dan nilai-nilai dengan peristiwa sehari-hari yang dialami
4. Meningkatkan kreatifitas dalam menyebutkan berbagai contoh pengamalan terhadap ayat Al Qur’an yang ditadabburi.
5. Membentuk budaya membangun komitmen kesesuaian antara ilmu dan amal dari Al Qur’an yang dibaca atau dihafalkan.

Peserta perlombaan bisa diikuti terutama dari peserta  komunitas halaqah kreta yang sudah berjalan. Tujuannya agar semakin memahami dan memotivasi dalam meningkatkan pengamalan Al Qur’an. 

Jenis perlombaan kreatif tadabbur Al Qur’an bisa berbentuk 
1. Lomba membuat inspiratif kreatif dalam pengamalan dari Al Qur’an
2. Lomba merumuskan solusi berbasis Al Qur’an dari suatu masalah
3. Lomba menulis kreatif naskah pembelajaran tadabbur untuk anak, remaja dan dewasa
4. Lomba testimoni kreatif problem solving keluarga dengan metode tadabbur Al Qur’an
5. Lomba membuat video kreatif pembelajaran tadabbur Al Qur’an

Inilah beberapa kegiatan yang menjadi wasilah dalam membantu pemahaman, tadabbur Al Qur’an dan pengamalan isi Al Qur’an. 

Penutup

Penutup
Tujuan jangka panjang dari pembelajaran kreatif tadabbur Al-Qur’an adalah mewujudkan masyarakat kaum muslimin yang berakhlaqul Al Qur’an. Sehingga mampu mengimplementasikan di dalam amalan kehidupan sehari-hari.

Channel Video Hakreta

HALAQAH KREATIF TADABBUR AL-QUR’AN

# CHANNEL TELEGRAM
# Hakreta
https://t.me/halaqahkreta
Metode pembelajaran Al Qur’an intensif

# Kajian Hakreta Inspirasi
https://t.me/kajianhakreta
Kajian Islami inspiratif

# Al Qur’an Inspiratif
https://t.me/tadabburalquraninspiratif
Murotal ayat Al Qur’an inspiratif


# YOUTUBE HAKRETA
https://youtu.be/_bP5e_o5w-0
Metode belajar Al Qur’an HAKRETA

https://youtube.com/@dwiantonbc
Aplikasi ayat Al Quran inspiratif


# FB PEMBAHASAN HAKRETA

https://www.facebook.com/share/v/1A5KvpzxRb/
Aplikasi metode 5T dalam hakreta

https://www.facebook.com/share/v/1EG1kYAuAs/
Menghafal Al Qur’an perlu atau tidak?

https://www.facebook.com/share/r/18ifcKJ5Ht/
Benarkah anak hafidz Al Qur’an dengan metode KRETA

https://www.facebook.com/share/v/12HbCszfZWN/
Konversi Hafalan menjadi Amalan

https://www.facebook.com/share/v/1BygMD7FQS/
Bisnis semudah-mudahnya dengan KRETA

https://www.facebook.com/share/v/1Dm58s8s3x/
Mudah dan hemat hidup sehat bersama KRETA

Facebook
https://www.facebook.com/dwiantonbc/videos/1218493779212767/

Youtube

Kreatif Tadabbur Al Qur’an

https://www.youtube.com/@DwiantonBC